Chereads / Kāten no mukō no kage / Chapter 45 - Chapter 44 - Bayang-Bayang Yang Terus Mengintai

Chapter 45 - Chapter 44 - Bayang-Bayang Yang Terus Mengintai

Dengan semangat baru, Irian dan timnya melanjutkan perjalanan mereka melalui hutan yang gelap. Meskipun mereka baru saja mengalami pertarungan hebat, perasaan ancaman masih menyelimuti mereka. Irian merasakan kehadiran kegelapan di sekitar mereka, seolah-olah hutan itu sendiri memperingatkan mereka akan bahaya yang akan datang.

"Kita harus tetap waspada," Garron berbisik, menatap sekeliling dengan hati-hati. "Kegelapan mungkin tidak akan menyerah begitu saja."

Kira mengangguk, menatap ke arah hutan yang semakin mendalam. "Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Kita perlu menemukan sumber kekuatan itu."

Irian berhenti sejenak, merenung. "Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang makhluk yang kita hadapi. Mungkin ada petunjuk di sekitar sini."

Mereka mulai mencari, memeriksa setiap pohon dan batu, mencari tanda-tanda atau simbol yang dapat memberi petunjuk tentang asal-usul kegelapan. Semakin dalam mereka masuk, semakin tebal aura misterius menyelimuti mereka.

Tiba-tiba, Irian melihat kilatan cahaya di antara pepohonan. "Lihat itu!" ia menunjuk ke arah sinar yang berkilauan. Tanpa ragu, mereka melangkah ke arah sumber cahaya itu.

Saat mendekati, mereka menemukan sebuah batu besar dengan ukiran aneh yang bercahaya. Ukiran itu menggambarkan makhluk-makhluk dari dimensi lain, serta pertempuran antara cahaya dan kegelapan.

"Kita mungkin telah menemukan sesuatu yang penting," Kira berkata, mengamati ukiran dengan seksama. "Ini bisa jadi petunjuk tentang bagaimana kita bisa melawan mereka."

Irian merasakan energi dari batu tersebut, seolah-olah ada sesuatu yang terpancar dari dalamnya. "Kita perlu menyentuhnya," katanya. "Mungkin ada informasi yang dapat membantu kita."

Ketika mereka menyentuh batu itu, cahaya menyebar, mengalir ke tubuh mereka. Dalam sekejap, visi mulai muncul di pikiran Irian. Dia melihat gambaran peperangan besar, makhluk-makhluk kegelapan menyerang dunia dengan kekuatan yang tak terbayangkan.

"Ini... ini adalah sejarah," Irian berbisik, terpesona oleh apa yang dilihatnya. "Kegelapan yang kita hadapi adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar. Mereka tidak sendirian."

Suaranya terdengar berat, dan Garron menambahkan, "Kita harus berhati-hati. Jika mereka bisa bersatu, kita harus menemukan cara untuk menghadapi mereka."

Kira berusaha mencerna apa yang mereka lihat. "Tapi bagaimana? Apakah ada cara untuk menghentikan mereka?"

Setelah beberapa saat, visinya mulai memudar, tetapi Irian merasa dia mendapatkan petunjuk yang sangat penting. "Kita perlu menemukan tempat di mana kekuatan kegelapan ini bersatu. Mungkin ada titik lemah di sana."

Kira dan Garron saling bertukar pandang, seolah memahami tujuan baru mereka. "Kita tidak bisa membiarkan mereka bersatu," Kira menegaskan.

Irian mengangguk, penuh keyakinan. "Kita harus bergerak cepat. Mari kita cari tahu di mana tempat itu berada."

Mereka segera meninggalkan lokasi batu bercahaya itu, mengikuti jejak yang mengarah lebih dalam ke dalam hutan. Setiap langkah membuat Irian semakin waspada, merasakan kehadiran musuh yang tidak terlihat.

Di tengah perjalanan, suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Tanah bergetar di bawah kaki mereka. "Apa itu?" Garron bertanya, wajahnya tampak cemas.

Sebelum Irian bisa menjawab, bayangan besar muncul dari balik pepohonan, menggulung ke arah mereka. Makhluk yang tampak mengerikan dengan mata merah menyala menatap mereka. Kegelapan yang menyelimuti makhluk itu lebih kuat daripada sebelumnya.

"Kau pikir kau bisa melarikan diri?" makhluk itu menggenggam energi kegelapan di tangannya. "Kegelapan ini akan melahapmu!"

Irian merasakan ketakutan melintas, tetapi dia mengingat kembali kekuatannya. "Kita harus bertarung! Bersiaplah!" Dia mengangkat Pedang Ketiadaan, cahaya bersinar dari bilahnya.

Kira dan Garron bersiap di sampingnya, menyiapkan serangan. "Kita tidak akan mundur!" Kira berseru, menyalakan sihirnya.

Pertempuran yang hebat pun dimulai, suara benturan pedang dan sihir mengisi udara. Irian bergerak cepat, menghindari serangan kegelapan dan membalas dengan serangan kuat dari Pedang Ketiadaan. Setiap kali dia menyerang, cahaya yang memancar dari pedangnya memotong kegelapan, mengungkapkan keberanian di dalam dirinya.

Kira melancarkan sihir petir, sementara Garron menggunakan kekuatan fisiknya untuk menghadapi makhluk itu. Ketiganya bergerak seirama, saling melindungi dan mendukung satu sama lain.

Ketika makhluk itu mulai terdesak, Irian merasakan energi dalam dirinya kembali berkumpul. "Sekarang!" ia berteriak, mengumpulkan semua kekuatan yang mereka miliki.

Dengan satu serangan terakhir, mereka menyerang bersamaan. Energi kegelapan hancur di bawah cahaya yang kuat, dan makhluk itu berteriak sebelum menghilang dalam kabut.

Irian terengah-engah, tetapi hatinya dipenuhi harapan. "Kita berhasil, tetapi ini baru permulaan."

Kira menepuk bahunya. "Kita bisa menghadapinya, asalkan kita bersatu."

Garron mengangguk, penuh semangat. "Mari kita temukan tempat itu sebelum mereka mengumpulkan kekuatan lagi."

Dengan tekad yang baru, mereka melanjutkan perjalanan, siap menghadapi kegelapan yang mengintai dan menemukan cara untuk mengalahkan ancaman yang lebih besar lagi.