Malam berlalu dengan cepat, dan hari baru tiba dengan membawa harapan serta rasa tanggung jawab. Leon dan Lyra, setelah beristirahat dan makan, memulai hari dengan mempelajari catatan kuno yang ditemukan Eldric. Buku tebal itu berisi banyak informasi tentang sihir pelindung dan artefak kuno yang bisa membantu mereka melawan kegelapan.
"Lihat ini," kata Lyra sambil menunjuk sebuah halaman di buku. "Ini adalah deskripsi tentang sebuah artefak yang disebut 'Mata Terang'. Dikatakan bahwa artefak ini memiliki kekuatan untuk mengungkap dan menghancurkan kegelapan."
Leon membaca deskripsi tersebut dengan seksama. "Mata Terang. Kita harus mencarinya. Jika ini benar-benar memiliki kekuatan seperti yang dikatakan, ini bisa menjadi alat yang sangat penting dalam melawan Nerathor."
Eldric yang telah bergabung dengan mereka di meja, mengangguk. "Mata Terang disebut-sebut terletak di sebuah kuil kuno di Hutan Kegelapan. Namun, hutan itu terkenal dengan bahaya dan sihir gelapnya. Perjalanan ke sana akan sangat menantang."
"Jadi kita harus pergi ke Hutan Kegelapan?" tanya Lyra, wajahnya sedikit khawatir. "Kita tahu bahwa hutan itu penuh dengan makhluk berbahaya dan ilusi yang bisa membingungkan."
Leon mengangguk. "Ya, tapi kita tidak punya pilihan lain. Kunci untuk menghentikan Nerathor mungkin ada di sana. Kita harus mempersiapkan diri dengan baik."
Eldric bangkit dari kursinya dan mulai mempersiapkan perlengkapan tambahan untuk perjalanan mereka. "Aku akan menyiapkan beberapa barang yang mungkin berguna. Kalian juga harus mendapatkan persetujuan dari dewan desa untuk persiapan perjalanan."
Sementara Eldric sibuk dengan persiapannya, Leon dan Lyra pergi ke balai desa untuk berbicara dengan dewan desa. Mereka menjelaskan rencana mereka dan kebutuhan untuk persetujuan serta dukungan desa.
Di ruang dewan, para anggota dewan, yang terdiri dari orang-orang tua dan bijaksana dari desa, mendengarkan dengan serius. "Kami memahami betapa pentingnya pencarian ini," kata Kepala Dewan, seorang wanita tua bernama Elara. "Namun, Hutan Kegelapan adalah tempat yang berbahaya. Kami akan memberikan dukungan kami, tetapi kalian harus berhati-hati dan siap menghadapi segala kemungkinan."
Leon membungkuk dengan hormat. "Terima kasih, Elara. Kami akan berhati-hati dan memanfaatkan setiap pengetahuan yang kami miliki untuk memastikan keselamatan kami."
Elara mengangguk dan memberi mereka beberapa perlengkapan tambahan, termasuk ramuan penyembuhan dan peta yang lebih rinci tentang Hutan Kegelapan. "Ini akan membantu kalian dalam perjalanan. Semoga keberuntungan menyertai kalian."
Setelah persiapan selesai, Leon dan Lyra memulai perjalanan mereka menuju Hutan Kegelapan. Mereka melewati jalan setapak dan hutan yang semakin lebat, dengan suasana yang semakin menegangkan. Kabut tebal menyelimuti hutan, dan suara-suara aneh bergema di antara pepohonan.
"Ini terasa sangat suram," kata Lyra, matanya tertuju pada kabut yang menutupi jalan. "Aku tidak bisa melihat jauh di depan kita."
Leon memeriksa peta dengan hati-hati. "Kita harus mengikuti jalan ini dan tetap waspada. Ada kemungkinan bahwa hutan ini penuh dengan ilusi dan jebakan."
Mereka terus maju dengan hati-hati, memeriksa setiap langkah mereka dengan cermat. Beberapa jam berlalu, dan suasana hutan semakin mencekam. Tiba-tiba, mereka merasa seolah-olah mereka sedang diperhatikan.
"Ada sesuatu di sini," bisik Lyra, menyentuh lengan Leon. "Aku merasakan kehadiran yang aneh."
Leon memegang pedangnya dengan lebih ketat. "Tetap waspada. Kita mungkin menghadapi makhluk-makhluk hutan yang tidak terlihat."
Tanpa diduga, sekelompok makhluk gelap muncul dari balik pohon-pohon, dengan mata merah menyala dan bentuk yang menyeramkan. Mereka menyerang dengan cepat, mengelilingi Leon dan Lyra.
"Jangan panik!" teriak Leon sambil memotong salah satu makhluk. "Kita harus bertahan dan mencari jalan keluar dari situasi ini!"
Lyra menggunakan sihirnya untuk menciptakan perisai pelindung dan melawan makhluk-makhluk tersebut dengan serangan sihir. "Aku akan menghalau mereka. Kamu cari jalan keluar!"
Leon berjuang melawan serangan makhluk-makhluk itu sambil terus mencari jalan untuk melarikan diri. Akhirnya, mereka berhasil menemukan celah dan melarikan diri dari serangan makhluk-makhluk gelap.
"Bagaimana kalau kita beristirahat sejenak?" tanya Lyra, napasnya terengah-engah. "Kita perlu memulihkan tenaga sebelum melanjutkan perjalanan."
Leon mengangguk, duduk di dekat pohon besar. "Setuju. Kita perlu tetap fokus dan menjaga energi kita untuk perjalanan yang panjang ini."
Saat mereka beristirahat, Leon memikirkan ancaman yang mungkin akan mereka hadapi di Hutan Kegelapan. "Kita harus siap menghadapi segala kemungkinan. Hutan ini mungkin hanya awal dari tantangan yang lebih besar."
Lyra menyandarkan punggungnya pada pohon, matanya memandang jauh ke arah hutan. "Ya, tapi kita tidak sendirian. Kita punya satu sama lain, dan itu membuat kita lebih kuat."
Mereka melanjutkan perjalanan setelah istirahat singkat, bertekad untuk menemukan Kuil di Hutan Kegelapan dan mendapatkan artefak yang dapat membantu mereka melawan Nerathor. Dengan tekad dan keberanian yang mereka miliki, Leon dan Lyra siap menghadapi apa pun yang akan datang dan memastikan bahwa mereka dapat melindungi dunia dari ancaman yang semakin mendekat.