Malam mulai turun saat Leon dan Lyra tiba di pintu masuk gua yang terletak di kaki pegunungan dekat Thornfield. Udara dingin menyelimuti mereka, dan suara deru angin mengisi keheningan. Mereka berdua berhenti sejenak, memeriksa peralatan mereka dan memeriksa peta yang mereka bawa.
"Ini dia," kata Leon sambil menunjukkan peta yang ditandai dengan titik merah di pintu masuk gua. "Ini adalah tempat yang ditunjukkan Eldric."
Lyra mengangguk, mata hijau cerahnya penuh kecemasan. "Kita harus hati-hati. Goblin biasanya menyebar jebakan di sekitar area seperti ini."
Leon mengangguk dan mengeluarkan pedangnya. "Mari kita pergi. Kita tidak punya banyak waktu."
Mereka memasuki gua dengan hati-hati, menerangi jalan dengan lentera kecil yang mereka bawa. Tembok gua yang lembab dan gelap membuat suasana semakin menegangkan. Gemericik air dan suara berderak dari dalam gua menambah suasana mencekam.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara tawa cemberut yang tidak menyenangkan dari kedalaman gua. Leon memposisikan dirinya di depan Lyra, siap menghadapi apa pun yang akan datang. "Kita harus bergerak cepat," bisiknya kepada Lyra. "Siapkan dirimu."
Lyra mengangguk dan mengeluarkan gulungan sihir dari tasnya. "Aku akan membuat perlindungan sihir sementara kau bertempur."
Mereka melanjutkan perjalanan sampai mereka mencapai ruang utama gua, yang besar dan gelap, dipenuhi dengan guano dan bau busuk. Di tengah-tengah ruangan, sekelompok goblin dengan mata bersinar kuning dan senjata kasar sedang berkumpul di sekitar api unggun kecil.
"Jangan biarkan mereka melihat kita!" kata Leon dengan tegas. "Siapkan sihirmu."
Lyra mulai membacakan mantra, membuat perisai pelindung di sekeliling mereka. Namun, salah satu goblin yang berada di dekat mereka mendengar suara sihir dan berteriak, "Musuh! Musuh datang!"
Goblin-goblin lain segera berlarian menuju mereka dengan teriakan penuh kemarahan. Leon melompat maju, pedangnya berkilauan di bawah cahaya api. "Lindungi dirimu, Lyra!" teriaknya sambil mengayunkan pedangnya, memotong goblin yang mencoba menyerangnya.
Lyra, dengan cepat, menggunakan sihirnya untuk menciptakan bola api yang meluncur ke arah kelompok goblin, meledak dengan cahaya terang dan panas. "Aku mencoba menahan mereka! Ayo, Leon!"
Leon menghindari serangan goblin yang bersenjatakan kapak dan menangkis serangan dengan pedangnya. "Hati-hati dengan jebakan!" teriaknya saat dia melihat salah satu goblin yang mencoba menarik tali untuk memicu jebakan yang tersembunyi di lantai gua.
"Jangan khawatir!" balas Lyra, sambil terus melontarkan sihir untuk menjaga jarak antara mereka dan goblin-goblin tersebut. "Aku bisa melihatnya!"
Sementara Leon terus bertempur, Lyra menciptakan lingkaran sihir di sekeliling mereka untuk memblokir akses goblin dari berbagai sisi. Namun, semakin lama pertarungan berlangsung, semakin banyak goblin yang datang dari berbagai arah, memaksa mereka untuk bekerja sama dengan lebih baik.
Leon merasa kelelahan tetapi tetap fokus. "Lyra, aku akan mencoba mengalihkan perhatian mereka. Kau harus menemukan pemimpin mereka—biasanya ada satu yang lebih kuat dan lebih pintar dari yang lainnya!"
Lyra mengangguk dan mulai mencari pemimpin goblin di tengah kekacauan. Setelah beberapa menit, dia melihat goblin besar dengan armor yang lebih baik dan tongkat yang berkilauan, memerintah goblin-goblin lainnya dari belakang.
"Di sana!" teriak Lyra sambil menunjuk ke arah goblin besar. "Itu pemimpin mereka!"
Leon menyadari apa yang harus dilakukan dan mulai menavigasi jalan melalui pertarungan menuju goblin pemimpin. Dia bertarung dengan intensitas baru, menghindari serangan dan balasan, sampai dia akhirnya berdiri di hadapan goblin besar tersebut.
"Siapa kau, manusia berani?" goblin pemimpin menggeram, mengangkat tongkatnya yang bersinar.
"Aku Leon, dan aku di sini untuk mengakhiri kekacauan yang kau buat di Thornfield!" kata Leon, memegang pedangnya dengan teguh. "Ayo selesai dengan ini!"
Pertarungan antara Leon dan goblin pemimpin sangat sengit. Tongkat goblin memancarkan kilatan sihir gelap yang mengarah langsung ke arah Leon. Dengan kecepatan yang mengagumkan, Leon berhasil menghindari serangan dan memberikan serangan balik yang kuat.
Akhirnya, dengan satu ayunan kuat, Leon berhasil mematahkan tongkat goblin pemimpin dan memukulnya ke tanah. Goblin besar itu mengerang kesakitan dan terjatuh, sementara goblin-goblin lainnya yang kehilangan pemimpin mereka mulai mundur dan melarikan diri.
Leon berdiri dengan napas terengah-engah, melihat sekeliling gua yang kini menjadi sepi. "Lyra, apakah kau baik-baik saja?"
Lyra, masih memulihkan diri dari pertarungan, tersenyum lelah. "Aku baik-baik saja. Aku hanya butuh beberapa menit untuk pulih."
Leon berjalan mendekat, menepuk bahunya. "Kita melakukannya. Kita mengalahkan mereka."
Lyra mengangguk, matanya penuh kebanggaan. "Dan Thornfield akan aman berkat usaha kita. Terima kasih, Leon."
Leon tersenyum lebar. "Aku tidak bisa melakukannya tanpa bantuanmu. Sekarang, mari kita kembali ke Thornfield dan pastikan desa ini kembali ke keadaan semula."
Dengan hati-hati, mereka meninggalkan gua yang kini menjadi tempat sepi dan berbahaya, menuju jalan pulang. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai dan banyak tantangan yang menunggu di depan, tetapi mereka siap menghadapi setiap halangan yang ada, bersandar pada persahabatan dan keberanian mereka.