Chereads / Layaknya Pelacur Itu (HIATUS) / Chapter 6 - Chapter 6 Yakuza Alfa

Chapter 6 - Chapter 6 Yakuza Alfa

Kediaman Buruk

Hari selanjutnya aku terbangun duduk dengan mengucek mataku dan menguap. "Hoam.... Aku benar benar nyenyak tadi."

Aku perlahan mengingat apa yang terjadi ketika aku tidur, sepertinya ketika aku tidur, film masih berjalan dan Ayah membawaku ke kamar, kemudian aku perlahan menoleh pada sesuatu yang hangat di samping ku. Rupanya Ayah yang juga tidur miring menghadap ku dengan memeluk pinggang ku.

Aku tersenyum sendiri melihat wajah Ayah yang masih tetap tampan saat tertidur.

Lalu dia membuka mata dan melirik padaku. Tiba tiba Ayah menarik ku dan memeluk ku.

"Uwaaahh!!" Aku terkejut dan Ayah malah memelukku.

"Oh Ayah... Ayolah bangun."

"Sebentar lagi, tidurlah sebentar lagi," kata Ayah yang memeluk ku erat.

"Haiz... (Sepertinya hari ini terlalu banyak bermalasan ya.)" Aku hanya bisa menghela napas.

"Oh, sayang, sebentar lagi bersiaplah... Akan ada seseorang yang ingin bertemu dengan mu."

"Eh, bertemu dengan ku? Tapi aku harus sekolah," aku menatap bingung.

"Kau sudah banyak tidak masuk sekolah, dan mereka tidak menagih mu sama sekali, jadi jangan khawatir," kata Ayah, perkataan itu membuat ku berpikir bahwa itu memang benar.

"(Memang benar, aku selalu tidak masuk sekolah, tapi pihak sekolah tak mencari ku, mereka seperti mengizinkan ku untuk tidak masuk, aku sudah bertanya tanya pada mereka, tapi mereka menjawab dengan akal. Antara nilai ku bagus, jadi mereka tak perlu susah susah mengajari ku, atau, karena Ayah ku...?)" Aku tampak berpikir.

"Sayang, bersiaplah," Ayah kembali meminta.

"Memang nya siapa yang mau bertemu dengan ku Ayah?"

"Hei, dengar," Ayah tiba tiba mendekat dan menjelaskan secara perlahan. "Semua orang jelas ingin bertemu dan melihat putri dari Cilioen, mereka ingin melihat kecantikan putri tersebut sehingga rela memohon pada Ayah mu ini," kata Ayah, seketika aku tertawa kecil. "Hahaha... Baiklah, jadi? Apa yang harus aku kenakan?" tatap ku, di saat itu juga Ayah tersenyum kecil.

Setelah itu terlihat aku memutar mutar tubuhku, melihat bentuk tubuhku di cermin dengan pakaian yang sangat menawan.

Aku memakai sebuah kimono cantik muda. "(Aku benar benar terlihat aneh enggak sih?)" kenapa aku tiba tiba ragu dengan penampilan ku. Aku sebelumnya tak pernah memakai kimono dan aku tak tahu bagaimana memakai kain ini.

Tapi Ayah datang dengan pakaian rapi biasanya. Ia berdiri bersender menungguku di depan pintu kamar dengan menyilang tangan.

Aku menoleh dan menatap Ayah. "Ayah, kenapa aku terlihat aneh sekali... Aku benar benar takut akan penampilan ku nantinya."

"Apanya yang aneh sayang, kau benar benar sangat cantik di sini. Ayah ingin mereka melihat kecantikan mu ini, jadi percaya diri lah saja," kata Ayah yang mendekat membelai pipiku. Dia lalu mengambil kain pinggang tadi. "Kau harus memakainya begini," dia membantu ku melingkarkan kain itu di pinggang ku.

"Ah, jadi begini," aku baru tahu. Lalu kembali menatap ke arah cermin, rupanya aku memang cantik, ups... Aku tidak mau sombong.

"Terimakasih Ayah, aku harap aku bisa menebarkan kecantikan pada mereka yang ingin melihat ku," tatap ku dengan semangat menolehkan tubuhku padanya.

Seketika wajahnya terdiam tak bisa apa apa, istilahnya dia tercengang, benar benar berekspresi seperti yang aku pikirkan. Sangat lucu jika melihatnya sebentar memasang wajah itu.

"Oh ayolah Ayah, aku cantik apa enggak sih?" tatap ku dengan ragu.

Lalu Ayah menjadi tersadar dan mendekat. "Kau sangat cantik Sayang, memang sangat cantik," kata dia begitu, astaga kata kata yang di lontarkan Ayah itu benar benar membuatku gak bisa insecure, jadi aku percaya diri saja.

Lalu Ayah terlihat mengambil sesuatu dari setelan jas nya. Itu adalah hiasan rambut dari sejarah Jepang. Sangat cantik karena itu berbentuk bunga sakura yang cantik.

"Itu...!" Aku terdiam tak percaya.

"Ini hadiah untuk mu di pertemuan nanti."

"Itu sangat indah!! Apa aku harus memakai itu di pertemuan ini nanti, Ayah?" aku menatap bingung.

"Orang yang ingin bertemu memiliki kediaman yang sangat kuat, jadi kau mungkin harus berpakaian sama dengan kediaman."

"Kediaman? Apakah kediaman asli bermarga?"

"Lebih tepatnya Yakuza," kata Ayah. Seketika aku yang mendengar itu menjadi terdiam tak percaya. "Ya... Yakuza.... Uwauw... Keren... Aku tidak sabar melihat nya, Aku dengar Yakuza itu benar benar kriminal dan sangat langka sekali bisa bertemu dengan kediaman satu ini!" Aku langsung bersemangat. Hal seperti itu tak akan membuat ku takut karena itu bukan hal yang tabu lagi.

"Tapi ingatlah Sayang, ingat perkataan mu yang waktu itu. Jangan tertarik pada siapapun dan bersikaplah layaknya putri dari darah Cilioen," tatap Ayah dengan serius. Lalu aku juga mengangguk serius.

Setelah ini kita langsung ke kediaman yang di bicarakan. Aku benar benar tak sabar melihat dan masuk ke kediaman Yakuza. Bagaimana bisa Ayah bisa melakukan nya dengan Yakuza. Dari dulu aku memang mengagumi Kediaman Yakuza, dan aku juga ingin tahu apa yang mereka lakukan pada kediaman.

--

"Sayang, kau baik baik saja?" Ayah menatap ku dari dalam mobil, ia sedang mengemudi melihatku mengalamun karena tak sabar untuk nanti.

"Eh... Ehehe aku baik baik saja kok, Ayah."

"Ingat sayang, jaga sikap mu," kata Ayah.

"Iya Ayah aku tahu itu, aku akan menjaga sikap ku, tapi....(Haiz seberapa jauh kediaman itu sih?)" Batin ku dengan rasa bosan sambil melihat keluar dari jendela mobil yang masih berjalan. Ini sudah ada dua jam ada di mobil. Benar benar jauh, Ayah gak ada capek capek nya menyetir dari tadi.

Melihatku menghela napas panjang, ia menoleh padaku. "Sayang, ada apa?"

"Tidak ada, hanya bosan," balas ku sambil menyangga kepalaku.

"Sebenarnya kediaman selanjutnya masih jauh, satu jam lagi kita akan sampai."

"Astaga, jauh sekali... Kenapa dia memilih tempat yang jauh, dan bagaimana Ayah tahu soal dia?" aku menatap bingung.

"Tidak ada yang tahu, dia hanya sebatas kenalan saja... Hanya sebatas...." Balas Ayah dengan singkat. Dia benar benar fokus mengemudi, aku agak aneh dengan perkataan Ayah itu tadi seperti layaknya orang yang kita bicarakan ini menyimpan sebuah kegelapan, tapi karena bosan ku mulai bertambah, aku lebih memilih membuka ponselku dan scroll scroll media sosial di sana.

Tapi aku benar benar tidak mood dalam hal ini. Entah kenapa rasanya sangat bosan jika dilakukan di dalam mobil.

"(Aku harus mencari sesuatu yang bisa menghilang kan kebosanan ku ini, tapi apa ya?)" Aku berpikir lalu ada lampu merah yang lama dan Ayah bisa sementara melepas kemudi nya dan berhenti sejenak menunggu lampu hijau.

Dari sana aku dapet ide, aku melepas sabuk pengaman ku dan mendekat mencium pipi Ayah membuat Ayah terdiam menoleh padaku.

"Hehe..." Aku hanya menatap memasang wajah lucu mengejek nya.

Lalu Ayah tersenyum dan membelai rambutku. "Terima kasih Sayang, itu sangat manis," dia mendekat mencium pipiku juga. Aww manis banget deh....

"Ayah, apa aku masih cantik menggunakan baju ini?" tatap ku membuat Ayah menatap Kimono yang aku pakai.

"Tentunya kau sudah terlihat lebih cantik dari tadi, Sayang," balas Ayah yang masih membelai rambutku. Lalu ia akan mencium kembali wajahku tapi tiba tiba suara klakson dari belakang membuat kami terkejut, rupanya sudah lampu hijau.

Ayah melepas ku dan kembali mengemudi. Rasanya kayak jengkel banget mengganggu waktu kita saja.

Akhirnya setelah tiga jam lama nya berada di dalam mobil, kami sampai di sebuah kediaman Yakuza yang bernama kediaman Choi.

"Baiklah, kau siap?" tatap Ayah yang keluar dari mobil dan melihat ku keluar juga.

"Tapi.... Aku belum bisa memasang penjepit ini, apa aku harus menggulungkan rambutku?" tatap ku dengan menunjukan penjepit itu di tangan ku karena rambutku masih terurai panjang. Aku tadi belum memakainya karena aku tak bisa.

Lalu Ayah tersenyum dan mengambil benda itu. "Berbalik lah Sayang, Ayah bisa melakukan nya."

"Eh beneran... Ayah mau memakaikan nya?" Aku menatap tak percaya. Aku tidak pernah melihat Ayah mengurus rambutku sebelumnya.

"Kau meremehkan Ayah yah, lihat skill Ayah mu," balas Ayah. Lalu aku berbalik dan Ayah mulai menata rambutku.

Tubuh Ayah yang tinggi tidak perlu membuatku sampai menunduk karena posisi kami sudah pas. Ini pertama kalinya aku merasakan Ayah menata rambutku.

"Rambut mu yang panjang akan Ayah buat menjadi gulungan yang bagus," kata Ayah. Gerakan tangan nya yang besar seharusnya menambah kesan itu akan sakit dan kasar tapi rupanya tidak, yang aku rasakan justru kepalaku sangat nyaman dan gerakan tangan Ayah benar benar lembut dan penuh kasih sayang.

Hingga beberapa lama Ayah selesai mengaturnya. "Baiklah, bagaimana kau melihat hasilnya."

"Aku akan melihatnya," aku mengeluarkan ponsel dan melihat gaya rambutku. Oh astaga aku seperti gadis Jepang yang sangat cantik, rambutku benar benar tertata rapi dan hiasan rambut itu juga membuatku terlihat anggun.

"Waw Ayah, Ayah benar benar hebat dalam hal ini," puji ku sambil masih melihat diriku di kamera ponsel.

"Kau pikir dari kecil siapa yang menyisir rambutmu itu?" tatap Ayah. Oh benar juga yah, Ayah kan selalu mengurus ku hingga sebesar ini, benar benar hebat deh.

"Ya deh, Ayah memang hebat."

"Baiklah kalau begitu, bisa kita masuk sekarang Sayang?" Ayah menatap. Di depan kami ada gerbang yang harus di buka untuk masuk ke kediaman itu.

"Tu... Tunggu Ayah, kenapa mendadak aku gugup sekali." Aku mendadak merasakan jantungku berdegup sangat kencang. Aku bahkan memegang tangan Ayah dan menahan nya agar Ayah tak membuka pintu kediaman itu dulu.

"Ada apa Sayang, kenapa kau gugup sekarang, bukankah kau tadi sangat bersemangat?" Ayah menatap dengan wajah agak khawatir.

"Umh..... Entahlah, ini pertama kalinya aku masuk ke Kediaman Yakuza, aku benar benar agak takut, Ayah." Aku membalas dengan wajah yang agak takut bercampur cemas.

Lalu Ayah tersenyum dan membelai pipiku dengan lembut. "Kau harus berani, percaya dirilah, kau sudah sejauh ini untuk melakukan pertemuan bersama orang lain. Ayah akan senang jika kau melakukan ini untuk yang paling baik, kau akan bertemu orang yang paling penting, jadi kau tidak boleh ragu," kata Ayah. Lalu aku menghela napas dan mengumpulkan niat. "Baiklah, aku akan percaya diri."

"Baguslah, Ayah akan membuka pintunya," Ayah akan mendorong pintu dengan satu tangan nya, sementara aku memegang tangan Ayah yang satunya dengan kencang. "(Asal tahu saja, ini adalah hal pertama untukku, aku harap aku tampil cantik di depan semua orang yakuza.)"

Saat pintu gerbang terbuka, terlihat banyak sekali orang yang berbaris di kedua sisi jalan lalu mereka membungkukkan badan secara bersamaan dan mengatakan sesuatu. "Selamat datang, Keluarga Cilioen," mereka menyambut nama keluarga ku. Waw benar benar sambutan khusus yang luar biasa deh.

Aku bahkan sempat tercengang melihat itu lalu Ayah melangkah dan aku ikut berjalan bersama nya sambil melihat mereka yang masih membungkukkan badan di antara kami yang lewat.

Dan juga, ini adalah pertama kalinya aku melakukan pertemuan keluarga seperti ini bersama Ayah.