Setelah kehilangan Wei Han, suasana di markas The Capital One terasa suram. Adam, Mia, dan Tan berusaha menyesuaikan diri dengan realitas baru mereka. Namun, kemarahan dan kesedihan Tan mulai memuncak, mengubahnya menjadi sebuah tekad yang berbahaya.
"Cukup sudah!" teriak Tan, matanya menyala. "Kita tidak bisa duduk dan berdiam diri. Kita harus menyerang pos terdekat kerajaan dan membalas dendam!"
Adam, berusaha tetap tenang, menjawab, "Tan, itu terlalu berisiko. Kita harus merencanakan dengan matang, bukan hanya bertindak berdasarkan emosi."
"Jadi kita hanya menunggu sampai mereka menyerang lagi?!" Tan membentak, mengabaikan saran Adam. "Setiap detik kita berlalu, lebih banyak orang menderita!"
Ketegangan semakin meningkat. Adam merasa perlu untuk menunjukkan bahwa dia tidak takut menghadapi Tan. "Jika kamu begitu yakin, kita bisa bertarung. Satu lawan satu. Jika kamu menang, aku akan ikut."
"Baiklah," jawab Tan, suaranya tegas. "Aku akan membuktikan bahwa kita perlu bertindak sekarang."
Mia, yang cemas, berusaha melangkah di antara mereka. "Ini bukan jalan yang benar! Kita seharusnya bersatu, bukan saling menyerang!"
Namun, teriakan Mia terabaikan saat keduanya bersiap bertarung. Mereka mengangkat senjata, menciptakan ketegangan yang mengancam persahabatan mereka. Pertarungan dimulai, masing-masing mengeluarkan kekuatan dan keterampilan yang telah mereka pelajari selama bertahun-tahun.
Tan menyerang dengan kecepatan dan semangat, tetapi Adam tetap fokus, berusaha menghindari serangan. Suasana semakin memanas, dan saat Adam berhasil membalas serangan, Tan merasakan kemarahan dalam dirinya semakin membara.
"Cukup!" teriak Mia, melompat ke tengah mereka. "Berhenti! Ini tidak akan menyelesaikan apa-apa!"
Adam dan Tan terhenti, napas mereka berat. Tan menatap Adam, kemudian menundukkan kepala, air mata mengalir di pipinya. "Aku minta maaf, Adam. Aku tidak seharusnya membiarkan kemarahan mengambil alih."
"Dan aku juga," balas Adam lembut. "Kita semua berduka. Kita harus bersatu untuk menghadapi tantangan ini."
Ketika mereka mulai saling memaafkan, seorang wanita tiba-tiba muncul dari bayangan, menarik perhatian mereka. Dengan langkah percaya diri, Margareth Silverburg memperkenalkan diri. "Aku Margareth, cucu dari strategi militer Lucas Silverburg."
Mia dan Tan saling berpandangan, terkejut oleh kehadirannya. "Apa yang kamu inginkan?" tanya Adam, masih waspada.
Margareth tersenyum, memahami skeptisisme mereka. "Aku tahu tentang penderitaan kalian dan perjuangan yang kalian hadapi. Aku ingin membantu. Mari kita bekerja sama untuk menghapus kerajaan yang korup ini."
Dia menjelaskan rencananya, menawarkan dirinya sebagai ahli strategi dalam upaya membangun kembali kekuatan The Capital One. Dengan kecerdasannya dan pengalaman keluarganya, Margareth berpotensi menjadi sekutu yang berharga.
"Bersama, kita bisa merencanakan serangan yang lebih efektif dan memimpin pemberontakan ini," lanjutnya. "Kita tidak perlu bertindak tergesa-gesa; aku ada beberapa strategi untuk mengurus hal ini."
Adam, Tan, dan Mia menatap Margareth, harapan baru muncul di dalam hati mereka. Dengan bantuan Margareth, mereka mungkin bisa memenuhi janji kepada Wei Han dan berjuang untuk masa depan yang lebih baik.
"Baiklah," kata Adam, menatap Margareth dengan tekad. "Kita akan bekerja sama."
Dengan keputusan ini, masa depan yang lebih cerah mulai terlihat di depan mereka. Mereka bersiap untuk menghadapi tantangan yang akan datang, bersatu dalam perjuangan melawan ketidakadilan dan kegelapan yang mengancam Eldoria.