Bab 4: Tantangan dari Penjuru Desa
Kemenangan Rangga dalam lomba panen padi telah mengangkat namanya di seluruh desa. Namun, ketenarannya juga menarik perhatian seorang pemuda bernama Arya, seorang pendekar muda dari desa tetangga yang terkenal sombong dan angkuh. Arya seringkali menantang pendekar dari desa lain untuk membuktikan keunggulannya.
Suatu hari, Arya datang ke Desa Kemuning dan langsung menantang Rangga. "Aku sudah mendengar tentangmu, Rangga. Katanya kamu pendekar yang hebat. Tapi aku ragu kamu bisa mengalahkanku," ujar Arya dengan nada meremehkan.
Rangga merasa tertantang. Ia tidak ingin dianggap remeh oleh pendekar lain. "Baiklah, aku akan menerima tantanganmu," jawab Rangga dengan tegas.
Perkelahian antara Rangga dan Arya pun dimulai. Kedua pemuda itu saling menyerang dengan jurus-jurus yang cepat dan akurat. Pertarungan berlangsung sengit, menarik perhatian seluruh warga desa.
Arya memiliki gaya bertarung yang agresif. Ia terus menyerang Rangga tanpa henti, berusaha membuatnya kewalahan. Namun, Rangga tetap tenang. Ia sabar menunggu kesempatan untuk melancarkan serangan balik.
Dengan gerakan yang lincah, Rangga berhasil menghindari serangan Arya. Ia kemudian melancarkan serangan balik yang tepat sasaran. Arya terhuyung ke belakang.
Melihat lawannya terdesak, Arya semakin marah. Ia meningkatkan serangannya. Namun, Rangga tetap bertahan dengan tenang. Ia menggunakan semua ilmu yang telah dipelajarinya dari Guru Haris.
Setelah beberapa saat bertempur, Arya mulai kelelahan. Napasnya tersengal-sengal. Rangga melihat kesempatan ini. Dengan satu gerakan cepat, ia menjatuhkan Arya.
Seluruh warga desa bersorak merayakan kemenangan Rangga. Arya pun mengakui kehebatan Rangga. "Aku akui, kamu memang lebih kuat dariku," ujar Arya sambil tertunduk.
Kemenangan Rangga atas Arya semakin memantapkan posisinya sebagai pendekar muda yang berbakat. Namun, di balik kebahagiaannya, Rangga merasa ada yang kurang. Ia menyadari bahwa kekuatan fisik saja tidak cukup untuk menjadi seorang pendekar sejati.
"Guru, saya merasa masih banyak yang harus saya pelajari," ujar Rangga kepada Guru Haris.
Guru Haris tersenyum. "Itu bagus, Nak. Semakin banyak kamu belajar, semakin kuat pula kamu."
Guru Haris kemudian menceritakan kisah tentang para pendekar legendaris yang terus berlatih dan mengembangkan diri sepanjang hidupnya. "Seorang pendekar sejati tidak pernah berhenti belajar," ujar Guru Haris.
Mendengar kata-kata Guru Haris, Rangga semakin bersemangat untuk terus berlatih. Ia tahu bahwa perjalanan menjadi seorang pendekar sejati masih panjang.