Pagi di desa kecil itu dipenuhi dengan bisikan-bisikan gelisah di antara para penduduk. Kabar tentang ledakan di hutan dengan cepat menyebar, dan setiap orang membicarakannya dengan nada ketakutan. Arlen dan Lia, yang masih terkejut dengan apa yang terjadi kemarin, mencoba menjaga rahasia tentang keterlibatan mereka. Namun, mereka tahu bahwa mereka tidak bisa menyembunyikannya selamanya.Di tengah hiruk-pikuk itu, Arlen duduk di dapur rumahnya, menatap ke arah cangkir teh yang dingin di tangannya. Fikirannya penuh dengan pertanyaan—tentang mimpi buruknya, tentang kekuatan yang tiba-tiba muncul, dan tentang makhluk raksasa yang menyerang mereka. Apa sebenarnya yang terjadi padanya? Dan apa artinya semua ini?Ibunya, seorang wanita paruh baya dengan wajah lembut dan penuh kasih sayang, melihat putranya yang termenung itu. "Arlen, kau kelihatan tidak sehat. Apa ada yang terjadi? Kau bisa bercerita pada ibu."Arlen mendongak dan tersenyum tipis, meski matanya menunjukkan kegelisahan yang dalam. "Tidak apa-apa, Bu. Hanya lelah saja. Mungkin terlalu banyak pekerjaan di ladang kemarin."Ibu Arlen memandangnya dengan ragu, tapi tidak menekan lebih jauh. "Kalau begitu, istirahatlah hari ini. Kau tidak perlu memaksakan diri."Arlen mengangguk, meskipun dia tahu bahwa istirahat tidak akan membuat perasaannya lebih baik. Pikirannya kembali ke peristiwa kemarin, dan tanpa sadar, tangannya menggenggam cangkir teh itu dengan kuat. Dia merasakan getaran kecil di tangannya—getaran energi yang sama dengan yang dia rasakan saat dia memanggil sihir untuk melawan makhluk itu.Sebelum dia bisa merenung lebih jauh, pintu rumahnya terbuka dengan keras, dan Lia masuk dengan wajah panik. "Arlen, kita punya masalah besar!"Arlen segera bangkit dari tempat duduknya, melihat Lia dengan khawatir. "Apa yang terjadi?""Kita harus pergi sekarang juga," kata Lia, suaranya penuh urgensi. "Para penjaga kerajaan sedang dalam perjalanan ke sini! Mereka mendengar tentang ledakan itu dan datang untuk menyelidiki. Jika mereka menemukan kita..."Arlen terdiam, jantungnya berdetak kencang. Dia tahu bahwa jika kerajaan mengetahui kekuatannya, mereka mungkin akan menangkapnya—atau lebih buruk lagi. "Kita tidak punya banyak waktu," kata Arlen, dengan cepat mengambil jaketnya dan keluar dari rumah.Lia mengikuti Arlen keluar, dan mereka segera menuju ke hutan, berharap bisa menghindari para penjaga kerajaan sebelum mereka tiba di desa. Mereka berlari melewati pohon-pohon yang lebat, rasa takut dan adrenalin bercampur menjadi satu. Arlen tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi setelah ini.Mereka tiba di sebuah gua yang tersembunyi di balik semak-semak tebal, tempat mereka sering bermain saat masih anak-anak. Gua itu cukup dalam untuk menyembunyikan mereka dari pandangan siapapun yang mencarinya. Setelah memastikan tidak ada yang mengikuti, mereka berdua masuk ke dalam gua dan duduk di lantai berbatu yang dingin."Kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, Arlen," kata Lia, suaranya bergetar. "Aku tidak tahu banyak tentang sihir, tapi aku yakin ini bukan sihir biasa. Dan ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi di luar sana."Arlen mengangguk, meskipun kepalanya dipenuhi dengan berbagai pikiran. "Aku setuju. Tapi bagaimana kita bisa mencari tahu? Aku bahkan tidak tahu harus mulai dari mana."Lia memandang Arlen dengan serius. "Ada seorang penyihir tua yang tinggal di pinggir desa. Dia dikenal sebagai orang yang aneh dan tertutup, tapi orang-orang bilang dia sangat berpengetahuan tentang hal-hal seperti ini. Mungkin dia bisa membantu kita."Arlen terdiam sejenak, merenungkan saran Lia. Dia tahu bahwa mendekati penyihir itu bisa berbahaya—banyak yang bilang dia tidak suka didatangi tamu. Tapi di saat seperti ini, mereka tidak punya banyak pilihan."Baiklah, kita akan menemui penyihir itu," kata Arlen akhirnya. "Tapi kita harus hati-hati. Kita tidak tahu apa yang bisa terjadi."Mereka memutuskan untuk menunggu sampai malam tiba, ketika para penjaga kerajaan mungkin sudah meninggalkan desa. Sementara itu, mereka beristirahat di dalam gua, mencoba memulihkan tenaga mereka setelah peristiwa yang menguras emosi dan fisik mereka.Ketika malam tiba, mereka keluar dari gua dengan hati-hati, menghindari jalan utama dan memilih jalur yang lebih tersembunyi menuju rumah penyihir itu. Rumah itu terletak di pinggir desa, jauh dari rumah-rumah lainnya, dan dikelilingi oleh pagar kayu yang sudah lapuk.Mereka berdiri di depan gerbang rumah penyihir itu, merasakan suasana yang aneh dan menakutkan. Cahaya dari bulan purnama membuat bayangan panjang dari pagar kayu yang sudah tua itu, menciptakan suasana yang suram. Arlen bisa merasakan ketegangan di udara, dan dia tahu bahwa tidak ada jalan kembali setelah mereka mengetuk pintu.Dengan sedikit ragu, Arlen mengetuk pintu kayu yang berat itu. Suara ketukan terdengar seperti gemuruh di tengah malam yang sunyi. Mereka menunggu dengan cemas, mendengarkan langkah-langkah berat dari dalam rumah.Pintu terbuka perlahan, dan di hadapan mereka berdiri seorang pria tua dengan janggut putih panjang dan mata yang dipenuhi dengan kebijaksanaan—dan juga sesuatu yang lain, sesuatu yang tak bisa diartikan dengan mudah. Pria itu memandang Arlen dan Lia dengan pandangan tajam yang seolah-olah bisa menembus jiwa mereka."Apa yang membuat kalian datang ke tempat ini di tengah malam?" tanyanya dengan suara serak.Arlen menelan ludahnya, berusaha mengumpulkan keberanian. "Kami butuh bantuanmu, Tuan. Ada sesuatu yang terjadi padaku, dan aku tidak tahu apa itu. Aku... aku merasa ada kekuatan aneh yang bangkit di dalam diriku."Penyihir tua itu mengamati Arlen dengan tatapan yang intens, seolah-olah dia sedang memeriksa sesuatu yang tersembunyi jauh di dalam diri pemuda itu. Setelah beberapa saat, dia mengangguk pelan, seolah-olah telah menemukan jawaban yang dia cari."Masuklah," katanya akhirnya, membuka pintu lebih lebar. "Kita akan lihat apa yang bisa kulakukan."Arlen dan Lia saling berpandangan, lalu mengikuti penyihir itu masuk ke dalam rumahnya yang gelap dan penuh dengan aroma aneh. Mereka tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan mereka menuju kebenaran yang selama ini tersembunyi—kebenaran tentang kekuatan Arlen, dan tentang ancaman besar yang sedang mendekati dunia mereka.
Di dalam rumah penyihir itu, udara terasa berat dengan aroma dupa dan ramuan herbal yang aneh. Rak-rak kayu yang penuh dengan botol kaca dan gulungan kertas tua memenuhi dinding, sementara cahaya dari beberapa lilin yang menyala redup menciptakan bayangan yang bergerak-gerak di ruangan. Arlen dan Lia merasa tidak nyaman, namun mereka tahu bahwa ini adalah satu-satunya tempat di mana mereka bisa mendapatkan jawaban.Penyihir tua itu membawa mereka ke sebuah meja besar yang penuh dengan simbol-simbol aneh yang terukir di permukaannya. Dia memberi isyarat agar mereka duduk, dan kemudian mulai mengeluarkan beberapa buku tebal dari rak yang berdebu. Arlen memandang sekeliling ruangan itu dengan rasa ingin tahu, tapi dia tetap waspada. Dia tahu bahwa sihir adalah sesuatu yang harus dihormati, dan pria di hadapannya ini jelas memiliki kekuatan yang besar."Apa yang terjadi padamu kemarin hanyalah permulaan," kata penyihir itu tanpa menoleh dari buku-buku yang sedang dia buka. "Kekuatan yang kau rasakan itu adalah bagian dari takdir yang lebih besar—takdir yang telah ditentukan bahkan sebelum kau lahir."Arlen terdiam, tidak yakin bagaimana harus menanggapi kata-kata itu. "Takdir? Apa maksudmu?"Penyihir itu menoleh dan menatap Arlen dengan mata tajamnya. "Dunia ini bukan hanya terdiri dari apa yang bisa kita lihat dan sentuh. Ada kekuatan yang lebih besar, lebih tua dari apa yang bisa kita bayangkan. Kekuatan itu mengalir melalui dunia ini, dan beberapa orang terpilih memiliki kemampuan untuk mengendalikannya. Kau adalah salah satu dari mereka, Arlen."Lia yang mendengarkan dengan saksama, merasa ada sesuatu yang sangat penting dalam kata-kata penyihir itu. "Jadi, Arlen adalah seorang penyihir? Tapi mengapa dia baru bisa menggunakan sihir sekarang?"Penyihir itu menggelengkan kepalanya. "Bukan sekedar penyihir. Arlen adalah warisan dari garis keturunan kuno—garis keturunan yang telah hampir punah. Di dalam darahnya mengalir kekuatan dari para penyihir besar di masa lalu, yang pernah berd