Chereads / Just Because I Have Narrow Eyes Doesn't Make Me a Villain! / Chapter 34 - Chapter 33 - Penyergapan (2)

Chapter 34 - Chapter 33 - Penyergapan (2)

"Apa yang harus kita lakukan, Marmo?"

"Cih, dari mana datangnya wanita gila itu? Kalian, apa kalian melakukan apa yang kuperintahkan?!"

"Ya, tentu saja!"

"Brengsek…!"

Aku tidak dapat mengalihkan pandangan dari kengerian dalam rekaman CCTV.

Aku berencana untuk menghabiskan waktu bersantai dan bersenang-senang di tempat persembunyian Ini, tetapi semuanya hancur gara-gara wanita gila itu.

Aku tidak pernah khawatir kalau ada orang yang tahu tentang kami.

Tidak, saat aku menyadari kami ketahuan, aku bisa saja langsung melarikan diri.

Aku yakin dengan kemampuanku untuk berlari dan bersembunyi.

Itulah satu-satunya keterampilan yang memungkinkanku naik ke pangkat eksekutif di Ubermenschen.

…Baiklah, aku akui lokasi tempat persembunyian itu berisiko.

Tetapi itu adalah pilihan yang tidak dapat dihindari untuk memberi makan dan tempat tinggal bagi banyak orang.

Tempat ini adalah pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan semua orang itu.

Sebuah situs penjara bawah tanah terbengkalai yang dihindari oleh kebanyakan orang.

Tempat terdalam area itu.

Aku bahkan menipu publik dengan mengklaim itu adalah properti pribadi untuk mencegah siapa pun masuk secara tidak sengaja.

Tidak mungkin seseorang bisa masuk secara kebetulan.

Mereka pasti punya tujuan yang jelas untuk datang ke sini.

Tapi bagaimana mungkin aku tidak menyadarinya?

Kalau saja dia merasakan sedikit saja petunjuk mengenai lokasi tempat ini, tidak mungkin aku melewatkannya.

Apa yang telah terjadi?

"Oh, dia bergerak dengan kecepatan yang luar biasa! Dengan kecepatan seperti ini, iblis itu akan sampai di sini sebentar lagi!"

"Gila betul…!"

Rasa dingin menjalar ke tulang belakangku.

Di antara para eksekutif, akulah yang terlemah. Tidak mengherankan, karena aku hanya ahli dalam bersembunyi dan melarikan diri.

Tetapi seorang eksekutif tetaplah seorang eksekutif.

Suatu tingkatan yang berbeda dengan para keroco, atau begitulah yang aku banggakan.

Namun aku tidak berpikir aku dapat mengalahkan wanita itu.

Cara dia mengubah puluhan orang menjadi potongan daging steak dalam sekejap tanpa sedikit pun keraguan atau penyesalan… membuatku merinding.

Bagaimana mungkin seorang siswa akademi melakukan kekejaman seperti itu sambil mengenakan seragam itu?

Sekalipun mereka mengatakan kenakalan pelajar telah menjadi masalah sosial, tidak mungkin manusia seperti itu bisa ada di akademi.

Dia bukan murid akademi. Gadis itu adalah penjahat.

"Apakah ada organisasi penjahat lain yang menyusup ke akademi bersamanya…? Tch, lari! Semua orang bersiap; kita kehabisan waktu!"

"Itu mungkin sulit bagi mereka."

"Apa susahnya! Lakukan saja apa yang aku…katakan…"

Tunggu sebentar.

…Suara tadi bukan salah satu bawahanku, kan?

"Senang bertemu denganmu. Kau pasti yang bertanggung jawab di sini."

"…!"

Clang!

"Haha, sungguh bersemangat. Aku suka itu. Semangatmu mengagumkan. Seperti yang diharapkan dari seorang eksekutif. Kau lulus."

Wanita gila ini bahkan bergeming dari tempatnya berdiri!

Itu kusiapkan sebagai serangan diam-diam padanya.

Belati yang selalu kubawa untuk keadaan darurat.

Aku menuangkan manaku ke dalamnya dan melemparkannya.

Si penyusup itu benar-benar lengah.

Sikapnya yang santai. Kecerobohannya bahkan tidak melihat tanganku.

Setiap tanda menunjukkan bahwa ini adalah penyergapan yang sempurna.

…Namun dalam sekejap mata, belati itu hancur.

Dan saat aku menyadari serangan diam-diamku telah gagal dan mencoba melarikan diri tanpa menoleh ke belakang, aku melihat pakaiannya berkobar karena mana.

"Sialan! Ancaman datang! Semuanya, bersiap-siap!"

Tetapi saat itu aku menyadari bahwa sudah terlambat.

Dalam sekejap, benang-benang itu terurai dan melilit leherku dan anak buahku.

Sialan. Aku jadi tegang setelah melihat orang-orang dicincang seperti kubus sebelumnya dengan brutal…!

"Jangan bergerak. Kamu bisa terluka."

"M-Marmo! Hh, dasar jalang!"

"Ah, sudah kubilang jangan bergerak."

Kresss.

Suara daging yang terkoyak dan tulang yang retak bergema dengan mengerikan.

Ha ha ha…

Apa-apaan itu?

Orang yang dicincang itu seharusnya pengguna kemampuan fisik yang ditingkatkan, kan?

Aku ingat dia.

Dia biasanya memimpin misi.

Orang yang tidak akan mendapat lebih dari sekadar goresan bahkan jika dicabik-cabik oleh monster.

Namun dia mati semudah itu?

Benang yang melilit lehernya menegang dalam sekejap, dan dengan satu gerakan, lehernya terpelintir disertai suara yang mengerikan.

Aku tidak perlu memeriksa untuk mengetahuinya.

Dia sudah mati. Dibunuh oleh tangan wanita itu.

Bersih, tanpa keraguan sedikit pun.

Mirip seorang tukang daging yang menyembelih babi di rumah potong hewan, dia mengakhiri sebuah kehidupan dengan mudahnya.

"Yah, aku sudah bilang padamu untuk tidak bergerak. Itu berbahaya, tahu."

Rasa dingin menjalar ke tulang belakangku.

Siapa pun yang menyaksikan adegan itu akan merasakan hal yang sama.

Tentu saja, melihat leher seseorang dirobek dengan kejam seperti itu…

Tidak peduli seberapa jahatnya, jarang ditemukan seseorang yang sama sekali tidak menyesal setelah merenggut nyawa orang.

Gadis ini benar-benar gila.

Seakan dia bahkan tidak melihat kita sebagai manusia.

Bahkan penjahat tangguh yang telah melalui segalanya pun tidak akan sanggup melawannya sekarang.

Hidup itu berharga, bagaimanapun juga.

Melawan seseorang yang tidak menganggapmu sebagai manusia sama saja dengan menyerahkan hidupmu sendiri.

Sekarang, tidak seorang pun di antara kita, selain wanita itu, yang dapat bergerak bebas.

Benangnya melilit leher kami semua di sini!

Keringat dingin menetes di leherku, meluncur ke benang.

Sensasinya sangat lembut, seperti membelai kulit bayi yang lembut.

Halus sekali, menjijikan.

Rasanya seperti menyentuh sutra halus, tetapi aku tidak dapat menikmati pengalaman itu.

Biasanya aku akan menggoda dan mencemooh tubuh gadis itu yang cabul.

Namun sekarang hal itu tidak mungkin lagi.

Bayangan bawahanku yang seketika menjadi mayat terlintas di pikiranku.

Wanita ini jelas mengancam kita.

Dia bisa membunuh kita kapan saja, tapi dia menjaga kita tetap hidup,

Dia diam-diam menekan kita untuk mematuhinya atau mati.

"…Apa yang kamu inginkan?"

"Ahaha. Apa yang aku inginkan, tanyamu?"

"Hentikan omong kosongmu. Kau bisa membunuh kami seketika, tetapi kau membuat kami tetap hidup, jadi katakan saja. Apa syaratnya?"

Tawanya yang mengejek sungguh menyebalkan.

Brengsek.

Aku yang paling bernasib buruk.

"Sama seperti mereka yang pergi tadi? Serang dan bunuh para siswa, dan aku akan membiarkanmu hidup. Bagaimana?"

"…Aku tidak punya pilihan untuk menolak, kan? Baiklah."

"Bagus. Aku senang kita bisa berkomunikasi! Sekarang cepatlah pergi!"

"…Cih. Ayo, semuanya. Vila di lereng gunung. Target kita adalah tiga siswa akademi yang kita lihat tadi."

"Ya, Tuan! Dimengerti!"

Aku mendengar ada empat mahasiswa akademi akan datang ke sini.

Empat pala bapak kau.

Ada satu iblis di antara mereka.

Sial, akademi itu benar-benar tidak kompeten.

Dengan pajak yang kubayar, mereka bahkan tidak bisa menyaring satu wanita berbahaya seperti dia?

"M-Marmo. Mungkin sebaiknya kita kabur selagi masih bisa…"

"Tidak, itu tidak mungkin. Kita terjebak dengan sangat cerdik."

Tentu saja, aku mempertimbangkan untuk melarikan diri.

Dia sudah cukup jauh sehingga aku tidak bisa melihatnya lagi.

Tapi itu tidak mungkin.

"Ingat seperti apa rupa wanita itu?"

"A-apa? Dia…aku tidak ingat…?!"

Begitulah adanya.

Bukannya aku orang yang amnesia.

Si jalang yang menjadikan pakaiannya sendiri sebagai senjata itu sangat lihai.

…Wajahnya, aku tidak dapat mengingatnya.

Ketika dia berada tepat di hadapanku, aku dapat mengingat dengan jelas penampilannya.

Namun saat aku menutup mata untuk membayangkannya lagi, kabut menyelimuti pikiranku–aku tak dapat membayangkan wajahnya.

Yang kuingat hanyalah seorang wanita yang mengenakan leotard.

Dari mana dia mendapatkan artefak seperti itu?

Pengguna kemampuan dibatasi pada satu kekuatan setiap orangnya.

Jika kekuatannya adalah memanipulasi benang, maka wajahnya harusnya terlihat.

Pasti itulah sebabnya dia tidak menggunakan penutup kepala.

Itu adalah kekuatan artefak.

"Benang di leher kita juga tidak bisa dilepas, jadi terlalu berbahaya. Untuk saat ini, kita harus menuruti permintaannya."

"Kuh, sial…"

"Jangan khawatir. Kamu mengenalku dengan baik."

"Ya, Tuan! Kami mengandalkanmu, Marmo!"

"Itu benar."

Aku menahan rasa jengkel yang meningkat.

Bagaimana aku bisa lepas dari cengkeraman wanita gila itu?

Pikiran Marmo berpacu untuk menemukan solusi.

***

"Wah, ternyata hasilnya lebih baik dari yang aku harapkan!"

[B-Benarkah? Hehehe.]

"Ya. Kupikir aku akan mendapat masalah lebih banyak saat kau bilang kau membuat 200 penjahat. Apa yang perlu dikhawatirkan jika hanya seperti itu?"

[Y-Yah…kamu kelihatannya sangat kesal, jadi…]

Ahahaha.

Mengapa aku harus marah?

Author kita memastikan untuk memperhitungkan kemungkinan adanya 2.400 penjahat.

"Aku bertanya-tanya mengapa mereka membawa senjata, tapi kulihat kau menyisipkan hal itu ke dalam pengaturan cerita."

Itu benar.

Orang-orang lemah itu bahkan tidak menyadari benangku.

Aku menyadari mereka mempunyai senjata karena Author secara diam-diam menambahkan latar lain di suatu tempat di sepanjang jalan.

"Hmm, tujuan membuat manusia super adalah sentuhan Ubermenschen yang bagus… Kamu bilang alasan di baliknya bagus?"

[Ya, ya. Tapi jangan spoiler lagi! Bahkan jika itu Kau, Reader, aku tidak bisa membeberkan semuanya!]

"Tidak apa-apa. Aku paham."

Benar.

Masuk akal mengapa begitu banyak penjahat mengira mereka bisa menjadi manusia super dengan latar itu.

Tujuan membuat seluruh umat manusia menjadi manusia super?

Tentu saja, ini adalah premis yang sangat klise.

Yang satu sudah kukonsumsi dan cerna begitu banyak sehingga aku tahu rasanya tanpa mencobanya.

Namun klise tetaplah klise karena suatu alasan.

Reader lebih menyukai rasa terjamin yang sudah mereka ketahui.

Jika kau mencoba memasak sesuatu yang terlalu baru, kau bisa berakhir dengan memasak menu bencana seperti pizza nanas rasa mint-cokelat, bukannya sup kimchi yang sudah dikenal semua orang.

Orang-orang cukup berani untuk mencoba eksperimen tersebut, tetapi publik lebih menyukai rasa yang dapat diandalkan dan terbukti.

Itulah sebabnya klise klasik seperti sup kimchi tetap menjadi makanan pokok yang populer.

Tentu saja, jika kau hanya memberi mereka sup kimchi, lama-kelamaan mereka akan bosan dan menginginkan sesuatu yang berbeda…

Namun, aku tidak perlu khawatir tentang itu sekarang.

Lebih baik memberi mereka sedikit sup kimchi basi daripada pizza nanas rasa mint-cokelat yang menjijikkan, bukan?

Para pembaca yang mengikuti kisah Author juga akan berterima kasih kepadaku.

Hmm, baiklah, terserah.

"Pengaturan cerita tentang kesesuaian mereka untuk serum peningkat menentukan apakah orang biasa pun bisa menjadi manusia super benar-benar bagus."

[Hehehe…]

"Sentuhan yang bagus bahwa pemimpin organisasi jahat bisa punya motif untuk mengkhianati mereka juga."

[B-Bagaimana kamu tahu itu?!]

Tidak, itu klise.

Aku tahu rasa apa yang dia inginkan tanpa mencicipinya.

"Baiklah, ayo kita berangkat. Sudah saatnya aku mengawasi Siwoo."

[Oke, oke!…Ah ya…]

"Hm? Apa itu tadi?"

[T-Tidak ada!]

Betapa membosankan.

…Dan akhirnya aku menyesal karena tidak mendesak Author mengenai hal itu nanti.

Aku tak menyangka dia berniat jahat padaku di belakangku.

Aku harus memberikan penghargaan yang sepantasnya.

Tunggu, bukan itu intinya.

Sepatah kata dari Author (ulasan author) Seperti apa rasa pizza kimchi babi asam manis?

Aku dengar itu lezat.

Tidak peduli seberapa keras aku memikirkannya, rasanya tetap tidak enak.