Asha menggeliat dibalik selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya, perutnya terasa berat seakan sesuatu yang besar menindihnya, ia menghela nafas lega saat melepaskan tangan Jo yang menindihnya, dengan perlahan turun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi.
"huh! aman aman" ucap Asha memeriksa pakaian serta tubuhnya.
"memangnya berharap apa?" suara Jo mengejutkan Asha, bukannya tadi masih tidur? pikirnya.
"ngapain masuk! keluar!" titah Asha.
"pintunya tidak tertutup rapat, aku pikir tidak ada orang di dalamnya" jelas Jo dengan cuek, ia bahkan merangsek masuk kedalam kamar mandi dan menurunkan celananya.
"dasar gila" teriak Asha sambil keluar dari kamar mandi, meninggalkan Jo yang tengah membuang isi kandung kemihnya sambil tersenyum puas...[]
Asha menyuap makanannya dengan kesal, namun bagi Jo sikap Asha yang seperti itu membuatnya senang.
"mau kemana hari ini?" tanya Jo membuka percakapan.
"ke kantor"
"berangkat bareng?" tawar Jo, Asha menggeleng dengan tegas.
"engga deh, udah pesen ojek online" tiba tiba ponselnya bergetar, Asha mengambilnya "aku duluan Jo"
"hey tunggu" namun Asha tidak memperdulikan Jo, ia bergegas pergi meninggalkan lelaki yang mulai memporak porandakan pertahanannya.
Sebetulnya tawaran menikah dari Jo membuatnya sedikit terpengaruh dengan iming iming membiayai kedua anaknya, namun Asha cukup sadar diri Jo adalah seorang bos muda yang sukses, berasal dari keluarga terpandang jelas kaya raya pula dengan latar belakang berpendidikan dan berpengaruh di Indonesia.
"jangan ngarep lebih Asha" ujarnya pelan.
seperti biasa tatapan warga gedung JAP corporation kini telah berbeda, namun Asha harus terbiasa bukan?
"modal cantik dan ngangkang udah bisa jadi sekertaris" sebuah perkataan menghentikan langkah kaki Asha, ia menatap yuki tak percaya.
"setidaknya mulutku tidak berbau busuk" tegas Asha tepat di hadapan yuki, membuatnya berdecak kesal.
"emang ya kalo janda pasti ga bener" timpalnya, Asha tersenyum mendengarnya.
"semoga kelak jadi janda juga ya yuki" ucap Asha tidak serius, namun berhasil membuat wajah yuki merah padam, pasalnya yuki baru menikah satu bulan yang lalu sedangkan Asha hanya asal bicara saja.
"dasar perempuan gila! penggoda! jalang!" teriak yuki memaki Asha yang kini telah memasuki lift, sedangkan para pegawai yang mendengarnya mengikuti kepergian Asha.
Bayu melangkahkan kakinya dengan tegas, ia menoleh ke arah yuki yang masih menggebu gebu dengan malas bayu berjalan ke arah meja resepsionis.
"yuki"
"eh i-iya Pak bayu" yuki merapihkan penampilannya.
"kalian semua cepat kembali bekerja" titah Bayu saat melihat karyawan berkumpul di lobi "dan kamu yuki, jika kamu membuat kegaduhan seperti tadi saya tidak segan memecat kamu, yang mau kerja disini banyak jadi jangan sia siakan pekerjaan kamu ini" tegas Bayu membuat yuki gelagapan.
"t-tapi Pak bayu saya nggak ngapa ngapain tadi" jelas Yuki membela diri, Bayu mengusap ipad berlogo apel digigit ujungnya itu dan menunjukan sesuatu pada yuki, seketika wajah putihnya menjadi pias.
"semua akses ditangan saya" tegas bayu, rekaman CCTV terhubung ke akun nya.
"b-baik Pak bayu, saya minta maaf" sesal yuki, Bayu meninggalkan yuki tanpa kata membuat perempuan itu sedikit gelisah hanya karena Asha karier dan pekerjaannya terancam.
di ruangan Jo Asha telah menyiapkan dokumen yang bayu minta kemarin dan menaranya diatas meja Jo dengan rapih.
"pagi Asha" sapa Bayu.
"Hai Pak bayu" Asha membalas senyum bayu.
"bayu, cukup bayu saja lagipula pacar bos kok manggil asistennya bapak padahal usia kita ga jauh beda" ujar bayu, keduanya tertawa kecil.
"bener, tapi kan ini kantor orang orang akan berpikir bahwa aku juga menggoda mu bayu" jelas Asha.
"biarkan saja, toh itu isi kepala mereka, selama tidak merugikan tidak masalah" jelas bayu.
"masalahnya, kerugian itu berasal dari hal hal kecil yang sering kita sepelekan bukan?" bayu mencerna ucapan Asha, dia benar! ternyata Asha begitu bijak dalam hal ini.
pintu terbuka lebar, Jo masuk kedalam ruangannya ia melihat bayu dan Asha dengan tatapan tidak suka.
"apa jadwal ku hari ini jo?"
"tidak ada tuan, hanya konsultasi dengan dokter itu saja" jelas Jo "tapi saya ada jadwal menjemput nona ke bandara"
"aku lupa dia pulang hari ini, baik pergilah" titah Jo, bayu mengembangkan senyum pada Asha tanda berpamitan, membuat Jo berdecak kesal. setelah kepergian Bayu Asha kembali duduk di kursinya.
"astaga Asha" geram Jo.
"ada apa?" ujar Asha dengan heran, Jo tidak sabar ia menghampiri meja Asha dan membuat Asha kebingungan, dalam kebingungannya Jo meraih pinggang Asha dan membawanya keatas meja.
"hey!"
"siapa suruh kamu begitu dekat dengan bayu" jarak keduanya begitu dekat, Jo mengunci pergerakan Asha dengan lengan kelarnya, tangannya mengusap lembut rambut Asha yang tergerai.
"kami hanya saling sapa Jo" jelas Asha, Jo berdecak kesal mendengar kata kami dari mulut Asha.
Melihat raut wajah Jo yang di tekuk mengundang rasa penasaran Asha untuk menyentuh wajah lelaki tampan di hadapannya itu. Asha membelai rambut Jo dengan lembut jemari lentiknya bahkan bermain di wajah hingga rahang kokoh Jo, membuat lelaki itu memejamkan matanya menikmati setiap sentuhan Asha.
"ssssshhhh" Jo tidak bisa menahan lagi saat Asha memainkan jarinya diatas jakunnya, rasanya sangat tidak bisa dijelaskan dengan kata kata, terlebih miliknya kini menegang meski tidak sempurna.
"ada apa?" tanya Asha saat Jo menatapnya dengan begitu lekat.
cup
Asha membulatkan matanya saat Jo mulai mencium bibirnya dengan penuh gairah, keduanya saling bertukar saliva saling meng absen deretan gigi putihnya. Jo membuka dasi yang seakan mencekik lehernya, membuka dua kancing kemeja teratasnya. kedua tangan Asha kini memegang leher panjang Jo, sesekali mengusap jakun yang terlibat asik naik turun itu.
Ada perasaan yang tidak bisa Jo tahan, tiga kancing kemeja Asha telah terbuka, Jo meng absen telinga Asha dengan bibirnya, ceruk lehernya hingga turun ke bawah leher, sesuatu yang terbungkus bra warna pink coklat tua itu membuatnya penasaran.
"Jo! tidak! " Asha menghentikan aksi Jo yang melebihi batas.
"maaf sha" lirih Jo, ia tidak menyesal karena setelah belasan tahun ia baru merasakan sensasi ini nikmatnya berciuman, saling mengecap hingga membuat kepemilikan nya menegang sempurna.
Jo merapihkan kembali pakaian Asha, ia juga menyisir rambut panjang Asha yang sedikit berantakan itu dengan jemarinya, hal yang sama Asha lakukan pada Jo, setelah merapihkan rambut Jo Asha tersenyum.
"Terima kasih Jo" ucapnya pelan.
"untuk apa?" tanya Jo penasaran.
"em, untuk semua kebaikanmu padaku selama ini" jelas Asha, Jo tersenyum lalu membelai pucuk kepala Asha.
"menikahlah denganku secepatnya Asha, aku sungguh tidak bisa menahannya saat bersamamu" jelas Jo, yang kembali membenamkan wajahnya di ceruk leher asha...[]