"Teh yang aku maksud adalah teh yang bisa yang bisa kuminum, daun teh yang bisa diseduh dengan air hangat" jelas Chloe berharap apa yang dikatakan Kiel adalah sebuah kesalahan.
"Iya, ini nyonya, semua yang menumpuk di sana adalah daun teh yang dipesan tuan besar" papar Kiel dengan tersenyum.
"Ah, Alphonse... orang itu... Mempunyai harga diri yang sangat tinggi ya" batin Chloe pasrah.
"Apa pun maksudnya, aku tetap berterima kasih, aku harus bilang terima kasih saat makan malam nanti" gumam Chloe dan melihat isi kotak kayu yang bertumpuk sambil tersenyum.
"Kami akan memindahkan semua teh ke dalam kamar anda, nyonya" ucap Kiel.
****
"Tea time pertamaku harus berjalan dengan lancar" gumam Chloe tersenyum membawa sekotak kecik teh berjalan menuju tangga.
"Selamat siang, nyonya" sapa Ellie senang saat menaiki tangga sambil membawa seprai dan selimut yang akan dicuci.
"Ellie!" sahut Chloe senang.
"Daripada minum sendiri, minum bersama-sama pasti akan lebih enak" batin Chloe,
"Pas sekali, apa kamu mau minum teh bersamaku?" tanya Chloe bersemangat.
"Ma, maafkan saya nyonya, sepertinya untuk sekarang akan sulit. Nyonya collin meminta saya mengerjakan sesuatu, maafkan saya, nyonya? Jawab Ellie dengan gugup.
"Jari-jarinya membengkak dan jadi keriput, dia juga bercucuran keringat dan seragamnya terlihat kusut. Ellie adalah pelayan termuda di antara para pelayan pencuci, dia pasti sering mengerjakan tugas senior yang dilemparkan padanya. Bahkan pelayan Collin yang mengatur para pelayan pencuci sama sekali tidak peduli meski para pelayan senior membuat yang termuda bekerja keras. Ellie juga butuh waktu sejenak untuk beristirahat" batin Chloe.
"Tidak apa, aku kan nyonya besar di sini, bilanglah pada pelayan Collin kalau aku yang memanggilmu" bujuk Chloe dengan senyum mengembang.
"Ba, baik Nyonya" Ellie terbujuk.
****
"Nyo, nyonya?" kaget pelayan dapur saat melihat Chloe dan Ellie memasuki area dapur.
"Selamat siang, nyonya" para pelayan dapur membungkuk memberi hormat kepada Chloe.
"Walaupun wanita bangsawan biasa tidak akan pernah menginjakkan kaki ke dapur, tapi aku kan bukan bangsawan biasa. Chloe asli memang tidak mendapatkan perlakuan yang semestinya di seluruh bagian mansion, tapi ternyata bagian dapur yang tidak pernah berhubungan langsung dengannya punya suasana yang berbeda" batin Chloe sambil melihat sekeliling dapur.
"Padahal menerima pandangan yang tertuju pada seluruh tubuhku ini bukan perasaan yang menyenangkan, anggap saja aku sedang melakukan presentasi" batin Chloe lagi karena mendapatkan tatapan aneh dan tanya dari pelayan dapur.
"Nyonya, kenapa anda datang sampai ke sini...?" tanya Bertha senior pelayan dapur.
"Aku datang untuk membuat teh" jawab Chloe.
"....teh?" tanya Bertha lagi memastikan.
"Wajar kalau dia merasa aneh. Karena di kekaisaran ini, kopi lebih dikenal secara luas dibandingkan dengan teh, meski aku tidak tau apa alasannya" batin Chloe.
"Iya, apa kamu bisa mengeluarkan ketel untuk merebus air" jawab Chloe dan meminta sebuah ketel kepada Bertha.
"Ini ketelnya, nyonya" Berha memberikan ketel besi kepada Chloe.
"Apa di sini tidak ada ketel yang terbuat dari perunggu?" tanya Chloe lagi ke Bertha.
"Ya? Ketel perunggu? Apa nyonya tidak bisa menggunakan ketel besi saja? Saat ini kami sedang sibuk" sergah Bertha merasa enggan untuk terus berurusan dengan Chloe.
"Penting untuk merebus air teh dengan cepat agar saat mendidih tersisa banyak udara di dalamnya, berbeda dengan ketel besi memiliki daya pengantar panas yang lebih rendah, sehingga membutuhkan waktu untuk mendidih. Jadi ambilkan ketel perunggu untukku" papar Chloe dan memberikan perintah pada Bertha untuk mengambil ketel perunggu.
"Baik" jawab Bertha dengan enggan.
"Ini ketel perunggunya, nyonya" ucap Bertha menyerahkan ketel perunggu.
"Terima kasih" jawab Chloe.
"Ellie, bisa tolong rebuskan air?" tanya Chloe kepada Ellie.
"Bisa nyonya" jawab Ellie.
"Di sini tidak ada teaware* melainkan cuma ada coffeeware saja untuk sekarang aku harus puas dengan ini" gumam Chloe.
(Teaware: perlengkapan untuk menyeduh dan minum teh)
Chloe pun membuat teh dengan menggunakan alat seadanya. Saat Chloe mencoba meminum teh yang sudah dibuatnya, tiba-tiba....
"Nyonya, apa anda baik-baik saja?" tanya Ellie panik setelah melihat wajah Chloe yang berubah aneh.
"Jangan-jangan beracun" pikir Ellie takut.
"Tidak apa-apa, aku hanya salah menyeduh tehnya" jawab Chloe menenangkan Ellie.
"Tehnya tidak bisa diminum karena rasanya terlalu sepat, kenapa bisa? Sepertinya masalahnya bukan ada pada daun tehnya, peralatan minum tehnya juga bersih. Jangan-jangan...?" batin Chloe berpikir.
"Ellie, apa kamu bisa membawakan aku segelas air?" pinta Chloe.
"Iya? Baik nyonya" jawab Ellie bingung.
"Ini airnya, nyonya" Ellie memberikan segelas air ke Chloe.
"Terima kasih, Ellie" jawab Chloe lalu meminum airnya.
GLEK, GLEK.
"Airnya terasa sangat ringan saat melewati tenggorokan, rasanya juga jernih, ini rasa yang tidak asing. Tidak salah lagi, air di sini adalah air lunak, bukannya air sadah*" batin Chloe.
(Air lunak & air sadah: air lunak adalah air yang memiliki kadar mineral yang rendah, sementara air sadah adalah air yang memiliki kadar mineral tinggi)
Saat masa kuliah, beruntungnya Park Hajeong mendapatkan support dari kampus dan bisa pergi belajar bahasa ke Inggris dalam jangka waktu singkat. Saat itu, dia kesulitan karena asing dengan rasa airnya. Airnya tidak cocok di lidahnya, lalu semakin sering dia mandi di sana, kulitnya juga menjadi kasar. Dari penjelasan teman sekamarnya, hal itu itu terjadi karena air Eropa adalah air sadah yang memiliki banyak kandungan mineral di dalamnya.
"Karena tempat ini mempunyai gaya hidup yang mirip dengan Eropa, tanpa sadar aku menyeduh teh dengan cara yang pernah kugunakan saat di Inggris dulu. Tapi rasanya tidak enak, jadi kali ini ayo kita coba menyeduh teh dalam waktu singkat saat seperti yang kulakukan di korea" pikir Chloe.
Chloe pun mengulangi kembali membuat teh dengan waktu yang sudah dia tentukan.
SLUURRP
"Enak" batin Chloe senang setelah merasakan teh yang baru dia buat.
"Ellie coba minumlah, ini disebut teh hitam. Saat kamu meminumnya, kamu akan mencium aroma malt* yang manis" Chloe menyodorkan teh kepada Ellie sambil menjelaskannya.
(Malt: biji-bijian yang direndam dalam air lalu kemudian disimpan di tempat lembab dan dikeringkan, umumnya menggunakan biji gandum)
SLUURRP
"E, enak! Aroma dan rasanya juga sangat manis!" ucap Ellie berbinar setelah merasakan teh yang diberikan Chloe.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita pindah ke tempat yang lebih nyaman?" tanya Chloe pada Ellie.
"Baik!" jawab Ellie cepat.
"Aromanya enak..."
"Wah..."
"Glek"
"..."
Para pelayan dapur berbisik.
****
Di dunia kehidupan Chloe yang sebelumnya, terutama di Eropa saat ini sedang mengalami perkembangan budaya minuman. Hal itu terjadi karena air Eropa tidak memiliki rasa yang enak dan merupakan air sadah yang tidak baik untuk tubuh.
Berkebalikan dengan itu, air di sini sangatlah bersih, jadi tidak perlu mengembangkan kebudayaan minum teh. Meskipun ada juga negara sekitar yang menikmati teh, kekaisaran akan mengganggap mereka sebagai negara yang tidak beradab. Mungkin untuk orang-orang kekaisaran yang memilih alkohol dan kopi sebagai minuman favorit, mereka akan menganggap teh adalah minuman rendah yang hanya dinikmati oleh bangsa tidak beradab. Meskipun begitu, saat Chloe melihat Ellie senang meminumnya, sepertinya teh masih punya harapan.
TOK, TOK, TOK
"Masuklah" jawab Chloe yang sedang bersantai melihat ke luar jendela.
BRAAKK
pelayan Collin masuk membuka pintu dengan keras.
"...Pelayan Collin?" ucap Chloe.
"Suasananya tidak biasa, ada apa tiba-tiba dia datang ke sini?" batin Chloe heran.
"Saya datang untuk menyampaikan sesuatu nyonya" ucap pelayan Collin dengan kepala terangkat angkuh dan tangan terlipat di depan menantang.
"Apa itu?" jawab Chloe ragu.
"Saya harap ke depannya, nyonya tidak akan mengajak pergi pelayan yang sedang bekerja. Kami jadi mengalami hambatan pada pekerjaan kami. Saya memberikan hukuman kepada Ellie" ucap pelayan Collin seraya memberikan rasa intimidasi kepada Chloe.