Setelah Tan kembali ke markas Glory Army, suasana di dalam ruangan terasa tegang. Margareth segera mengumpulkan semua anggota untuk sebuah rapat mendesak. Dia berdiri di depan, wajahnya serius, dan semua mata tertuju padanya.
"Terima kasih telah berkumpul di sini," kata Margareth, suaranya tegas. "Hari ini, kita akan melakukan beberapa perubahan penting. Pertama, kita akan mengganti nama kelompok kita dari The Capital One menjadi Glory Army. Kita membutuhkan identitas baru yang lebih kuat dan penuh harapan."
Suara tepuk tangan menggema di ruangan, tanda dukungan anggota untuk nama baru tersebut. Semangat mulai menyala kembali di antara mereka.
Margareth melanjutkan, "Selanjutnya, aku perlu memberitahukan kalian tentang situasi terbaru. Tan dan Kwansoo telah ditangkap oleh pihak kerajaan. Ini adalah saat yang kritis bagi kita semua. Kita tidak bisa tinggal diam."
Semua wajah dalam ruangan tampak tegang saat mendengar berita itu. Adam merasa gelisah. Dia tahu bahwa mereka harus bertindak cepat.
"Untuk itu," Margareth berkata, "aku ingin menunjuk Adam sebagai pemimpin kita. Dalam situasi ini, kita membutuhkan kepemimpinan yang tegas dan strategis. Adam, apakah kamu bersedia mengambil tanggung jawab ini?"
Adam terkejut, rasa tanggung jawab yang tiba-tiba menghimpit hatinya. "Aku? Aku merasa belum siap untuk itu."
Margareth menggelengkan kepala. "Kita semua percaya padamu. Dengan pengalamanmu dan keberanian yang telah kamu tunjukkan, kamu adalah orang yang tepat untuk memimpin kita."
Setelah beberapa saat, Adam mengangguk perlahan, menerima tanggung jawab tersebut. "Baiklah, aku akan berusaha sebaik mungkin. Kita harus menyelamatkan Tan dan Kwansoo."
"Bagus!" Margareth tersenyum. "Sekarang, kita perlu menyusun rencana untuk membebaskan mereka. Kita tahu bahwa ada sekitar 3.000 prajurit kerajaan di Desa Sunshine, dipimpin oleh Komandan Kirlo."
"Dan kita hanya memiliki sekitar 500 prajurit," Adam menambahkan, merasakan beratnya situasi yang dihadapi.
"Kita harus mencari sekutu," Margareth menjelaskan. "Kita perlu dukungan agar bisa melawan mereka."
Mia menanyakan, "Siapa yang bisa kita hubungi?"
"Kita harus menemui Roni, raja dari Kerajaan Clasie. Dia terkenal adil dan merupakan musuh kerajaan Eldoria," jawab Margareth. "Tetapi kita harus melewati Dragon Glory, yang sangat ketat dalam menjaga perbatasannya."
"Bagaimana kita bisa masuk?" tanya Adam, merasakan ketegangan yang meningkat.
"Kita harus mencari cara untuk mendapatkan izin," Margareth menjawab. "Adam dan Abdul, kalian berdua yang akan pergi menemui Roni. Pastikan kalian membawa berita tentang misi kita dan harapan kita untuk mendapatkan dukungan."
Adam merasakan beban harapan yang kini dipikulnya. "Kita harus berhasil. Kita tidak bisa membiarkan Tan dan Kwansoo terjebak lebih lama."
Semua anggota Glory Army memberikan semangat dan dukungan kepada Adam. Dengan rencana yang jelas di depan mereka, semangat juang kembali menyala di dalam hati masing-masing.
Rencana Tersembunyi
Sementara itu, di Desa Sunshine, Tan dan Kwansoo berjuang dalam tahanan. Mereka berusaha untuk tetap kuat, merencanakan pelarian sambil menunggu kesempatan yang tepat. Tan terus memikirkan bagaimana mereka bisa bertahan dan menyampaikan pesan kepada Adam dan Mia.
"Jika mereka bisa mendapatkan dukungan, kita mungkin bisa keluar dari sini," kata Kwansoo, tetap tenang meski dalam situasi sulit.
"Kita harus percaya pada mereka," Tan menjawab, harapan yang samar masih ada di dalam hatinya. "Mereka pasti akan datang."
Dengan perjalanan menuju Kerajaan Clasie yang penuh tantangan dan harapan untuk menyelamatkan Tan dan Kwansoo, Adam dan Abdul bersiap menghadapi apa pun yang akan datang. Pertarungan untuk masa depan mereka baru saja dimulai.