Begitu melangkah ke portal, Irian merasakan perubahan suhu yang dramatis. Dimensi baru ini berkilau dengan warna merah dan oranye, seolah-olah langit sendiri terbuat dari api. Irian menyadari ia berada di Dimensi Api. Udara terasa panas dan penuh dengan energi berapi-api yang membuat jantungnya berdegup kencang.
Di tengah lautan magma yang bergetar, sosok tinggi berapi muncul. Tubuhnya terbuat dari lava yang menyala, dan matanya bersinar merah menyala. "Aku adalah Pyra, penguasa elemen api. Apa yang kau cari di dimensi ini?"
"Iku ingin belajar mengendalikan api," Irian menjawab, berusaha menahan ketegangan di dalam dirinya. "Aku perlu kekuatan ini untuk melindungi desaku."
Pyra tertawa, suaranya menggelegar seperti gemuruh. "Api adalah kekuatan yang kuat tetapi berbahaya. Hanya mereka yang benar-benar berani yang dapat menguasainya. Apakah kau siap menghadapi ujian yang akan datang?"
"Ya, aku siap!" Irian menjawab, merasa semangat membara di dalam hati.
"Baiklah. Ujian pertama adalah mengatasi ketidakstabilan api. Kau harus menciptakan bola api dan menjaga agar tidak meledak," Pyra menjelaskan. "Bersiaplah!"
Irian memfokuskan energinya, mengingat pelajaran sebelumnya tentang menyelaraskan dirinya dengan elemen. Ia mengangkat tangannya, membayangkan bola api kecil muncul di telapak tangannya. Seiring dengan itu, api mulai berkumpul, tetapi seketika, bola api itu bergetar hebat.
"Jaga konsentrasi!" Pyra berteriak, melihat Irian kesulitan.
Irian berusaha menenangkan pikirannya. Ia harus mengendalikan api, bukan sebaliknya. Dengan ketenangan, ia menyesuaikan fokusnya, mencoba menyelaraskan emosinya dengan energi api yang menyala.
Akhirnya, bola api stabil terbentuk di telapak tangannya. Ia merasakan panasnya, tetapi tidak ada rasa takut. "Aku bisa melakukannya!" ia berseru.
"Sekarang, coba lemparkan bola api itu ke arah batu besar di sana," Pyra memerintahkan, menunjukkan sebuah batu besar yang tampak keras dan kokoh.
Irian menarik napas dalam-dalam, memusatkan pikirannya pada bola api yang mengambang. Dengan gerakan tangan yang cepat, ia melemparkan bola api tersebut. Api melesat cepat, menabrak batu, dan meledak dalam ledakan cahaya yang menyilaukan. Batu itu hancur menjadi serpihan.
"Bagus! Tetapi itu baru permulaan," Pyra mengakui, tampak puas. "Kini, kita akan melatih kemampuanmu untuk mengendalikan api dalam bentuk pertahanan."
Irian merasa bersemangat. "Apa yang harus aku lakukan?"
"Ciptakan perisai api di sekelilingmu. Perisai ini harus dapat melindungi dari serangan dan juga bisa menyerang balik," Pyra menjelaskan. "Ingat, kau harus menyeimbangkan kekuatan dan kontrol."
Dengan tekad, Irian memfokuskan energinya lagi, membayangkan dinding api yang mengelilingi dirinya. Api berkumpul dan membentuk perisai yang berkilau. Rasa panas menyelimutinya, tetapi kali ini ia merasa nyaman.
"Sekarang, aku akan menyerangmu. Pastikan perisai itu kuat!" Pyra memperingatkan sebelum meluncurkan bola lava ke arah Irian.
Irian merasa detak jantungnya meningkat, tetapi ia tetap fokus. Begitu bola lava mendekat, ia mengangkat tangannya dan memfokuskan energi. Dinding api di sekelilingnya menyala, menangkis serangan dengan kekuatan yang lebih besar.
Ledakan terjadi, tetapi Irian tetap berdiri tegak. "Aku berhasil!" Ia bersorak, merasakan kebanggaan mengalir dalam dirinya.
"Bagus! Tetapi ingat, api juga harus bisa dipadukan dengan elemen lain," Pyra mengingatkan. "Seiring dengan penguasaanmu, kau harus bisa menggabungkan kekuatan ini dengan yang lainnya."
Irian mengangguk, menyadari bahwa perjalanan ini jauh dari selesai. "Aku akan belajar menggabungkan semua elemen."
Pyra mengarahkan Irian menuju portal yang mengarah ke dimensi berikutnya. "Ketika kau merasa siap, lanjutkan ke portal udara. Di sana, kau akan belajar mengendalikan kebebasan dan kecepatan."
Dengan rasa syukur, Irian mengucapkan terima kasih kepada Pyra. "Aku akan mengingat semua ini. Kekuatan api akan membantuku dalam pertempuran yang akan datang."
Ia melangkah ke dalam portal, merasakan getaran saat berpindah ke dimensi baru. Ketika cahaya mereda, ia mendapati dirinya berada di Dimensi Udara. Di sini, langit terlihat tak terbatas, dengan awan bergerak bebas dan angin berdesir lembut.
Di tengah langit, sosok berkilau dengan sayap transparan muncul. "Aku adalah Zephyr, penguasa elemen udara. Selamat datang, Irian. Apa yang kau cari di dimensi ini?"
"Aku ingin belajar mengendalikan udara," Irian menjawab, merasakan energi yang mengalir di sekelilingnya. "Aku ingin menggabungkan semua elemen untuk melindungi desaku."
Zephyr tersenyum, angin berputar di sekelilingnya. "Bagus! Di dimensi ini, kau akan belajar tentang kebebasan dan aliran. Untuk memulai, kau harus merasakan angin. Ikuti arusnya dan biarkan dirimu melayang."
Irian menutup matanya, membiarkan angin menyentuh kulitnya. Ia mencoba merasakan setiap aliran, berusaha memahami ritme udara. Dalam sekejap, ia merasakan ringan, seolah terbang.
Dengan keberanian, Irian melompat ke udara, merasakan dirinya melayang tanpa beban. "Aku bisa!" ia bersorak, terbang lebih tinggi.
Zephyr mengamati dengan penuh perhatian. "Sekarang, ciptakan aliran udara yang dapat membantumu terbang lebih cepat. Kombinasikan dengan elemen lain untuk membuatnya lebih kuat."
Irian fokus, membayangkan aliran udara berputar di sekelilingnya. Ia memanggil kekuatan api dari dimensi sebelumnya, menciptakan badai api yang mengangkatnya lebih tinggi. "Aku siap!" ia teriak, merasakan energi baru mengalir.
Dalam momen itu, Irian merasakan kekuatan luar biasa. Dia tidak hanya terbang—dia melayang dengan kecepatan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Zephyr tersenyum bangga, menyadari bahwa Irian sedang melakukan hal yang luar biasa.
Dengan setiap pelajaran yang didapat, Irian merasa semakin kuat dan percaya diri. Ia tahu bahwa dengan menguasai keempat elemen ini, ia akan siap menghadapi ancaman yang lebih besar di masa depan. Dengan tekad baru, ia bersiap untuk menghadapi tantangan selanjutnya di dimensi ini.