Chereads / Layaknya Pelacur Itu (HIATUS) / Chapter 9 - Chapter 9 Yakuza Alfa

Chapter 9 - Chapter 9 Yakuza Alfa

"Tahan sebentar," Tuan Park mencoba menenangkan ku, lalu mengambil sesuatu dan kembali berlutut tapi anehnya, di tangan nya ada daun berbentuk seperti daun betadin.

Ia menempelkan daun itu dengan getahnya ke lututku. Rasanya sangat perih.

"Ah... Ini sakit." Aku tidak bisa menahan nya. Tapi perlahan perih itu hilang dan rasanya sakitnya berkurang.

"Tuan Park, terima kasih," aku berterima kasih dengan rasa malu.

"Bagaimana jika kita kembali saja?" kata Tuan Park dengan khawatir.

"Ah, aku tak mau, aku ingin berjalan jalan lagi, jangan khawatir, aku bisa jalan." Aku ingin berjalan jalan dan sekarang mencoba untuk berdiri, Tuan Park tampak khawatir tapi aku berhasil berdiri.

"Lihat, aku bisa," tatapku.

"Kalau begitu, ikuti aku perlahan saja." Tuan Park tersenyum kecil dan kembali berjalan duluan.

Aku berhasil tak membuat nya khawatir, lalu berjalan mengikuti nya, tapi tiba tiba. "E... Eh.... Ah!!" Aku terkejut tersandung akar kayu tapi untung nya Tuan Park sigap menangkap tangan ku dari depan.

"Kau baik baik saja bukan?" dia mendekat.

"Ah iya... Iya.... Ahh!!" Aku kembali terkejut karena Tuan Park langsung menggendong ku di dada.

"Tu.... Tuan Park, anda tidak perlu."

"Tak apa, lagi pula aku yang membawa mu kemari," balas nya dengan tatapan santai itu, kami ada di hutan yang menanjak dan perlahan suasana menjadi malam hari. Entah apa yang mau dia tunjukan padaku sampai malam malam begini, aku benar benar penasaran dan mulai bertanya.

"Em Tuan Park, apa aku bisa tahu apa yang akan kau tunjukan padaku?" tatap ku, lalu Tuan Park berhenti berjalan.

"Lihatlah ke atas."

Mendengar itu membuat ku melihat ke arah yang telah di tentukan mataku sendiri, dan betapa terkesan nya aku melihat sangat cantiknya langit dengan banyak nya bintang seperti butiran glitter di langit dengan bulan yang ada di antara mereka bersinar terang sangat cantik.

"I.... Itu sangat indah," aku benar benar terkesan.

"Aku tahu di kota mungkin belum tentu ada hal seperti ini, jadi mungkin kau bisa datang untuk melihat ini lagi, tapi tentunya kau harus membawaku karena di sini tempat yang paling juram dan bahaya," kata Tuan Park.

"Aku benar benar menyukainya, terima kasih Tuan Park!!" Aku berwajah senang, tapi entah kenapa dengan anehnya, aku mencium pipi Tuan Park membuat nya terdiam sendiri.

"Terima kasih, aku benar benar senang," tatap ku, tapi aku terkejut melihat wajah Tuan Park yang kaku.

"Astaga.... Maafkan aku!!" Aku juga baru tahu bahwa aku mencium nya, padahal aku tahu itu tidak bisa di lakukan pada orang seperti Tuan Park, aku juga terbiasa melakukan nya dengan Ayah.

"Tu.... Tuan Park... Anda jangan salah paham... Aku.. Aku... " Aku mencoba menjelaskan nya meskipun panik.

"Kau juga melakukan itu dengan Ayah mu?" tanya Tuan Park yang tiba tiba tak menoleh padaku dan malah menoleh ke langit. Fiks dia marah karena aku cium.

"Um... Aku melakukan itu untuk rasa terima kasih ku, mungkin perkataan tidak akan cukup," aku mencoba memperjelas hingga Tuan Park menoleh padaku.

"Ini baik baik saja, aku juga suka itu, terima kasih," tak di sangka sangka, dia bicara seperti itu membuat ku benar benar tak percaya mendengarnya. Rupanya dia tidak marah, dia justru menyukai ciuman yang aku berikan.

Ini juga sangat hangat dari tadi, membuat ku meletakan daguku di bahunya. Lalu aku penasaran untuk bertanya sesuatu. "Tuan Park, apa anda pernah melakukan ini dengan seseorang sebelumnya?" tanya ku dengan nada berbisik.

Tuan Park hanya terdiam sebentar, dia lalu menjawab. "Mungkin, tidak...."

Itu adalah jawaban yang aneh, jika dia tidak pernah melakukan hal seperti ini, artinya dia belum pernah memiliki wanita seumur hidup nya, apakah itu wajar, atau apa?

Di jalan nya dia berjalan. Aku mendekat dan memeluk kembali leher Tuan Park membuat nya terdiam dengan wajah tak bisa berkata kata.

"Tuan Park, apa aku berat?" bisik ku, sekali kali menggoda orang boleh dong.

"Tidak Raina, kau sangat ringan... Maksud ku aku tidak keberatan menggendong mu," balas nya, sudah terlihat sekali dia canggung.

Aku bahkan sampai tersenyum sendiri karena bisa sejauh ini dekat bersama Tuan park.

"Tuan Park... Um... Bisa aku bertanya sesuatu soal hubungan mu dan Ayah ku?" Aku terlalu penasaran dengan hal ini, sehingga aku bertanya padanya, apa salahnya jika aku harus bertanya padanya dan aku sekarang berharap dia akan menjawabnya dengan sangat jelas dan begitu banyak agar aku bisa lebih mengerti.

Tuan Park terdiam sebentar lalu menjawab. "Sebenarnya, kediaman ini, milik Ayah mu," kata Tuan Park, seketika aku terkejut.

Aku memang pernah mendengar bahwa Ayah berkaitan dengan Yakuza, mungkin Ayah dulu memang Yakuza. "Apa Ayah itu dulu itu Yakuza?" aku bertanya.

Tapi siapa sangka, wajah yang ditunjukkan Tuan Park adalah wajah yang begitu terkejut dan langsung membuang wajah. Itu seperti dia mengatakan hal yang begitu rahasia, dan aku tahu apa yang dia pikirkan.

"(Kupikir Raina tahu soal Ayahnya yang dulunya Yakuza, tapi sepertinya dia tidak mengetahui nya, jadi aku harus menjaga mulutku untuk tidak mengatakan apapun soal informasi itu.)"

Yang dia pikirkan mungkin sangat tabu, karena tak mungkin dia tidak berani mengatakan informasi seperti itu, aku beranggapan bahwa itu karena Ayah, pasti Ayah mengancam nya atau apa.

Lalu Tuan Park kembali menoleh membuat jantung ku berdegup kencang, aku takut setelah ini dia tak mau di dekat ku lagi.

"Sebenarnya, kediaman itu hasil dari pertarungan antara aku dan Ayahmu, kami bersaing sehat sehingga aku mendapatkan kediaman, tapi untuk memastikan ini adil, aku mengatakan padanya bahwa aku akan bekerja sama di setiap perusahaan nya, karena itulah kami saling mengenal," kata Tuan Park.

Jujur sih, aku tidak paham dengan apa yang dia bicarakan. Apa itu kerja sama dengan kediaman dan perusahaan Ayah, itu sangat aneh, sepertinya aku tidak mahir menangkap informasi seperti ini.

Hingga malam nya setelah kami kembali, aku melihat luka lutut ku di kamar. Terlihat baik baik saja. "Obat yang di berikan Tuan Park memang sangat manjur, tidak berdarah dan tidak terasa sakit lagi." Aku menjadi lega karena luka itu tidak menjadi serius.

Tapi tiba tiba aku mendengar suara tapak kaki yang melewati ruangan ku, aku melihat dari cahaya luar bahwa ada seperti dua orang yang berjalan tenang melewati tempat ku membuat ku penasaran.

"(Siapa itu, apa ada orang selain Tuan Park?)" aku berpikir bingung.

Hingga aku penasaran, membuat ku berdiri dan perlahan membuka pintu geser itu, lalu mengintip, ada dua orang yang berjalan membelakangi lorong ku dan masuk ke salah satu ruangan di sana dan salah satu dari mereka rupanya Tuan Park dengan wajah datar dan seriusnya.

"(Tuan Park, apa yang dia lakukan di sana?)" Aku semakin penasaran dan bingung.

Hingga setelah beberapa lama, aku memutuskan untuk diam diam keluar dari ruangan ku dan berjalan perlahan ke ruangan dimana Tuan Park dan orang tadi berada.

Ruangan itu tidak tertutup rapat sehingga aku bisa mengintip apa yang celah tunjukan.

Aku melihat Tuan Park sedang berhadapan dengan orang itu yang tampaknya juga sama penting nya. Lalu terdengar suara orang itu bicara.

"Sikap yang begitu kasar, kau harus mengendalikan dirimu, jangan melayangkan tangan mu yang penuh cengkraman dan gigi tajam mu pada leher bawahan mu sendiri, jika kau terus melakukan itu, kita akan semakin susah mengubur mereka yang mati hanya karena egoisme milikmu," kata Pria itu.

Apa yang sebenarnya dia bicarakan?! Gigi tajam? Tangan penuh cengkraman?! Bukankah itu sama seperti seekor serigala yang buas....

Apa dia mencoba mengatakan maupun memperingati Tuan Park dengan sikap nya, tapi yang aku lihat dari celah pintu, Tuan Park menjadi menundukan sedikit badan nya dengan wajah agak menyesal. Setelah itu dia meminta maaf. "Maafkan aku, lain kali, aku bisa bersikap layaknya menjaga mereka."

Dari sana aku berpikir, itu mungkin berkaitan dengan bawahan nya, jika aku ingat ingat, ketika aku dan Ayahku datang, di barisan yang lain ketika mereka menyambut kami, barusan mereka tidak utuh seperti salah seorang dari mereka tidak datang, aku memang tidak menganggap itu aneh, aku juga tak tahu apa yang diperbuat Tuan Park sebelumnya sehingga membuat lawan bicaranya itu berbicara seperti itu....

Hingga aku tahu...

"Bagaimana kau membersihkan itu?" suara lawan bicaranya mulai berbicara lagi.

Lalu terlihat bahwa Tuan Park menoleh ke pintu, seketika aku terkejut dan langsung mundur, aku takut terlihat, karena.... Aku juga melihat sesuatu yang mengerikan di tubuhnya, yakni darah.... Darah merah dan segar di bagian pipi nya, sampai di bibirnya, bahkan tangan nya, bajunya tak luput dari cipratan! Aku tak tahu bagaimana itu bisa terlihat.

Tapi untung nya, Tuan Park menoleh ke bagian pintu hanya untuk mengambil kain dan membersihkan darah itu. Dari sana aku berpikir, dia baru saja membunuh seseorang.

"(Tuan Park.... Tak mungkin melakukan itu kan?!)" Aku tak percaya melihat itu.

Aku sangat ketakutan bahkan aku menutup mulutku dengan tangan ku. "(Apa yang sebenarnya terjadi...?)" Aku langsung bangun berdiri dan berjalan pergi dari sana, masuk ke ruangan ku tadi dan menutup diriku dengan selimut di futon.

"(Ini tidak mungkin terjadi.... Tidak mungkin terjadi... Aku tak mau...)"

Tapi siapa sangka, ruangan ku, ada yang mengetuk pintu membuatku terkejut.

Aku terpaksa harus bangun dan dengan gemetar mengangkat tangan ku dan menggeser pintu yang rupanya hal yang aku perkirakan benar, Tuan Park ada di depan pintu ku.

"Raina," panggilnya dengan wajah yang suram sebelah.

Aku ketakutan tapi aku mencoba menutupi nya dengan senyum kecil dan gemetar. "I.... Iya...?"

"Bagaimana kondisi lututmu?" dia masih sempat sempatnya bicara soal lututku, aku mulai berpikir aneh bahwa dia sedang basa basi, tapi aku berharap, dia tidak tahu bahwa aku baru saja menguping apa yang terjadi.

"Um.... Aku.... Aku..." Aku menjadi gugup bahkan gemetaran membuat Tuan Park terdiam melihat itu, lalu dia sedikit membungkuk.

"Kau baik baik saja? Apa masih kesakitan? Atau butuh sesuatu?" tatapnya, lalu dia memegang kedua bahuku membuat ku semakin gemetar.

Aku tak tahu harus mengatakan apa tapi, ketika melihat wajahnya, aku jadi tahu, bahwa wajahnya tak bisa berbohong, dia menggunakan nada yang baik dari tadi.

"Apa kau kedinginan?" tatapnya. Dia akan mendekat, tapi tiba tiba. "Tuan Park!!" itu teriakan keras membuat ku ikut terkejut dan langsung ketakutan.

"Itu... Apa?!"

"Raina, jangan khawatir, aku akan kembali lagi ya," tatap Tuan Park, dia terpaksa melepaskan ku dan menutup pintu ku, seperti nya orang yang memanggil tadi benar benar menuntut Tuan Park untuk langsung datang, dan sekarang, aku masih ketakutan.