Tiba-tiba pemandangan yang awalnya laut gelap, berganti dengan bangunan aneh, berbentuk seperti kota. Seakan kami masuk ke dunia lain.
Sontak kami melihat ke belakang dan terkejut. Sungguh ajaib, di belakang kami terdapat garis pembatas gak terlihat, yang membuat kota di dalamnya gak di tenggelamkan air. Garis gak terlihat itu seakan menjadi pelindung bagi kota di dalamnya agar gak tenggelam.
"Hah!!! apakah ini Atlantis?" Dani terkejut tidak percaya.
Sepertinya kami secara gak sengaja menemukan Atlantis, hanya gegara diserang oleh monster gurita.
Tanpa menjawab pertanyaan Dani, kami juga sudah tau, kalau sekarang kami sudah berada di pinggir kota Atlantis. Untungnya kita terbang lumayan tinggi dari permukaan tanah, jadi saat kami tiba, Atlas gak menabrak bangunan kota yang tinggi-tinggi itu.
Sungguh canggih teknologinya sampai-sampai di dalam kota ini juga punya bulannya sendiri, dan mungkin ada matahari juga untuk menerangi kota ini. Kami tercengang melihat sekitar, bulan bersinar serta ratusan bintang tersebar indah.
Setelah puas melihat pemandangan indah. Vano menurunkan Atlas sampai di atas tanah, lalu kami turun dari Atlas. Sekarang kami berada di pinggiran kota Atlantis.
"HEI!!" teriak seseorang dari jendela lantai tiga rumahnya, dan berlari keluar menuju kami.
Kami masih mematung, menatap setiap jengkal pemandangan langit. tanpa sadar kami gak menggubris seseorang yang berseru.
30 detik kemudian.
"Hei!! penyusup. Apa tujuanmu kesini hah?" seseorang membentakku, dan mengarahkan trisulanya ke kami.
Usianya sekitar 30-an. Laki-laki dengan pakaian berwarna abu-abu. Rupanya itu pakaian masa depan. Dengan teknologi yang maju.
Kami bertiga terkejut dan menoleh bersamaan ke orang itu.
"HEI!! JAWAB PERTANYAANKU!" dia membentak kami dan bersiap menyerang kami.
"Eh bentar, bentar. Aku Rey dan ini kedua temanku, Vano dan Dani. Kami datang kesini dengan damai," aku menjawabnya dengan ketakutan.
Dia diam, dan menatap kami satu persatu penuh selidik.
"Kami di sini memang karena ingin membuktikan kebenaran Atlantis, lewat catatan-catatan kuno. Dan kami datang dengan damai," aku menjelaskan.
Dia menghela nafas dalam "Ooo baik, ayo ikuti aku,"
Dia balik badan, melangkah, dan kami mengikutinya di belakang.
Setelah sampai di rumahnya. Kami diterima sebagai tamu olehnya. Kami duduk di ruang tamu, dengan sofa dari besi, namun nyaman di duduki.
"Sudah lama Atlantis tidak dikunjungi oleh pendatang," orang itu membuka percakapan.
"Kenapa?" aku bertanya.
"Ya karena semua orang di atas sana menganggap Atlantis tenggelam dan musnah," Dani yang menjawab pertanyaan dariku.
"Ya itu benar. Oiya namaku Alex, kalian panggil saja aku Alex. Biar aku ceritakan masa lalu Atlantis yang kelam," dia menghirup nafas dalam-dalam, bersiap-siap bercerita.
"Dahulu, ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Pulau Atlantis yang sebenarnya berada di luar dinding Antartika. Pada suatu ketika, teman dekatku yang bernama At-Las menerima pesan dari ayahnya yang bernama Pose-Idon, untuk pergi ke koordinat yang telah diberikan oleh ayahnya. Dia mengajakku dan satu temannya yang lumayan dekat dengannya. Sehabis semua persiapan telah beres. At-Las meminta ijin keberangkatan kepada ibunya, yang bernama Cli-Eto. Akhirnya kami berangkat bertiga, termasuk aku,"
"Lima hari perjalanan. Akhirnya kami sampai di koordinat yang dikirim oleh ayahnya. Tempat yang begitu indah, beragam hewan dan tumbuhan, dan dikelilingi oleh tembok es raksasa. Kami mendarat di benua yang bernama Sund-A-Land. Awalnya kami dikira penjajah oleh penduduk setempat. Tapi di saat ayahnya muncul dan berkata bahwa At-Las adalah anaknya. Semua sujud kepada At-Las, sambil berkata "maafkan kami dewa At-Las," sungguh mengejutkan. Ternyata ayahnya disebut dewa oleh para penduduk asli, begitu juga anaknya."
"Pose-Idon berpesan kepada At-Las, untuk membangun kota atau peradaban, dan At-Las lah yang menjadi pemimpinnya. Semua berjalan normal. Sedikit demi sedikit kota itu berdiri megah. Hingga pada akhirnya semua telah selesai."
"Lima tahun terlewati. Kota itu diberi nama Atlantis. Sungguh kota yang indah dan megah. Di bawah pimpinan At-Las yang bijaksana dan adil membuat ekonomi, politik, bahkan teknologi maju dan makmur. Berkembang pesatnya teknologi, membuat orang luar yang mengunjungi kota terkejut dan menganggap bahwa kota itu adalah kota dewa. Mereka mengira bahwa kami melakukan sihir, karena mereka tidak tahu tentang teknologi saat itu. Karena teknologi kami berkembang pesat, itu sangat menguntungkan. Karena kami dapat mendeteksi gunung yang akan meletus dan berdampak sangat buruk bagi seluruh dunia. Efek dari letusannya amat dahsyat. gunung tersebut bernama gunung The-Ra. Akhirnya kami bersama dengan penduduk, membangun kubah pelindung yang sangat besar, membungkus kota Atlantis. untuk mencegah dampak gunung meletus merusak kota,"
"Di saat penduduk sejahtera dan mengerti akan teknologi. Muncullah sifat egois, keserakahan, dan ambisi ingin menguasai dunia dalam hati beberapa orang, dan dia bersatu menjadi satu kelompok. Panggil saja kelompok pemberontak. Awalnya mereka bicara baik-baik dengan At-Las tentang usulnya yang buruk itu. Otomatis ditolak mentah-mentah olehnya. Seketika para pemberontak itu memiliki rencana membunuh pemimpin mereka, dan mengambil alih kekuasaan kota Atlantis. Di satu sisi, mereka mengetahui satu fakta penting, bahwa sihir yang dilakukan oleh dewa hanyalah teknologi. Dan itu membuat para pemberontak berani terhadap At-Las, anak dewa Pose-Idon,"
"beberapa hari setelah ditolaknya saran para pemberontak. Peperangan meletus dahsyat. Jumlah pemberontak ratusan sedangkan kami, pengikut At-Las hanya tiga orang saja, dan itu teman kami yang ikut perjalanan dari pulau Atlantis. penduduk yang menginginkan perdamaian, tidak memihak ataupun mengikuti perang membela pemimpin mereka yang amat dicintai, itu semua karena para pemberontak akan menyiksa siapa pun yang membela musuhnya."
"Kami kalah jumlah saat melawan para pemberontak. Pose-Idon tau kalau kami akan kalah dan pemimpin akan digantikan oleh salah satu dari mereka, yang mempunyai ambisi menguasai seluruh dunia. Hingga membuat Pose-Idon marah dan menenggelamkan kota Atlantis jauh di dasar laut, dengan upaya para pemberontak itu tidak bisa keluar dari kota Atlantis, dan dengan cara itu, maka para pemberontak tidak akan bisa menguasai seluruh dunia. Keluar dari kota saja tidak bisa, apalagi menguasai dunia,"
"Setelah peperangan berhenti. Kami kabur ke pinggiran kota. Mengganti nama dan hidup seolah itu bukan kami yang dulu, atau menyamar menjadi penduduk biasa pinggiran kota Atlantis sampai sekarang," Alex mengakhiri ceritanya dengan mata berkaca-kaca, seolah dia sedih atas kejadian itu.
"Maaf, aku gak berniat membuat suasana menjadi seperti ini, saya gak tahu kalau cerita itu berakhir menyedihkan," aku berkata dengan sedih.
"Tidak apa-apa. Tidak perlu meminta maaf. Itu kejadian yang menyedihkan, tapi itu juga sejarah yang sebenarnya. Dan untungnya, mereka semua selamat dari pertarungan. Tapi sayangnya aku tidak tahu banyak dimana dia tinggal sekarang, hanya satu yang aku tahu tempat tinggalnya," ucap Alex tersenyum dan menghela nafas dalam-dalam.
Suasana lenggang sejenak.
"Ayo dimakan dulu makanannya," seru seorang wanita yang berjalan menuju kami, dengan membawa makanan dan diletakkan di meja tempat kami duduk.
Makanan itu terlihat normal seperti yang kami makan di tempat asal kami. Nasi, daging, sayur, buah dan minuman es jus jeruk.
"Makanan di Atlantis setiap hari seperti ini? sama seperti di tempat asal kami?" tanya Dani.
"Ya. Bedanya, kami selalu makan secara seimbang, bergizi dan sehat. Tidak seperti di tempat asal kalian yang selalu makan-makanan yang tidak sehat, seperti makanan instant," jawab Alex.
Kami makan bersama di rumah Alex. Dengan makanan yang sangat bergizi dan sehat, membuat tubuhku sedikit segar seperti bangun tidur.
"Oiya kenalin, ini istriku Ariel."
"Ariel, mereka petualang yang penasaran dengan kota kita yang tiba-tiba hilang dari permukaan. Namanya Rey, Dani dan Vano,"
Kami tersenyum dan mengangguk.
"Anak kami namanya Amir, sekarang ada di kamarnya lagi belajar. Dia sebenarnya juga ingin bertualang seperti kalian, menemukan tempat-tempat baru. Sepertinya umurnya sama dengan kalian, biar aku panggil dulu," ucap Alex.
"Eh gak apa-apa kok, biarkan aja dia belajar, jangan diganggu," aku mencegahnya karena gak enak mengganggu orang lain.
Alex tersenyum, dan kami melanjutkan makan bersama.
Suasana lenggang sejenak
"Oiya kalian pasti terkejut ya? Yang awalnya hanya terlihat gelapnya lautan, dan tiba-tiba melihat kota yang megah, seolah memasuki alam lain," Alex bertanya sambil tertawa kecil.
"Gak hanya terkejut, tapi juga tercengang," balas Dani.
Respon Dani membuat Alex tertawa.
"Itu karena kaca kubah bagian luarnya menampilkan hologram, seakan tidak ada kota di sana. Jadi jika dilihat dari luar, Atlantis seakan menghilang. Lebih mudahnya, mereka tidak bisa melihat kota Atlantis dari luar kubah, tapi kami bisa melihat mereka dari dalam kubah. Selain kondisi yang gelap di dasar laut, kami juga menambahkan teknologi itu untuk mengelabui para musuh yang takutnya memakai night vision," Alex menjelaskan detail.
"Tapi mengapa kami bisa melewatinya? maksudku, kenapa kami bisa masuk kesini seolah-olah menembusnya? bukankah seharusnya kami menabrak kubah itu?" tanyaku penasaran.
"Ya karena kubah itu memiliki sensor. Jika yang ingin masuk ke dalam kota Atlantis adalah hewan, maka kubah itu tidak bisa ditembus masuk, tapi mereka akan tetap bisa melewati kubah ini, bedanya, mereka akan diteleportasikan secara halus ke sisi yang akan dituju oleh hewan itu, dengan itu mereka tidak sadar bahwa mereka dipindahkan. Seolah mereka berenang sepeti biasa, padahal aslinya mereka diteleportasikan. Namun, jika yang ingin masuk adalah benda-benda berteknologi, maka kubah itu bisa ditembus masuk, seolah tidak ada kaca di sana. Itulah salah satu teknologi hebat Atlantis," jawab Alex.
"Oh iya, tadi saya dengar Atlantis yang sebenarnya ada di luar dinding Antartika? maksudnya bagaimana?" aku bertanya sambil meneguk jus jeruk.
"Yaa pada dasarnya peta kalian itu salah satu potongan dari peta sesungguhnya---"
"Maksudnya?" Dani bertanya dan memotong penjelasan Alex.
"Jadi begini, di peta kalian posisi semua benua berada di tengah dan dipinggir peta terdapat dinding es, atau biasa disebut Antartika. Di peta kalian digambarkan, kalau Antartika mengelilingi semua benua yang ada di dalamnya. Nah, di luar dinding es tersebut, terdapat banyak sekali benua yang dimana semua manusia di dalam dinding Antartika itu tidak mengetahui fakta tersebut," Alex menjelaskan.
"Berarti bumi itu datar?" Dani bertanya. Memiringkan kepalanya, bingung.
"Bumi itu bulat. Hanya karena antartika mengelilingi semua benua yang kita ketahui, bukan berarti bumi datar. Bumi ini ukurannya sangat besar, jadi tidak heran jika banyak benua di permukaannya," jawab Alex
10 menit kemudian, waktu makan pun selesai. Piring-piring yang awalnya di isi makanan serta gelas yang berisi minuman telah habis.
"Kalian sebaiknya cepat kembali ke tempat asal kalian, sebelum hal buruk terjadi," ucap Alex serius.
Belum sempat kami bertanya, seseorang berseru dan mendobrak pintu rumah Alex.
BRAKKK!!....