Ruang khusus Desire Grand Prix, Minggu 02 Januari 2050, pukul 05:30.
"Selamat kepada kalian yang telah lolos babak penyisihan Desire Grand Prix kali ini!" kata seorang gadis bergaun hitam putih, pipi tirus, tubuh langsing, dan rambut dikuncir ke belakang. Dia adalah 'Tsumuri', 'Navigator' dari permainan bernama Desire Grand Prix.
Di tempat yang seperti berada di ruang kosong itu berdiri kira-kira sepuluh orang berjaket lambang 'DGP' termasuk Ace dan Keiwa. Di sebuah layar nampak gambar para Kamen Rider Desire Grand Prix dengan poin mereka masing-masing. Ace yang bernama lengkap 'Ukiyo Ace' itu mendapat poin tertinggi yaitu '1000'. Sosok Rider Ace adalah Rider berarmor putih dengan helm bertelinga runcing bervisor kekuningan dengan motif 'rubah' bernama 'Kamen Rider Geats'.
Tsumuri kembali berucap, "Sekarang, aku akan menjelaskan bagaimana permainannya. Jadi, kali ini dunia kita telah bersatu dengan dunia Kamen Rider lain dan tahun ini adalah Tahun 2050, seperti yang kujelaskan ketika babak penyisihan. Dan tugas kalian adalah membunuh monster yang menculik orang-orang ke dalam dunia cermin bernama 'Mirror Monster'. Dalam menjalankan aksinya, Mirror Monster akan dibantu oleh Jyamato. Membunuh Mirror Monster akan mendapat poin '500', sementara membunuh Jyamato dapat poin '100'. Lalu, juga ada monster tersembunyi bernama 'Spirit' yang jika dibunuh akan langsung jadi pemenang Desire Grand Prix."
Semua orang yang merupakan peserta Desire Grand Prix langsung berbisik-bisik begitu mendengar penjelasan tentang Spirit.
"Game Master sudah memperbarui 'Spider Phone' kalian. Jika ada Jyamato atau Mirror Monster di sekitar kalian, benda itu akan memberikan sinyal. Sekarang, kalian boleh santai dulu. Nanti Spider Phone akan memberitahu begitu permainannya dimulai," lanjut Tsumuri.
Para peserta pun bubar dari tempat tersebut.
Di sebuah cafe bernama 'Deza Cafe', terlihat Kai yang sedang menikmati secangkir hangat kopi sambil melihat-lihat berbagai penjelasan di Riderphone. Ia ditemani oleh Akeno yang juga sedang menikmati secangkir hangat kopi.
"Daritadi kau memainkan handphone itu saja, apa tidak bosan?" tanya Akeno.
Kai tak menjawab, ia masih sibuk dengan Riderphone yang membuat Akeno cemberut.
Saat itu, layar di televisi besar cafe tersebut menampilkan gambar seorang pria yang membuat gadis-gadis seisi cafe berteriak histeris.
"KYAAA ACEEE!!!" teriak mereka, tak terkecuali Akeno.
Hal demikian, membuat Kai berhenti mengutak-atik Riderphone dan langsung melihat ke layar tersebut. "Siapa dia??" gumamnya dengan dahi mengernyit.
Di layar tersebut sang pria yang ternyata adalah Ukiyo Ace tengah melakukan 'promosi' photobook terbaruny sebagai 'bintang diatas bintang'.
"Hey, kau lihat itu, Kai? Ace keren sekali!" kata Akeno yang matanya tak mau lepas dari televisi besar itu.
"Seperti ini ternyata efek menyatunya dunia," batin Kai. "Benar, hanya Kamen Rider saja yang tak terpengaruh oleh sejarah yang diciptakan akibat penyatuan dunia," lanjutnya masih membatin.
"Tuan, bonnya! kami sudah selesai!" teriak Akeno sambil melambaikan tangan pada seorang pria dengan kemeja hitam bertuliskan 'Deza Cafe' di dada sebelah kirinya.
Pria itu segera bergegas menghampiri Akeno dan langsung mencatat bonnya dan memberikan itu pada Akeno.
"Kai, hari ini kau yang traktir kan?" tanya Akeno sambil tersenyum.
Kai lalu merogoh saku belakang celananya. Ia pun tersentak dan merogoh saku celananya yang lain.
Akeno mengerutkan dahi. "Jangan bilang kau tidak membawa dompet! Aku tidak ada uang sama sekali hari ini."
"Betul sekali. Aku tidak membawa dompet," ucap Kai. "Baiklah, hari ini gratiskan saja!" Ia kemudian menatap dingin pelayan pria tadi.
"APA! Tidak bisa!" sergah si pelayan. "Tuan memang terkenal sebagai Petarung Diatas Petarung di seluruh dunia. Tapi hukum tetaplah hukum!"
"Tunggu!" Tiba-tiba terdengar seruan seseorang di belakang si pelayan.
Pelayan itu pun menengok ke belakang. Akeno dan Kai juga melihat ke arah yang sama.
"Biar aku yang bayar!" Suara itu ternyata milik seorang gadis berponi dan berpipi tembam. Ia mengenakan jaket berlambang 'DGP'.
"AH!" Akeno tersentak. Dan kemudian berteriak, "Kurama Neon!!!"
"Aku tidak suka melihat orang ribut karena masalah sepele," kata gadis bernama Kurama Neon yang akrab disapa 'Neon' itu. Ia kemudian mengeluarkan dompetnya dan mengambil dua lembar uang 1000 Yen dari dalamnya dan menyerahkan uang tersebut pada si pelayan. "Jika ada kembaliannya, ambil saja!"
"Terimakasih, Nona Neon," ucap si pelayan sambil tersenyum dan membungkuk sedikit, sebelum akhirnya pergi.
Akeno mengambil secarik kertas serta sebatang pena di dalam tasnya dan langsung menghampiri Neon dengan senyum lebar. "Tolong tanda tangannya! Aku ini penggemar beratmu!"
Neon tersenyum lebar dan mengambil kertas serta pena yang diberikan Akeno. "Baik." Kemudian ia memberikan tanda tangannya di kertas tersebut.
"Terimakasih...," ucap senang Akeno.
"Baik, aku pergi dulu yaa...." Neon tersenyum, sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu.
" Siapa dia?" gumam Kai.
Ruang Desire Grand Prix pukul 07:30.
Di ruangan tersebut berdiri kira-kira sepuluh orang pria yang masing-masing memegang pena dan kertas bersampul hitam putih berlambang 'DGP'. Tsumuri menyuruh mereka menuliskan seperti apa 'dunia ideal' mereka jika menang dalam Desire Grand Prix. Mereka adalah para 'Kamen Rider' dari dunia 'Kamen Rider Ryuki'.
"Setelah kalian menulis dunia ideal kalian, tugas kalian adalah menghabisi semua Kamen Rider yang tidak berasal dari dunia kalian," ucap Tsumuri. Seorang pria berambut panjang berantakan dan beralis tebal serta berjaket coklat di sampingnya tersenyum sinis. "Masing-masing Rider yang kalian bunuh, memiliki poin yang tidak kalian ketahui. Pemenangnya adalah yang memiliki poin tertinggi."
Seorang pria berjaket kulit ular dengan rambut panjang berantakan serta berkumis dan berjanggut tersenyum jahat. "Terserah saja. Aku akan bersenang-senang di sini."
Seorang pria berambut belah tengah, tepatnya 'Shinji Kido', menyelak ke depan. Tapi, ekspresi wajahnya tak seperti Shinji yang ditemui oleh Yui. Ekspresinya nampak dingin dan jahat. "Terimakasih, Kanzaki Shiro, telah menyatukanku dengan tubuh Shinji. Hal seperti ini sangat aku dambakan," ucapnya sambil menatap orang berjaket coklat di samping Tsumuri.
Kanzaki Shiro tersenyum sinis. "Aku hanya tidak ingin ada Rider yang tidak bisa mengikuti game yang kubuat atas kerjasama Game Master Desire Grand Prix ini. Lakukanlah tugasmu dengan baik, Ryuga!"