Chereads / 50 Resep Teh Duchess / Chapter 5 - Chapter 5

Chapter 5 - Chapter 5

"Apa katamu? Itu tidak mungkin, berani-beraninya kamu bicara seperti itu tentang nyonya besar yang secantik Dewi!" teriak Jacob marah.

"Benar! Aku tidak bisa memaafkanmu yang bicara sembarangan tentang nyonya!" teriak Balt yang juga marah.

"Ayo duel! Aku tidak bisa memaafkanmu yang sudah menjelekkan nyonya, Thomson!" tantang Jacob yang sudah tersulut emosinya.

"Eh, tunggu" sergah Thomson panik.

"Kenapa kalian ribut-ribut" ucap Ballondor ketua kesatria.

"KETUA!!" semua kesatria serempak kaget melihat Ballandor muncul.

"Katakanlah, ada apa?" tanya Ballondor.

"Thom, semua karena Thomson! Habisnya Thomson menghina nyonya besar..." elak Jacob dengan panik tetapi masih dalam keadaan marah.

"Jacob, kamu..." bentak Thomson.

"Ini salah paham, ketua! Maksud saya bukan seperti itu!" Thomson berusah menjelaskan.

"Sebenarnya...." Thomson mulai bercerita kronologi yang telah terjadi kepada Ballondor.

"Jadi katamu para kesatria biasa ini bertemu dan berbincang dengan duchess, bahkan mereka meminum sesuatu yang dibuat oleh nyonya sendiri? Tidak bisa dipercaya, mereka melakukan hal tidak pantas seperti itu pada duchess" cecar Ballondor kesal membuat Jacob, Cain dan Balt berdiri terdiam dengan takut.

"Kalian berempat diskors seminggu ke depan. Thomson, kesalahanmu adalah membuat keributan" tunjuk Ballondor dan memberikan hukuman.

"Hah...?" kaget Thomson tak percaya.

"Ke, ketua!" bujuk Jacob ke Ballondor yan telah belanjak pergi membelakangi mereka.

****

Tok, tok

"Tuan besar, ini saya Ballondor" ucap Ballondor meminta izin untuk masuk ke ruang kerja Alphonse.

"Masuklah" jawab Alphonse.

Krieet

Ballondor membuka pintu dan memasuki ruang kerja Alphonse.

"Ada apa?" tanya Alphonse langsung.

"Para kesatria di bawah pengawasan saya telah melakukan ketidaksopanan pada nyonya besar... Saya datang untuk memohon pengampunan" ucap Ballondor.

"Ketidaksopanan?" tanya Alphonse.

"Iya, mereka bertemu dan duduk bersama nyonya di kediaman duke, lalu meminum teh yang dibuat oleh duchess sendiri" jawab Ballondor.

"Berarti tehnya sudah sampai ya" batin Alphonse.

"Meminta maaflah pada orang yang bersangkutan" ucap Alphonse sambil mengetuk jarinya di meja kerjanya.

"Ya?" tanya Ballondor memastikan.

"Aku tidak tertarik dengan urusan pribadi istriku. Apa kamu masih belum tahu itu?" tanya Alphonse.

"Aku lupa kalau tuan besar tidak acuh pada nyonya" batin Ballondor.

"Lalu, ke depannya jangan laporkan hal tidak penting tentang istriku kepadaku lagi" ucap Alphonse tegas sambil membakar cerutunya.

"Baik, saya paham, maaf jika saya mengganggu tuan" ucap Ballondor menunduk memberikan hormat.

"Kalau begitu pergilah" perintah Alphonse.

"Baik" jawab Ballondor.

Ballondor pun berbalik dan berjalan menuju pintu. Namun tepat di depan pintu, Ballandor berhenti dan berbalik.

"Tuan besar, ada yang bawahan saya katakan mengenai teh yang dibuat oleh nyonya" ucap Ballondor.

"Apa?" tanya Alphonse dengan enggan sambil memeriksa berkas.

"Katanya rasanya sangat enak. Minuman nyonya sangat spesial, berbeda dengan minuman lainnya. Kalau begitu, saya undur diri" ucap Ballondor kemudian pamit dab meninggalkan ruang kerja duke.

"Ternyata hal pribadi yang tidak penting, Ballondor tidak mungkin tidak tahu akan hal itu" batin Alphonse yang kemudian teringat kembali kata-kata Chloe yang meminta teh padanya.

"...."

****

"Setidaknya kalau aku membereskan sendiri, aku jadi lebih mudah ingat di mana aku meletakkannya. Sisanya biar aku bereskan setelah beristirahat dulu sebentar" gumam Chloe yang baru saja selesai merapihkan kotak-kotak kecil berisi daun teh di rak yang sudah disediakan dan sedang duduk untuk beristirahat sejenak.

Tok, tok

"Permisi, apa anda sedang membereskan daun tehnya?" tanya Kiel yang masuk untuk memeriksa Chloe.

"Ah, tuan kepala pengurus rumah" ucap Chloe.

"Masa nyonya memanggil saya tuan kepala pengurus rumah? Panggil saya Kiel saja nyonya" ucap Kiel yang muncul dari balik pintu.

"Kenapa anda susah-susah membereskannya sendiri? Biar saya bantu, nyonya" ucap Kiel dengan wajah sumringah hingga membuat Chloe yang baru saja duduk untuk beristirahat menjadi tidak enak untuk menolak.

"Terima kasih sudah membantuku" ucap Chloe yang sudah melihat kotak kayu berisikan daun teh sudah kosong.

"Saya hanya mengerjakan tugas saya sebagai kepala pengurus rumah, nyonya" ucap Kiel.

"Ah, Kiel. Meski agak aneh jika membalasnya dengan ini... Tapi aku ingin menjamumu dengan teh, Kiel" ucap Chloe memberikan penawaran sebagai balas budi pada Kiel.

"Benarkah? Tentu saja saya mau, sebuah kehormatan bagi saya" ucap Kiel.

"Nyonya, tapi sejak kapan anda menyukai teh?" tanya Kiel penasaran sambil membantu membawa teh ke ruang tamu.

"Saat masa aku masih melajang, aku pernah tidak sengaja mencoba teh" elak Chloe agar tidak ketahuan Kiel.

"Ah, ternyata begitu" ucap Kiel sambil mendorong pintu menggunakan bahunya karena tangannya penuh.

Krieet

Chloe dan Kiel terdiam heran karena ternyata Alphonse sedang duduk membaca koran di dalam ruang tamu.

"Tuan duke" panggil Chloe.

"Istriku" ucap Alphonse.

"Meskipun selama 13 bulan ini bukannya tidak pernah Chloe asli bertatapan dengannya seperti ini... Jangankan mengobrol hal pribadi, bahkan kami tidak pernah bertukar sapa. Itu karena biasanya Alphonse duluanlah yang menghindariku. Kali ini pun dia pasti melakukannya juga" batin Chloe menunduk.

"Apa kamu datang untuk minum teh?" tanya Alphonse.

"Ya? Ah, iya" jawab Chloe gugup.

"Kalau begitu, apa kamu bisa menyajikan teh untukku juga?" tanya Alphonse berharap.

Chloe terkejut dengan permintaan Alphonse. Pada dasarnya, Park Hajeong tidak pernah menolak permintaan untuk menyedihkan teh. Itu karena tidak banyak orang yang menyukai teh, hanya dengan bilang tertarik saja sudah membuatnya senang. Tapi...

"Sepertinya tidak bisa" batin Chloe.

"Ma, maafkan saya, tapi hari ini saya dan Kiel..."

"Aaah! Waduh! Tiba-tiba saya teringat hal yang mendesak! Ah, sayang sekali, padahal ini kesempatan untuk mencoba teh nyonya" ucap Kiel paham dengan kondisi yang ada hingga memotong omongan Chloe agar tidak menolak Alphonse. Kiel pun menunduk memberi hormat dan pamit pergi.

"Kalau begitu, sampai jumpa di kesempatan lain" ucap Kiel sambil berlalu pergi dan menutup pintu.

"Cepat sekali!" batin Chloe heran lihat kelakuan Kiel.

"Ca, canggung" batin Chloe tiba-tiba merasakan dingin dan tekanan karena tatapan Alphonse yang mengintimidasi.

"Awalnya waktuku bertemu dengan Alphonse hanya saat makan malam saja, bahkan kami hampir tidak pernah berbicara selain sapaan sederhana, isu umum atau bisnis" pikir Chloe yang saat ini membuat dia gugup dan panik.

Chloe pun menggelengkan kepalanya, menepiskan pikiran negatif yang terlintas.

"Ah... Anda ingin teh yang seperti apa?" tanya Chloe dengan senyum canggung.

Alphonse menatap Chloe dengan sendu.

"Teh yang istriku inginkan"

****

Pada dasarnya, Alphonse Battenberg memang tidak tertarik dengan kuliner. Dulu jika ada orang yang bisa membuat minuman enak sekali pun, itu bukan hal penting untuknya. Tetapi,...

"Pertama kalinya dia meminta sesuatu setelah 13 bulan" batin Alphonse.

Padahal selama ini, perempuan itu tidak bisa menatap matanya secara langsung dan takut padanya. Namun akhir-akhir ini, wanita itu tidak menghindari pandangannya. Dengan mata bersinar yang lurus dan jelas, wanita itu tenang mengahadapinya, bahkan dia yang memulai pembicaraan sampai meminta sesuatu. Benar-benar perubahan yang mengejutkan, seakan-akan sang istri telah berubah menjadi orang lain.

****

Cuurr

Chloe sedang menuangkan teh ke dalam cangkir untuk Alphonse.

"Silahkan menikmati" ucap Chloe.

"Jadi ini sesuatu yang sangat disukai wanita ini" batin Alphonse.

Slurp

alphonse meminum teh yang sudah dibuatkan oleh Chloe.

"Rasanya seperti sedang menunggu penilaian juri di program audisi. Aku harap dia menyukainya" batin Chloe harap-harap cemas.

"Ini rasa dan aroma yang baru pertama kali kurasakan. Aroma seperti malt yang menyerbak di ujung penciumanku, lalu rasa yang ditinggalkan teh ini memiliki kedalaman yang cukup dan juga lembut. Berbeda dengan dugaan bahwa minuman ini adalah minuman kaum tidak beradab, aroma yang teh ini miliki tidak ringan dan murahan" batin Alphonse memuji teh yang dia minum.

Teh yang Chloe pilih adalah teh hitam yang sedikit kental dan dalam, dengan pencampuran aroma tidak manis dan juga kering. Teh dengan rasa yang tidak neko-neko, namun rasanya yang pekat dan berkelas membuat teh tersebut cocok untuk orang dewasa.

"Aku menikmatinya" ucap Alphonse meletakkan cangkir yang telah kosong.

"Dia minum semuanya" batin Chloe.

"Ah, anda langsung pergi?" tanya Chloe ketika melihat Alphonse berdiri.

"Iya, aku akan pergi dulu" jawab Alphonse.

"Akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa" batin Chloe menunduk sedih.

"Selanjutnya juga... Apa kamu bisa menyiapkan teh lagi untukku?" tanya Alphonse tiba-tiba.

"Iya, tentu saja" ucap Chloe tersenyum senang.

Alphonse tertegun, sejenak dia terpana dengan senyumannya Chloe. Tetapi dia langsung membalikkan badan dan keluar dari ruang tamu.

****

"Nyonya, ada surat untuk ada" pelayan mengantarkan surat kepada Chloe.

Chloe mengambilnya kemudian menyuruh pelayan tersebut keluar dan mulai membaca surat sambil rebahan di kamarnya.

"Ternyata undangan ya. Padahal aku kira tidak akan ada surat yang datang untukku. Ah, ternyata putri marquees Belladona mengadakan pertemuan. Kalau dipikir-pikir lagi, Chloe asli kan seorang duchess. Dia juga harus bersosialisasi di pergaulan kelas atas ya" gumam Chloe.

"Hhmm, tapi nona muda Belladona siapa ya? Bagaimanapun aku mencoba mengingatnya, aku merasa tidak kenal dengannya" Chloe berpikir dengan keras.

Yah, setelah pesta teh yang Chloe asli adakan setelah menikah hancur, dia menarik diri dari pergaulan kelas atas. Mungkin karena itu, Chloe asli hampir tidak mengenal nona muda Belladona. Chloe tidak mempunyai dalih untuk menolak undangannya. Terlebih lagi, melakukan pergaulan kelas atas sama saja seperti kewajiban bagi nyonya dari keluarga bangsawan. Hanya saja Chloe yang dulu tidak melaksanakan kewajibannya.

"Aku tidak punya pilihan lain, aku harus pergi, aku harus pergi dan mencoba untuk mengenal orang-orang, atau aku bisa makan makanan enak saja di sana" gumam Chloe berpikir.