"Mau aku berubah atau tidak, itu bukan urusan kalian. Bagaimana pun aku, kalian hanya perlu mengikuti perintahku saja. Ini adalah sanksi karena kalian telah melalaikan tugas. Aku memberikan hukuman pada Collin yang merupakan penanggung jawab di sini sebagai perwakilan kalian. Tapi jika lagi-lagi kalian terlambat, hukuman dariku tidak akan berhenti dengan satu tamparan saja. Apa kalian paham kata-kataku?" Perintah dan peringatan langsung dari Chloe kepada para pelayan dengan tegas dan sedikit ancaman.
Para pelayan pun kaget dan panik dengan perubahan Chloe yang mulai berani. Sedangkan pelayan Collin, dia terdiam mematung dengan ekspresi terkejut luar biasa tidak percaya bahwa dirinya telah ditampar dan dipermalukan.
"Kalian boleh pergi" Para pelayan pun mulai beranjak pergi sambil menyeret pelayan Collin yang masih mematung tidak menyangka, ditatapnya wajah duchess dengan raut wajah yang tidak bisa tergambarkan. Sedangkan Chloe balik menatapnya dengan tatapan mengintimidasi hingga pintu kamar tertutup.
"Aku bisa mengatasi mereka!" teriak Chloe senang dalam hati.
Sifat Park Hajeong yang selama 28 tahun hidup tidak enakan dengan orang lain tentu tidak bisa berubah seperti orang lain dalam 8 hari saja. Tetapi jika Chloe bisa membuat keributan seperti ini dengan wajah orang lain, setidaknya itu adalah perkembangan yang pesat.
"Rasanya lega sekali! Meskipun aku sedikit merasa bersalah.... Tetapi melihat respon para pelayan itu, sepertinya aku sudah melakukannya dengan baik. Walau aku berlagak bilang bahwa selanjutnya hukuman tidak akan berhenti dengan satu tamparan saja, tapi... Sejujuranya sekarang pun sudah sulit sekali bagiku" gumam Chloe dengan senang dan ragu.
Di dunia ini, dalam hal pasangan bangsawan, pekerjaan suami dan istri sudah ditentukan. Selain kasus langka di mana perempuan yang memiliki gelar, sebagian besar suami akan bekerja diluar dan istri akan melakukan pekerjaan di dalam mansion. Pekerjaan istri adalah seperti mengatur anggaran bulanan, mengawasi para pekerja dan hal lainnya. Sayangnya, kemampuan Chloe asli sama sekali tidak cocok untuk pekerjaan itu.
Sejak awal, pekerjaan mengawasi pekerja diserahkan kepada kepala ajudan dan kepala pelayan. Bahkan untuk pengaturan anggaran pun Chloe asli pernah beberapa kali melakukan kesalahan besar sehingga kepala pengurus rumah tangga memperkerjakan dan menyerahkan tugas itu pada ahli keuangan. Duke, suami Chloe asli tidak mengetahui hal itu. Karena itu, Chloe asli tidak bisa memberikan hukuman atau memecat para pekerja.
TOK
TOK
TOK
"Siapa orang yag datang menemuiku jam segini?" batin Chloe.
"Masuklah" perintah Chloe.
"Permisi nyonya" pelayan Ellie masuk dengan sopan dan hati-hati.
"Ellie?! Ellie adalah satu-satunya orang di mansion ini yang terlihat baik pada Chloe asli" batin Chloe sambil tersenyum. "
Iya, ada apa?" tanya Chloe dengan ramah.
"Sa, saya ingin memohon maaf atas kejadian kemarin" pelayan Ellie menunduk merasa bersalah atas kejadian di lorong mansion kemarin.
"Aku sangat berterima kasih padanya. Meski dia sadar kalau dia sendiri bisa dijauhi yang lain, Ellie tetap terus memperlakukan Chloe asli dengan baik" pikir Chloe.
"Tidak apa, kamu kan tidak bermaksud begitu. Jadi tidak apa-apa, Ellie" sanggah Chloe dengan lembut dan senyuman hangat.
"Ukh, terima kasih banyak nyonya, hiks, hiks, hiks" tangis pelayan Ellie pecah sambil berterima kasih dan bersyukur.
****
Chloe sedang berjalan-jalan di halaman mansion.
"Cuacanya bagus untuk jalan-jalan" gumam Chloe. "Padahal, aku bertekad untuk menghilangkan rasa tidak enakan pada orang lain dan hidup dengan cara yang kuinginkan. Tapi begitu terbangun, aku malah sudah jadi duchess" gumam Chloe sedih.
Sejujurnya, dibanding dibilang sudah beradaptasi dengan tempat ini, Chloe hanya tidak punya alasan yang mengharuskannya kembali. Chloe tidak mempunyai saudara maupun teman, orang yang bisa dihubungi pun hanyalah rekan kerja di kantor lamanya, lalu belum lama ini dia kehilangan satu-satunya pekerjaan yang bisa dia harapkan.
"Misalkan aku tidak bisa kembali menjadi Park Hajeong lagi, setidaknya aku ingin menjadi duchess yang tidak dikucilkan. Lalu selanjutnya, hal yang kuinginkan adalah.... " guma Chloe sambil berfikir.
Saat Chloe masih hidup sebagai Park Hajeong yang selalu memikirkan respon orang lain, Chloe memiliki waktu spesial saat dia bisa menjadi dirinya sendiri, satu-satunya hal yang dia sukai dengan tulus.
"Meskipun aku kehilangan kesempatan untuk mendapatkannya lagi setelah datang ke sini, jika memungkinkan aku menginginkannya kembali. Jika memilikinya, sepertinya aku bisa bertahan meski berada dalam situasi yang tidak normal sekalipun. Baiklah, ayo bilang pada suamiku duke Battenberg saat makan malam nanti" guma Chloe sambil mengepalkan tangan menyemangati diri sendiri.
****
Akhirnya, waktu makan malam yang ditunggu Chloe pun tiba. Duke battenberg dan Chloe duduk saling berhadapan dan hanya dibatasi meja makan yang panjang. Tidak ada suara lain selain suara sendok, garpu dan piring yang saling bertautan.
"Ada sesuatu yang saya perlukan, tuan duke" ucap Chloe sesaat setelah makan.
"Apa itu istriku?" tanya duke sambil menyesap minuman yang tadi dia tunda dikarenakan kaget atas permbicaraan mendadak Chloe.
"Sebenarnya apa yang ingin dia minta? Permata? Gaun mewah?" batin Alphonse.
"Saya butuh teh" ucap Chloe yakin.
Duke sedikit terkejut dengan permintaan yang menurut dia aneh.
"Iya, dia pasti kaget karena ini pertama kalinya aku meminta sesuatu seperti ini" batin Chloe cemas.
Kepala keluarga Duke Battenberg, Alphonse adalah calon suami sempurna yang memiliki segalanya dari kekayaan, kekuasaan, penampilan sampai keahlian. Dia yang tidak pernah tertarik akan cinta pun menolak semua lamaran dan surat cinta yang datang berlimpah padanya. Tapi, Alphonse juga membutuhkan istri untuk melanjutkan garis keturunan keluarga.
Syarat calon pengantin yang Alphonse ajukan sangatlah sederhana. Perempuan yang berasal dari keluarga dari keluarga lebih rendah dan tidak akan memberikan pengaruh apa pun pada kekuasaan keluarga Battenberg, perempuan yang tidak ikut campur pada urusannya dan tidak akan mencintainya. Dengan syarat itu, tidak ada perempuan lain yang secocok Chloe asli dari keluarga Gray. Dengan begitu, Chloe pun lepas dari orang tuanya dan kini pernikahan politiknya dengan Alphonse sudah berjalan selama 13 bulan.
Tentu saja tidak ada Cinta dalam hubungan kedua orang ini. Malah sebenarnya, Alphonse bisa disebut sebagai calon suami terburuk. Meskipun dia bisa memberikan gelar luar biasa yaitu duchess, mansion yang sangat besar dan Indah, ratusan gaun sampai permata yang langka dan berharga pada Chloe asli, tetapi dia tidak memberikan perhatian dan kebaikan yang manusiawi pada wanita itu.
Chloe asli takut pada Alphonse, itu karena tatapan Alphonse yang tajam bagaikan menusuk dengan jarum. Dengan alasan itu, Chloe asli yang pada dasarnya pemalu tidak pernah meminta apapun dari suaminya itu. Bahkan Chloe asli tidak bisa mengatakan makanan apa yang dia inginkan, tentu saja kalau pria itu sadar kalau Chloe tidak pernah meminta apa pun. Karena Alphonse sudah melaksanakan semua kewajibannya, dia berpikir kalau hal itu bukan bagian dari urusannya.
"Saat saya melajang, saya menikmati teh sebagai hobi. Saya butuh sesuatu untuk menghilangkan perasaan tertekan ketika menjalani kehidupan pernikahan yang masih terasa asing ini. Teh bukan produk dengan produk yang begitu mahal. Dengan keadaan keuangan keluarga duke pun, mungkin permintaan ini tidak akan menjadi beban.... "
"BERHENTI!" potong Alphonse sedikit dingin dengan raut wajah yang marah saat Chloe sedang menjelaskan kenapa dia membutuhkan teh.
"Begitu rupanya, aku sudah melukai harga diri pria ini dengan menyebutkan kondisi keuangan dan terkesan meremehkan mengganggap dia tidak bisa membeli apa pun yang dia mau" batin Chloe tersadar dengan kesalahannya.
"Aku akan memberikan perintah untuk memesan teh dengan jumlah yang cukup agar kamu tidak kekurangan. Lalu, kamu tidak perlu meminta izin untuk membeli apa pun. Belilah apa pun yang kamu inginkan dengan anggaran yang sudah disediakan" Alphonse memberikan jawaban dan juga perintah untuk Chloe.
"A... Apa pun?" tanya Chloe kaget tidak yakin.
"Apa pun" jawab Alphonse yakin.
"Kalau begitu istirahatlah, istriku" ucap Alphonse lagi.
Sebelum merasuki tubuh Chloe asli, Chloe mencintai teh. Teh adalah satu-satunya celah untuk bisa bernafas di tengah kehidupannya yang selalu tidak enakan pada orang lain selama 28 tahun. Meskipun atasannya mengomel tanpa henti sekalipun, Chloe bisa bahagia sejenak hanya dengan segelas teh. Tentu saja uang yang dia investasikan untuk teh dan untuk mengumpulkan koleksinya memang tidak sedikit. Tapi, karena sekarang dia memasuki dunia ini, sekarang dia kehilangan itu semua.
"Yah mau bagaimana lagi, toh saat ini aku tidak kehilangan hal itu saja. Aku penasaran teh apa yang dia pesan" gumam Chloe senang sambil berjalan ke arah kamarnya.
****
"Selamat pagi, nyonya" salam para pelayan serentak dengan wajah ditekuk tidak rela.
"Bagus, hari ini hari ini semua pelayan yang bertugas sudah bersiap" batin chloe.
Para pelayan melakukan tugas yang seharusnya mereka lakukan dengan membantu membersihkan diri, memakaikan baju hingga sarapan di dalam kamar.
"Meskipun sikap mereka tidak baik, tapi memang lebih cepat dan nyaman dibanding melakukannya sendiri" gumam Chloe sambil membersihkan mulut karena telah selesai sarapan.
TOK
TOK
TOK
"Masuklah" sahut Chloe.
"Nyonya, teh yang dipesan kemarin telah tiba!" ucap pelayan memberitahu.
"Benarkah?" tanya Chloe dengan senang dan kemudian mulai berjalan keluar kamar ingin melihat pedagang yang sedang mengantar pesanan teh.
"Ya ampun, barangnya banyak sekali, apa duke habis membeli perabot ya?" batin Chloe saat melihat banyak barang yang baru datang dan diletakan di dalam gudang.
"Akhirnya anda datang, nyonya" sapa Kiel yang menjabat sebagai kepala pengurus rumah di mansion tersebut.
"Aku dengar katanya tehku sudah sampai, tehku yang mana yah?" tanya Chloe sambil melihat-lihat kotak kayu yang banyak dan tersusun rapih.
"Ya? Tehnya ada di sana" jawab Kiel.
"Di sana manya ya?" tanya Chloe masih celingak-celinguk mencari.
"Itu, yang bertumpuk di sebelah sana, nyonya" ucap Kiel menunjuk kotak kayu yang tesusun rapih itu.
"APAAA?!"