Chereads / kaisar sihir yang Terlahir kembali / Chapter 5 - kunci terakhir

Chapter 5 - kunci terakhir

Keesokan harinya, Arlen tidak bisa menahan kegelisahan yang menggantung di hatinya. Suara misterius dari malam sebelumnya masih terngiang-ngiang di telinganya, seolah-olah berusaha memberitahunya sesuatu yang sangat penting. Dia tahu bahwa jika dia ingin maju dalam perjalanannya, dia harus menemukan apa yang disebut sebagai "kunci terakhir" itu.Setelah sarapan, Arlen memutuskan untuk berbicara dengan penyihir tua tentang hal ini. Dia menceritakan tentang bisikan yang didengarnya dan perasaan bahwa ada sesuatu yang masih tersembunyi dalam dirinya.Penyihir tua itu mendengarkan dengan serius, mengangguk pelan sambil merenung. "Aku tidak terkejut, Arlen. Kekuatan yang kau miliki sangat besar, dan seringkali kekuatan semacam itu tidak bisa sepenuhnya dikuasai tanpa menemukan bagian terdalam dari jiwamu. Kunci terakhir yang kau cari mungkin adalah sesuatu yang sangat pribadi—sesuatu yang hanya bisa kau temukan dengan menggali ke dalam dirimu sendiri."Arlen mengernyit. "Bagaimana aku bisa menemukannya? Aku sudah melalui begitu banyak latihan, begitu banyak cobaan. Tapi aku masih merasa ada yang kurang."Penyihir itu tersenyum tipis, matanya yang tua dan bijaksana memandang Arlen dengan penuh pengertian. "Jawabannya tidak selalu ditemukan dalam latihan fisik atau sihir. Terkadang, kau harus mencari di tempat yang tidak pernah kau bayangkan. Mungkin jawabannya ada dalam kenanganmu, atau mungkin dalam sesuatu yang telah kau lupakan."Penyihir itu kemudian mengulurkan tangannya, dan sebuah benda kecil muncul di telapak tangannya. Itu adalah cermin kecil dengan bingkai perak yang dihiasi dengan ukiran rumit. "Ini adalah Cermin Kenangan. Jika kau menatap ke dalamnya dengan hati yang jernih dan pikiran yang terbuka, mungkin kau akan menemukan petunjuk yang kau cari."Arlen mengambil cermin itu dengan hati-hati, merasa seolah-olah benda itu sangat penting. "Apa yang harus kulakukan dengannya?""Temukan tempat yang tenang, jauh dari gangguan," jawab penyihir itu. "Kemudian tatap cermin itu dan biarkan pikiranmu terbuka. Cermin ini akan membawamu ke dalam kenangan terdalammu, ke bagian dari dirimu yang mungkin telah lama terkubur. Tapi ingat, Arlen, apa pun yang kau temukan, hadapilah dengan hati yang kuat. Kebenaran sering kali tidak mudah diterima."Dengan cermin itu di tangannya, Arlen merasa sedikit gugup, tapi juga penuh dengan tekad. Dia tahu bahwa ini adalah langkah berikutnya yang harus dia ambil untuk sepenuhnya memahami dan menguasai kekuatan yang ada di dalam dirinya.Dia mencari tempat yang tenang di hutan, jauh dari desa dan gangguan apa pun. Di tengah hutan itu, dia menemukan sebuah celah kecil di antara dua batu besar, tempat yang sepi dan tersembunyi dari pandangan. Di sanalah dia duduk, memegang cermin itu dengan kedua tangannya, dan mulai menatap ke dalam permukaannya.Pada awalnya, dia hanya melihat pantulan dirinya sendiri, wajah yang tampak lelah setelah berhari-hari berlatih tanpa henti. Tapi kemudian, bayangan di cermin mulai berubah. Wajahnya memudar, digantikan oleh pemandangan yang kabur, seperti kabut yang perlahan-lahan terangkat.Kemudian, dia melihatnya—pemandangan dari masa lalu, dari kehidupan yang pernah dia jalani sebelumnya. Dia melihat dirinya sendiri, namun bukan dirinya yang sekarang. Itu adalah sosok Kaisar Sihir, dengan seluruh kekuatannya dan kemegahannya, memimpin sebuah pasukan besar di medan perang. Dia melihat pertempuran yang dahsyat, kekacauan dan kehancuran yang diakibatkan oleh kekuatan sihir yang luar biasa. Tapi ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang lebih penting.Di tengah semua itu, dia melihat seorang wanita—seorang wanita dengan rambut hitam panjang dan mata yang memancarkan kekuatan yang tak terukur. Wanita itu tampak akrab, meski Arlen tidak bisa langsung mengenalinya. Dia adalah seseorang yang sangat berarti bagi Kaisar Sihir, seseorang yang memegang kunci bagi hatinya yang beku."Siapa dia?" gumam Arlen, matanya terpaku pada sosok wanita itu. Namun, tidak ada jawaban yang datang dari cermin. Hanya kenangan yang terus berputar, memperlihatkan lebih banyak tentang kehidupan Kaisar Sihir dan hubungannya dengan wanita itu.Arlen mulai memahami—wanita itu adalah kunci terakhir. Dia adalah bagian dari hati Kaisar Sihir yang pernah dia miliki, tetapi hilang saat dia dilahirkan kembali. Kunci terakhir ini bukan tentang kekuatan atau sihir, tetapi tentang hati dan perasaan yang pernah dimilikinya.Saat dia terus menatap cermin itu, gambar wanita itu mulai memudar, digantikan oleh wajah lain—wajah Lia. Arlen tersentak, menyadari bahwa ada hubungan antara wanita dari masa lalu dan Lia. Tapi sebelum dia bisa merenungkannya lebih lanjut, cermin itu menjadi gelap, dan Arlen merasa seolah-olah dia ditarik kembali ke dunia nyata.Dia membuka matanya, kembali ke hutan yang tenang, cermin itu kini kembali hanya menunjukkan pantulan dirinya. Tapi di dalam hatinya, Arlen tahu bahwa dia telah menemukan sesuatu yang penting. Kunci terakhir bukanlah sihir atau kekuatan, tetapi sesuatu yang lebih dalam—sesuatu yang terhubung dengan hatinya dan hubungannya dengan orang-orang yang dia cintai.Dengan pemahaman baru ini, Arlen tahu bahwa dia harus melangkah lebih jauh, tidak hanya dalam kekuatan sihirnya tetapi juga dalam memahami perasaannya sendiri. Hanya dengan begitu, dia bisa sepenuhnya menguasai kekuatan yang ada di dalam.

Setelah menemukan kunci terakhir, Arlen merasakan perubahan dalam dirinya. Ada kedamaian yang aneh dan kekuatan yang tenang di dalam hatinya, seolah-olah dia telah menemukan bagian dari dirinya yang hilang. Namun, dia juga tahu bahwa ini hanya awal dari ujian yang lebih besar. Dia telah menemukan kunci terakhir, tapi itu belum cukup. Dia harus mempersiapkan dirinya untuk menghadapi takdir yang menantinya.Penyihir tua itu bisa melihat perubahan dalam diri Arlen. Ketika Arlen kembali dari hutan dengan cermin di tangannya, penyihir itu tersenyum tipis. "Kau telah menemukannya, bukan?""Ya," jawab Arlen, meletakkan cermin itu di atas meja. "Aku menemukannya. Tapi aku masih tidak sepenuhnya memahami apa yang harus kulakukan."Penyihir itu mengangguk pelan. "Pemahaman tidak selalu datang dengan segera. Tapi kau telah mengambil langkah yang benar, dan itu yang terpenting. Apa pun yang akan datang, ingatlah bahwa kekuatan yang paling besar bukanlah sihir yang kau miliki, tapi hati yang penuh dengan cinta dan keberanian."Arlen merenungkan kata-kata itu. Dia tahu bahwa apa pun yang dia hadapi di masa depan, dia tidak bisa melakukannya sendirian. Dia membutuhkan teman-temannya, terutama Lia, untuk berdiri di sampingnya.Namun, sebelum dia bisa beristirahat dari semua ini, datanglah kabar buruk. Seorang kurir dari desa tetangga datang dengan napas terengah-engah, membawa pesan yang membuat darah Arlen membeku."Desa kita diserang!" teriak kurir itu, wajahnya pucat ketakutan. "Pasukan hitam datang dari utara, menghancurkan segalanya di jalan mereka! Mereka sedang menuju ke sini!"Berita itu menyebar seperti api. Penduduk desa panik, orang-orang mulai bersiap untuk melarikan diri, sementara beberapa yang lebih berani bersiap untuk melawan. Tapi Arlen tahu bahwa mereka tidak bisa menang melawan kekuatan seperti itu dengan kekuatan fisik saja."Ini adalah awal dari pertempuran yang kita tunggu," kata penyihir itu dengan suara rendah. "Musuhmu telah datang, Arlen. Dan sekarang, hanya kau yang bisa menghentikannya."Arlen merasakan dadanya sesak, tapi dia tahu bahwa tidak ada waktu untuk ragu. Dia harus menggunakan semua yang telah dia pelajari, semua kekuatan yang dia miliki, untuk melindungi desanya dan orang-orang yang dia cintai.Dengan hati yang dipenuhi dengan tekad, Arlen berdiri. "Aku akan melawan mereka. Aku tidak akan membiarkan mereka menghancurkan desa ini."Penyihir itu tersenyum bangga. "Kau telah menjadi lebih dari sekadar petani biasa, Arlen. Kau adalah harapan mereka. Pergilah, dan tunjukkan bahwa kaisar sihir yang telah dilahirkan kembali tidak akan dikalahkan oleh kegelapan."Arlen mengangguk, lalu berlari keluar rumah, menuju pusat desa di mana para penduduk sudah berkumpul. Lia ada di sana, wajahnya dipenuhi dengan kekhawatiran tapi juga dengan keberanian yang tak tergoyahkan."Arlen!" Lia berteriak saat melihatnya. "Apa yang harus kita lakukan?"Arlen menatap Lia, mengingat gambar di cermin dan perasaan yang telah dia temukan di dalam hatinya. "Kita akan.