Jonathan Adrian Pratama, lelaki bertubuh tinggi kekar berwajah tampan dengan rahang kokoh, rambut sedikit gondrong yang selalu ditata dengan rapih, seorang CEO muda yang sukses mengembangkan sayapnya di dunia bisnis sejak usianya 18 tahun silam.
Menginjak usianya yang ke 35 tahun Jo belum memiliki seorang kekasih, itu membuat keluarganya khawatir apakah Jo normal atau bagian dari salah satu kaum pelangi di luaran sana.
Hingga seorang wanita bernama Asha Delila Farhana menarik perhatiannya, juga hatinya dan menyembuhkan kekurangannya.
semua bermula dari hujan lebat di ujung senja, seorang wanita dengan rok Aline dipadukan blouse berwarna senada berlari ke arah Jo yang hendak mengambil ponselnya yang terjatuh di pinggir jalan.
"awaaaaas" teriaknya sebelum menangkap tubuh kekar Jo hingga keduanya terjatuh ke trotoar, sebuah mobil box melaju dengan kecepatan tinggi dan melindas ponsel milik Jo hingga terpental beberapa kali.
Rambut panjang sepinggang yang tergerai kini menjuntai basah, Jo menatap lekat wajah wanita yang ada diatas tubuhnya itu. Hidung sedikit mancung, matanya indah dengan bulu mata lentik, alisnya juga rapih ditambah bibir tipis berwarna cherry.
"kamu gapapa?" tanya Asha yang membuat Jo kembali tersadar.
"aku tidak apa apa, terima kasih sudah menolongku" ucap Jo, keduanya bangkit dari posisinya. Asha sedikit berlari ketengah jalan untuk mengambil ponsel milik Jo.
"ini, sepertinya rusak parah" ucap Asha sambil memberikan benda pipih yang sudah pecah layarnya itu.
"tidak apa apa, Terima kasih sebelumnya" ucap Jo dengan tulus, seandainya Asha tidak menyelamatkannya mungkin saat ini ia sudah terkapar di jalanan dengan berlumuran darah.
"sama sama, kalau begitu saya duluan" asha, segera pulang ke rumah kontrakan yang telah ia huni selama lima tahun terakhir. Ia menatap sebuah bingkai foto yang menampilkan dirinya beserta kedua anaknya, saat kenaikan kelas putra sulungnya di pondok pesantren Modern daerah bogor.
Disisi lain di dalam sebuah mobil mewah Jo kembali terbayang saat Asha menyelamatkan nya, entah kenapa sentuhan tangan Asha bagai aliran listrik yang mampu menegangkan dirinya.
"apa ada yang lolos bay? " tanya Jo membuka percakapan.
"ada satu tuan, seorang wanita berusia 29 tahun single parent memiliki 2 anak" ujar Bayu, Jo mengernyitkan dahinya.
"alasan perceraiannya?"
"tidak dikatakan tuan, tapi wanita ini lolos dengan nilai tertinggi dibanding yang lain" jelas Bayu.
"oke, panggil dia bekerja mulai besok meja resepsionis kita tidak boleh kosong" ujar Jo.
"baik tuan"....[]
Asha mematut dirinya di depan cermin yang usang, tinggal sendiri di rumah kontrakan dengan dua kamar cukup sepi bagi Asha. namun tidak masalah, kedua anaknya tengah menimba ilmu di pondok pesantren karena itu Asha selalu giat bekerja untuk membiayai kedua anaknya.
"Bismillah, semangat hari pertamanya Asha" ucap Asha menyemangati dirinya sendiri.
sebuah gedung pencakar langit yang begitu megah dan mewah, membuat Asha ternganga ia tidak percaya akan keberuntungannya bisa bekerja di dalam gedung ini.
"its my dream" gumam Asha terharu, dengan segera ia melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam sana, di meja resepsionis Asha bertanya pada seorang perempuan muda yang tengah membolak balik sebuah dokumen.
"permisi"
"ah iya, ada yang bisa saya bantu?" ramah juga sopan wanita bernama Yuki menyambutnya dengan baik.
"saya, Asha tadi pagi di telpon untuk masuk kerja di bagian resepsionis" ujar Asha, yuki menarik tangan Asha untuk segera masuk kebalik meja besar itu.
"ih, kamu namanya Asha cantik banget" puji nya dengan mata berbinar.
"kamu juga cantik yuki, sangat cantik" ujar asha.
sebuah telpon masuk, membuat yuki segera beralih ke telepon genggam yang tak jauh darinya.
"Halo selamat pagi dengan JAP corporation ada yang bisa saya bantu?"
"oh, halo yuki apakah Asha sudah datang? hari ini dia sudah masuk bekerja" ujar Bayu bertanya.
"oh, pak Bayu sudah pak, sekarang saya sedang memberitahu pekerjaannya" ujar yuki.
"oke"
yuki menghela nafas lega saat Bayu mematikan sambungan telponnya.
"asisten bos namanya pak Bayu, orangnya ngga galak cuma tampangnya aga serem" ujar yuki, sedangkan Asha hanya tersenyum.
Setelah di ajari oleh yuki, kini Asha sudah terbiasa menerima telpon masuk juga keluar, hebatnya Asha begitu cepat menangkap arahan yang diberikan yuki.
Jam makan siang, bayu meminta Asha mengantarkan makan siang yang di order keruang kerja CEO.
Tok Tok Tok
"permisi Pak, saya ingin mengantarkan makanan ini" ujar Asha setelah dua langkah masuk keruangan Jo, lelaki yang sedari tadi sibuk dengan pekerjaannya kini menatap wanita di ambang pintu.
"kamu kerja disini?" tanya Jo terkejut.
"oh, kamu yang kemaren?" tanya Asha terkejut "oh maaf Pak, ini disimpan dimana?" tanya Asha kembali.
"bawa kemari" titah Jo, langkah Asha begitu pasti rambutnya bergerak mengikuti langkah kakinya, penampilannya tak jauh berbeda dari kemarin masih dengan rok alin dipadukan blouse senada.
"duduklah" Asha duduk dengan ragu.
"siapa namamu?"
"oh ya, saya lupa, perkenalkan nama saya Asha Pak Jo"
"Asha, Terima kasih telah menolongku kemarin" ucap Jo, Asha tersenyum kecil.
"sama sama Pak Jo, kalau begitu saya permisi" Jo menatap kepergian Asha dengan perasaan aneh, ada sesuatu yang ia inginkan dari.
pukul enam sore, Asha keluar dari kantor ia berjalan dengan tergesa gesa pasalnya ia bisa terlambat datang ke club untuk bekerja di sana. melakukan dua pekerjaan dalam satu hari apakah tidak lelah? jangan ditanya, demi menjamin pendidikan kedua anaknya ia rela melakukan pekerjaan apapun asal tidak menjual diri.
pukul 11 malam, suara hingar bingar dunia malam masih sangat asik terdengar beberapa orang duduk menegak minuman beralkohol itu, ada lagi yang sibuk meliuk liukan tubuh sesuai irama musik yang dimainkan seorang dj terkenal.
Asha membawa satu botol vodka dengan dua gelas di nampannya, sebuah ruangan VIP biasa ditempati oleh orang orang dari kalangan teratas. Asha dengan penampilan sedikit sexy dan terbuka menarik perhatian seorang laki laki, kedua mata elang itu menatapnya dengan tajam, jakunnya naik turun seolah kesulitan untuk menelan saliva yang tercekat disana.
"silahkan tuan, pesanan anda" ujar asha setelah menaruh yang ia bawa.
saat hendak berbalik lengannya di cekal seseorang, asha terkejut dengan refleks memukul orang tersebut dengan nampan yang ada di tangannya.
"hentikan asha" tegasnya, suara yang terdengar familiar itu membuat asha menghentikan aksinya. ruangan dengan penerangan yang minim membuatnya tidak mengenali bosnya sendiri, Jo.
"maaf Pak Jo, saya kira lelaki hidung belang" ucap asha menyesal, ia melihat pelipis Jo sedikit berdarah karena ulahnya.
setelah mengambil kotak p3k asha mengobati luka di pelipis Jo, jarak keduanya begitu dekat. Hingga aroma mawar mengalahkan bau alkohol yang menguar di sana.
"kamu bekerja disini?" tanya Jo, asha menatap kedua mata elang itu, lalu tersenyum.
"iya, untuk membiayai kedua anakku yang sedang sekolah" jelas asha.
"bekerja disini?"
"aku bekerja sebagai bartender, bukan menjajakan tubuhku Pak" jelas asha.
Jo melihat ikat rambut di tangan asha dan mengambilnya, perlahan mengumpulkan rambut yang tergerai, dan mengikatnya dengan rapih perlakuan yang lembut membuat asha berdesir, namun secepat mungkin ia menepisnya mana mungkin bos nya menyukai perempuan yang telah menjadi janda dengan dua anak, dengan alasan apapun bukankah jika pasangan suami istri bercerai yang selalu disalahkan adalah perempuannya.
"mulai besok, kamu akan jadi sekertaris pribadiku gajinya tiga kali lipat dari sebelumnya" asha menganga mendengarnya.
"Bapak serius?" ujar asha memastikan.
"aku bukan bapakmu, panggil Jo saja lagi pula kita hanya terpaut 6 tahun bukan 16 tahun" jelas Jo.
"em baiklah Jo"
"bagus"
Jo begitu tertarik pada leher panjang milik asha, ingin sekali membenamkan wajahnya di sana pasti sangat nyaman, namun ia harus perlahan untuk menaklukan asha terlebih ia belum tahu kenapa asha memilih bercerai dari suaminya dulu...[]