Irian melayang di antara awan, merasakan kebebasan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Zephyr mengamati dengan senyuman, seolah mempersiapkan ujian selanjutnya. "Sekarang, Irian, kau telah merasakan kekuatan udara. Saatnya menguji kemampuanmu dalam mengendalikan aliran angin."
"Apa yang harus aku lakukan?" Irian bertanya, bersemangat namun juga waspada.
"Ciptakan tornado kecil dengan menggunakan aliran angin. Tornado ini harus dapat mengangkat benda-benda di sekitarmu, tetapi jangan sampai kehilangan kendali," Zephyr menjelaskan.
Irian mengangguk, mengumpulkan energi. Ia berdiri di atas awan, merasakan getaran udara di sekelilingnya. Dengan fokus yang dalam, ia mulai menggerakkan tangannya, mengarahkan angin untuk berkumpul.
Tiba-tiba, angin berputar dengan cepat, menciptakan tornado kecil yang mulai mengangkat batu dan dedaunan di sekitarnya. Namun, saat tornado itu semakin besar, Irian merasa kesulitan untuk mengendalikannya.
"Jaga fokusmu, Irian!" Zephyr mengingatkan. "Jangan biarkan energi mengalir tak terarah."
Dengan segenap usaha, Irian menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba menenangkan pikirannya dan mengingat semua pelajaran sebelumnya. "Aku harus mengendalikan ini!" Ia berteriak, mencoba menstabilkan tornado.
Bola api dari pelajaran sebelumnya muncul dalam pikirannya, mengingatkan pada keselarasan antara elemen. Perlahan, ia menambahkan energi dari api, menciptakan kombinasi antara udara dan api. Tornado itu mulai berputar lebih cepat, tetapi kali ini dengan kontrol yang lebih baik.
"Bagus! Sekarang, coba arahkan tornado itu ke arahku!" Zephyr menantang.
Irian merasa sedikit ragu, tetapi ia tahu ini adalah kesempatan untuk membuktikan kemampuannya. Dengan percaya diri, ia mengarahkan tornado menuju Zephyr. "Sekarang!" ia berseru.
Tornado itu melesat dengan kecepatan tinggi, mengangkat daun dan serpihan lainnya. Zephyr tidak bergerak, tetapi ia tersenyum lebar. Begitu tornado mendekat, Zephyr dengan mudah mengayunkan tangannya, dan tornado itu berbelok kembali, menghilang tanpa jejak.
"Hebat! Kau telah berhasil mengendalikan aliran angin," Zephyr memuji. "Tetapi ingat, angin bisa sangat tidak terduga. Kau harus belajar untuk memprediksi perubahan."
"Terima kasih, Zephyr! Aku merasa semakin kuat," Irian menjawab, rasa percaya dirinya semakin membara.
Zephyr menggerakkan tangan, dan sebuah portal baru muncul di hadapan Irian. "Ini adalah portal menuju dimensi terakhir—dimensi yang akan menyatukan semua yang telah kau pelajari."
Irian merasa bersemangat dan siap. "Aku siap untuk menghadapi tantangan terakhir!"
Dengan langkah mantap, Irian melangkah ke dalam portal. Dalam sekejap, ia merasa ditarik kembali, dan saat cahaya mereda, ia menemukan dirinya berada di sebuah lanskap yang indah—dimensi yang penuh dengan berbagai elemen bersatu.
Di tengah pemandangan itu, sosok yang anggun dan bersinar muncul. "Selamat datang, Irian. Aku adalah Eleara, penguasa elemen semua," katanya dengan suara lembut. "Kau telah melewati ujian dari masing-masing elemen, dan kini saatnya untuk menyatukan semua kekuatanmu."
"Apa yang harus aku lakukan?" Irian bertanya, penuh rasa ingin tahu.
"Untuk menguasai kekuatan ini, kau harus menciptakan harmoni antara semua elemen yang telah kau pelajari. Cobalah untuk menciptakan sebuah manifestasi dari keempat elemen—tanah, air, api, dan udara—dalam satu bentuk," Eleara menjelaskan.
Irian mengangguk, berusaha memahami tantangan itu. Ia membayangkan bagaimana keempat elemen bisa berinteraksi satu sama lain. "Aku harus menemukan keseimbangan," ia berbisik pada dirinya sendiri.
Dengan fokus yang dalam, Irian mulai memanggil kekuatan dari setiap elemen. Ia merasakan tanah di bawahnya, air mengalir, api menyala, dan angin berhembus. Energi itu berkumpul, dan dalam pikirannya, ia membayangkan sebuah bola energi yang memadukan semua elemen.
Saat bola energi itu mulai terbentuk, Irian merasakan getaran luar biasa. "Aku bisa melakukannya!" ia berseru, mendorong kekuatan ke dalam bola itu. Ia melihat bagaimana tanah membentuk struktur, air menambah fluiditas, api memberikan cahaya, dan udara menciptakan gerakan.
Namun, tiba-tiba, bola itu mulai bergetar dan tampak tidak stabil. Irian merasa panik. "Tidak! Aku harus mengendalikannya!"
Eleara tersenyum lembut. "Tenanglah, Irian. Ini adalah bagian dari proses. Kau hanya perlu menemukan keseimbangan."
Irian menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya. Ia ingat semua ajaran dari Pyra, Nereus, dan Zephyr. "Ini adalah pertempuran dalam diriku sendiri," ia bertekad.
Dengan segenap konsentrasi, Irian kembali memfokuskan energi, berusaha menemukan harmoni di antara semua elemen. Perlahan, bola energi mulai stabil, cahaya yang memancar semakin cerah.
"Bagus! Kau hampir berhasil!" Eleara memotivasi, tatapannya penuh keyakinan.
Akhirnya, Irian merasakan puncak energinya. "Bersatu!" ia berteriak, dan dalam sekejap, bola energi itu memancarkan cahaya yang luar biasa, menyebar ke seluruh dimensi.
Ketika cahaya itu mereda, Irian tertegun melihat hasilnya. Di hadapannya berdiri sebuah patung yang indah, menggambarkan harmoni antara tanah, air, api, dan udara. Patung itu berkilau dengan keindahan yang menakjubkan, mencerminkan kekuatan yang telah ia kuasai.
"Hebat, Irian!" Eleara bertepuk tangan. "Kau telah berhasil menyatukan keempat elemen. Dengan kekuatan ini, kau kini siap menghadapi apa pun yang akan datang."
Irian merasa bangga dan penuh rasa syukur. "Terima kasih, Eleara. Aku akan menggunakan kekuatan ini untuk melindungi orang-orang yang aku cintai."
Eleara tersenyum. "Kekuatan ini akan membimbingmu dalam perjalananmu. Ingatlah, meskipun kau kuat, bersatu dengan teman-temanmu adalah kunci untuk mengatasi tantangan yang lebih besar."
Irian mengangguk, menyadari pentingnya persahabatan dan kerja sama. Dengan penuh keyakinan, ia bersiap untuk kembali ke dunia asalnya, dengan kekuatan baru dan semangat yang membara, siap menghadapi Kegelapan Purba dan melindungi desanya.