Raka merasa tanah di bawah kakinya bergoyang saat dirinya dan Lily tiba-tiba muncul di tengah lapangan yang luas. Udara di sekitarnya terasa berat dan tegang, seperti dunia ini sedang menunggu sesuatu. Di sebelah kanan, tidak jauh dari mereka, kelompok peserta lain muncul dalam kilatan cahaya yang sama. Wajah mereka menunjukkan keterkejutan yang sama seperti yang dirasakan Raka.
???: "Apa ini..."
Raka hampir berteriak, tapi suaranya tenggelam oleh deru angin yang kencang.
Namun, sebelum Raka bisa memahami situasi lebih lanjut, Lily sudah bergerak. Dia merentangkan tangannya dengan gerakan anggun, dan dalam sekejap, dua tombak es terbentuk di udara. Mata Raka melebar melihatnya. Dua tombak itu meluncur dengan kecepatan yang mematikan, langsung menuju peserta lain yang masih dalam kepanikan.
Mereka bahkan tidak sempat bereaksi. Tombak es itu menembus pertahanan mereka dengan mudah, dan dalam sekejap, mereka jatuh ke tanah tanpa perlawanan. Raka hanya bisa menatap dengan kagum dan sedikit ngeri melihat efisiensi dan kecepatan Lily dalam mengambil keputusan.
Lily: "Jangan menghambat diriku,"
Lily berkata dengan nada dingin, menatap Raka dengan tatapan tajam.
Raka terdiam sejenak, mencerna apa yang baru saja terjadi.
Raka: "Aku... aku mengerti," gumamnya.
Setelah memastikan bahwa lawan mereka benar-benar tak bergerak, Raka dan Lily memperhatikan sesuatu yang baru di pergelangan tangan mereka. Sebuah gelang dengan cahaya samar muncul, memberikan getaran ringan.
|Selamat untuk pembunuhan pertama Anda|
suara monoton dari gelang itu terdengar, membuat Raka merasa sedikit tidak nyaman.
|Perhatian, badai akan datang. Segera temukan zona aman karena area sekitar akan terjadi badai mematikan. Berikut adalah informasi geografi dan arah menuju tempat yang aman.|
Raka: (menatap gelang itu dengan rasa bingung bercampur kagum)
"Jadi ini cara mereka mengatur ujian,"
Gumamnya, sebagian berbicara pada dirinya sendiri.Lily mengangkat alis, menatap Raka dengan pandangan tajam.
Lily: "Apa maksudmu?" (tanyanya dingin)
Raka: (menggaruk kepalanya dengan sedikit gugup.) "Maksudku, pihak akademi mungkin sengaja menempatkan kita berdekatan dengan kelompok lain untuk memicu pertarungan. Dengan begitu, kita dipaksa untuk melawan mereka jika ingin mendapatkan gelang ini yang memberi kita informasi menuju zona aman."
Lily : (terdiam sejenak, lalu mengangguk.)
"Seperti domba yang digiring ke pembantaian," gumamnya dengan nada dingin, membuat Raka merasa sedikit terintimidasi.
Dia tersenyum kaku dan mengiyakan pernyataan Lily, walaupun terdengar agak kejam.
Raka: "Yah, begitulah caranya," (sambil melirik gelang di pergelangan tangannya)
Setelah mendapatkan petunjuk dari gelang, Raka dan Lily mulai bergerak menuju zona aman, melewati berbagai rintangan dan medan yang menantang di Dunia Monolit.
---
Di luar Dunia Monolit, Stella dan Airi berdiri di depan layar sihir besar yang memantau perkembangan ujian. Stella menatap layar dengan ekspresi datar, sesekali mengernyit melihat beberapa adegan yang tampaknya terlalu brutal untuk sebuah ujian sekolah.
Stella: ( dengan nada sarkastis) "Pihak akademi benar-benar licik,ini hanya untuk sebuah kursi."
Airi: (tersenyum tipis, menatap layar dengan tatapan analitis) "Ini lebih dari itu. Ini adalah cara untuk menguji kepantasan para siswa untuk mendapatkan pengajaran terbaik. Mereka harus menunjukkan kemampuan mereka untuk bertahan dan bertarung."
Stella: "Seperti seleksi alam,"
Layar sihir menampilkan daftar top score untuk ujian ini, dan di puncaknya ada nama Alya dan Kris. Stella mengangkat alis melihatnya, sedikit terkejut namun juga kagum.
Airi: (suaranya penuh dengan kebanggaan) "Alya benar-benar menakjubkan,Kau telah menemukan penerus yang benar-benar mirip denganmu." (Biacara sedikit dengan kesal)
Stella hanya tersenyum mendengar hal tersebut, matanya tertuju pada gambar Alya di layar. Di sekelilingnya, banyak mayat murid lain berserakan, menunjukkan betapa mengerikannya kekuatan yang dimiliki Alya.
Stella: "Dia memang luar biasa," (gumamnya)
suaranya terdengar penuh perasaan campur aduk antara kekaguman dan kekhawatiran.
---
Di dalam Dunia Monolit, Alya berdiri dengan tenang di tengah lapangan yang dipenuhi tubuh tak bergerak. Mata birunya menatap lurus ke depan, seolah tidak terpengaruh oleh kekacauan di sekelilingnya. Dia adalah kekuatan yang tak terhentikan, dan siapa pun yang berani mendekatinya akan merasakan amarahnya. Kris berdiri di dekatnya, memperhatikan dengan mata tajam, bersiap menghadapi siapa pun yang berani menantang mereka.
---
Ujian ini baru saja dimulai, dan pertarungan untuk bertahan hidup akan semakin sulit. Bagi Raka ini adalah langkah awal dalam perjalanan panjangnya di Akademi Stellar.