"yaa, selamat datang teman teman dari AAA semua, namaku Koplo,"
"koplo boleh kau tunjukan jalan ke rumah sementara,"
"tentu saja dong pak Budi, mari ikuti aku,"
"kok bentuk rumahnya aneh gitu sih,".
"bentuknya aneh begitu buat mencegah pecahan krstal normali masuk, kalian kagak mau kan memakai armor itu di saat tidur, ""ehh, tidur dengan memakai armor ini,"
Tenyu lalu membayangkan betapa tidak nyamannya tidur jika harus mengunakan armor. "ehh, iya juga yah,".
Mereka memasuki rumah yang besar, "ohiya kalo kalian bawa barang dari luar sebisa mungkin di maasukin ke mesin ini, takutnya entar ada serpihannya masuk,"
"makasih yah koplo untuk rumah, ayo kita bersih bersih dulu,"
Setelah membersihkan armor dan perlengkapan, mereka langsung memasuki satu ruangan untuk membahas misi mereka, "besok markas akan mengirimkan dinding khusus untuk menghalau serpihan kristal itu, kita bagi jadi 2 kelompok, kelompok 1 akan menyiapkan dinding itu, dan kelompok 2 akan mengamankan dari pasukan Saranjana, karena di pulau ini banyak sekali kristal normali, mustahil ada mahluk anomali masuk, sudah paham semuanya,"
"paham ketua,"
"bagus, sekarang kalian beristirahatlah,"
Rion dan teman-temannya lalu pergi ke kamar tidur, "hah jujur ini masih terlalu awal untuk tidur, tapi aku juga enggak mau keluar dengan keadaan seperti itu,"
"mau bagaimana lagi Tenyu, kalo kristal itu tidak ada bisa aja kita mati tanpa diketahui orang lain,"
"ahhk dasar bencana anomali sialan, aku benci ini, benci benci benci,"
"pstt, diamlah aku lagi baca buku nih.,"
"ehh Zayu kau baca buku apa itu,"
"ini adalah buku tentang pulau ini, geografis pulau, sejarah, bahasa, hewan, dan cerita rakyat,"
"kau dapet buku itu dari mana,"
"aku dapet dari kak koplo, kata dia sih ini untuk pembelajaran,"
Zayu yang sedang membalik halaman kemudian tertuju ke satu nama, "maling kundang, anak yang dikutuk menjadi batu oleh ibunya, karena tidak mau mengakui ibunya,"
"membaca buku ini membuatku sedih, begitu banyak orang meninggal di bencana anomali, orang tua, ibu, dan anak anak,"
"yah begitulah namanya bencana anomali Zeyu, jujur bencana ini terlalu besar daya hancurnya, manusia masih hidup setelah kejadian besar itu aja sudah termasuk hebat."
"Rea karena katamu aku jadi inget kata pak budi yang mengelikan, jangan jadikan dendam kalian menjadi alasan untuk memasuki organisasi ini, bukannya kata kata itu agak terlalu positif untuk ada di dunia yang akan hancur ini."
"bagus sekali tenyu, perkataan mu sangat benar,"
"Hiyyaah, ahh maapkan aku pak budi,"
"yang dikatakan tenyu itu benar, jangan buat dendam menjadi alasan kalian ikut ke organisasi AAA, walaupun kalian membunuh mereka, kalian justru hanya akan mencari pelampiasan ke mahluk lain yang tidak bersalah,"
"selamat malam semua," Budi lalu mematikan lampunya.
"makanya kalo omongan dijaga, ingat mulutmu harimau mu,"
"iya maaap deeh, yuk tidur lah,"
Beberapa jam kemudian.
Terdengar suara jejak kaki di atap.
"ion bangon ion, tadi aku denger ada yang jalan di atap,"
"apaan sih zey, palingan cuma roh iyakan, soalnya mustahil ada mahluk anomali,"
"masalahnya peralatan penguat indra ku itu cuma berlaku ama mahluk nyata,"
Rion yang mendengar itu langsung membuka matanya, "jangan bilang kalo itu mata mata dari Saranjana,"
"keknya gitu deh, gimana apakah kita akan memberitahukan ini,"
"volume suara hpmu dikecilin dulu, takutnya entar mereka denger,"
"oke siap aku lakukan,"
Tiba tiba terdengar suara tembakan, "apa ituuu?, apakah terjadi pertarungan?,"
Pak Budi lalu turun ke lantai 1, "pak budi turun tuh, apakah kita harus ikut turun,?."
"ayo kita turun zey, siapa tau merka butuh bantuan kita,"
Mereka turun ke lantai satu memakai armor lalu keluar dari bangunan itu, "ada apa ini pak budi,"
"ohh kalian bangun karena suara tembakan itu yah, enggak ada pertempuran yang berarti kok, hanya ada kesalahpahaman kecil,"
"kesalahpahaman kecil apanya, kami hampir mati karena orang tua sialan yang ada disana,"
Rion dan Zeya lalu melihat ke atas genteng, ada 2 anak umur 14 tahun yang kurus sekali, "hah kupikir ada apa gitu, hei tetua kau sudah meminta maap ke 2 anak itu belum?,"
Kakek-kakek itu tidak memedulikan perkatan rion, dan tetap mengotak atik senapanya, "ini agak sedikit aneh?,"
"kamu tuh yang aneh, kenapa pas aku bangun kau memakai peralatan spy, bukanya udah dibilang kalo peralatan ditaruh di lantai 1,"
"dah enggak usah berantem, adik adik kalian boleh pergi yah, maapin kakek ini oke,"
"baiklah kami akan pergi,"
"tunggu sebentar, aku punya pertanyan untuk kalian berdua, apakah benar kalian
yang buat kegaduhan di atap?,"
"tentu saja itu kami, benarkan adiku," adiknya lalu mengangukan kepala.
"yaiyalah mereka yang buat keributan itu, lagian tujuan elu tanya itu buat apa sih zey?,"
"ya karena ini agak membingungkan gua, karena yang kudengar tadi adalah 18 orang dewasa,"
Kedua anak itu lalu merobek wajah mereka, dan terlihat 18 orang dewasa yang memiliki topeng dan tangan yang aneh, "dasar anak sialan menggangu saja," mereka lalu pergi dengan sangat cepat.
"penguat kecepatan kaki,"
"angin jadilah ombaku,"
Rion lalu melaju dengan cepat, sementara itu pak Budi menaiki papan seluncur.
Zeya lalu mengejar mereka, "hehk, mereka terlalu cepat, asal bukan anomali beast harusnya kemampuanku keluat," ditangan Zeya lalu yang berbentuk semacam sarung tangan aneh yang mengeluarkan jaring, dia lalu bergelatungan mengunakan jaringnya.
Di saat mereka hampir mendekati mata mata musuh, tiba tiba mata mata musuh meperlambat kecepatan mereka, "ini cuma kita yang terlalu cepat atau mereka emang melambat,"
"sepertinya mereka memang melambat, pasti mereka ada alasan kenapa melambat,"
"lalu gimana pak budi, apakah kita juga melambat,"
Mata mata musuh lalu berbalik arah, "bentar mereka berbalik menuju kita, aku kok berpkir kalo mereka punya bom,"
"bukan cuma kamu doang yang berpikir kek gitu, aku juga berpikir deperti itu, tapi semoga aja kalo itu cuman pikiran negatif kita aja,"
"aku tak tau mereka balik kesini buat apa, tapi bersiaplah untuk bertempur,"
Mereka lalu membuka pakaian dan terlihat ada bom, "ahkk sudah kuduga bakalan ada,"
Di atas mereka lalu menintas banyak sekali peluru, lalu peluru itu menghujani 18 orang itu sampai mati, "ahh tak kusangka mereka akan melakukan, apakah kalian melakukan itu hanya untuk melayani tuan baru kalian,"
"tetua apa yang sebenernya terjadi?,".
"aku akan menjelaskannya, tapi sebelum itu panggil aku Agus, tenang aja ini namaku yang asli,"
"pak Agus, apakah bapak kenal dengan sekumpulan orang ini, bapak tadi terdengar seperti sudah tau tentang mereka,"
"yah aku kenal dengan mereka, mereka dulunya adalah teman temanku saat aku masih muda di negara ini,"
Zeya lalu membalas omongan dari Agus, "itu mustahil, mereka terlihat masih sangat muda, sekitaran 25 tahun, atau mereka masih punya kekuatan untuk membuat ilusi,"
"ya kagak mungkin lah, kau kan tau kemampuan anomali akan langsung nonaktif saat orang itu meninggal,"
"mereka berasal dari masa lalu, kalian ingat kita sedang berada di wilayah bencana anomali waktu, bahkan gunung bisa menghilang hanya dalam satu detik saja,"
"ohh begitu, lalu sebenernya dimasa lalu mereka kerja sebagai apa, kenapa kau bilang begitu,"
"apa kalian pernah baca sejarah negara sebelum Saranjana,"
"aku cuma membaca tentang pulau sumatra,"
"aku tidak membaca apapun tentang pulai ini,"
"ohh maksudmu tentang asia tengara, yah dah membaca Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Brunei,"
"jadi Budi, apakah tau tentang penembak misterius, atau disingkat Petrus,"