"Dahulu setelah tenggelamnya Kota Atlantis dan beralihnya kepemimpinan. Para bangsa asli Atlantis berlari bersembunyi di pinggiran kota, karena mereka sedang diburu oleh penguasa baru," cerita Ariel.
"Lalu disaat peperangan meletus antara bangsa asli dan bangsa pendatang. Mereka membuat senjata berbentuk trisula yang dapat mengeluarkan dan mengendalikan air. Namun bangsa asli tetap unggul karena kekuatannya muncul secara alami, bukan buatan seperti mereka," tambah Ariel.
"Lalu kenapa sekarang kekuatannya menjadi hilang," tanya Dani.
"Disaat itu sepuluh banding ratusan orang, Alex dan kesembilan temannya kewalahan. Akhirnya salah satu dari mereka berhasil menyuntik Alex dengan zat yang membuat kekuatan Alex melemah dan hilang," ucap Ariel.
"Apakah kekuatannya benar-benar hilang?" tanyaku.
"Aku tidak tau pasti," jawab Ariel singkat.
"Sudah yaa, sekarang waktunya kalian tidur. Ayo aku tunjukan kamar kalian," ucap Ariel sembari berjalan menuju kamar paling belakang.
Sesampainya didepan pintu kamar, Ariel mengucapkan selamat malam dan meninggalkan kita bertiga. Kamipun masuk kedalam kamar yang telah disediakan. Terdapat tiga kasur dan satu toilet disudut ruangan sebelah pintu kamar, tempat tidurnya juga cukup luas.
"Aku pilih kasur yang disebelah sana," ucap Dani sambil berlari menuju kasur paling ujung.
"Ehhhh, aku mau yang ditengah." aku ikut berlari menuju kasur bagian tengah.
"Kaya anak kecil aja," ledek Vano yang berjalan santai ke kasur yang tersisa.
"Dih, biarin," ucap Dani tidak peduli.
Posisinya aku tidur ditengah, Dani tidur dikasur sebelah kananku dan Vano tidur dikasur sebelah kiriku.
DRRRTTT!
baru saja aku duduk dikasur yang empuk, jam tanganku bergetar. Ternyata itu adalah panggilan telepon dari mamaku, dengan cepat aku menerima panggilan telepon tersebut. Terdapat hologram mamaku yang muncul dari jam tangan yang aku kenakan.
"Reyyy, kamu tidak apa-apa? tadi mama periksa detak jantungmu sangat kuat dan kesehatan tubuhmu menurun drastis," tanya mamaku dengan sangat panik.
"Aku udah baikan kok ma, tadi ada masalah sedikit," jawabku.
"Sedikit apanya, kamu saja sampai pingsan lhoo," balas Dani.
"HAH!? sekarang kamu ada dimana?" tanya mamaku mendesak.
"Eeee, dikota Atlantis" jawabku pelan.
"Dirumah Alex?"
"kok mama bisa tau?" ucapku terkejut.
"Sebentar, mama akan kesana," balas mamaku.
"Hah? gimana caranya? naik apa?" sahutku cepat.
Tiba-tiba muncul lingkaran hitam disudut ruangan dengan percikan partikel yang keluar dari dalamnya. Kami bertiga menatap lingkaran itu dengan siap siaga, dengan perlahan terdapat sosok yang keluar dari dalam sana, hingga wajah dari sosok itu mulai kelihatan.
"MAMA!?" seruku. kami bertiga sangat dikejutkan dengan kemunculan mama dari lingkaran hitam tersebut.
Setelah mama keluar sempurna, lingkaran itu mengecil dengan cepat dan menghilang. kami bertiga masih berdiri mematung melihat kejadian yang singkat itu. Mama memakai baju berwarna abu-abu yang berteknologi maju.
"Dimana Alex?" tanya mamaku.
"Sejak kapan mama bisa melakukan itu? dan berarti selama ini mama tau kalau Atlantis itu ada?" aku bertanya balik.
"Nanti mama jelasin, mama mau ketemu Alex dulu," balas mamaku sembari berjalan keluar dari kamar tempat kami bertiga.
"Tunggu aku ikut!" seruku dan kami berjalan cepat menyusul mamaku.
kami mengikuti mamaku sampai di ruang tamu. ternyata Alex dan Ariel sedang mengobrol di sana.
"Alex! Ariel!" sapa mamaku.
"Eh, Melithra! baru datang?" ucap Alex dan Ariel bersamaan.
Melithra itu adalah nama mamaku.
"Iyaa nih, oiya tadi Rey kok bisa sampai pingsan? ada apa?" tanya mama dengan serius.
Alex dan Rey saling tatap sebentar, sedangkan aku dan kedua temanku diam aja.
"Tadi ada Mort ke sini, dia ingin membawa anak kamu dan temannya," jawab Ariel singkat.
"Hah? Mort? wakil pemimpin Kota Atlantis itu?" tanya mama memastikan.
"Yaa benar," timpal Alex.
"Oiya anak kamu mewarisi kekuatan bangsa Atlantis dan dia juga yang berhasil memukul mundur Mort," imbuh Alex dengan antusias.
"Benar begitu? akhirnya perasaanku lega setelah sekian lama aku menunggu, aku takut kalau anakku tidak mewarisi kekuatan bangsa Atlantis," ucap mama senang sekali.
Aku dan kedua temanku hanya diam dan mencerna apa yang mereka bicarakan.
"Dia pingsan karena dia mengeluarkan semua tenaganya untuk melawan Mort, dan dia berhasil membuat Mort hampir mati karena tenggelam di bola air yang anakmu buat," tambah Alex.
"Wow! memang keren anak mama," balas mama sambil menatapku bangga.
"Bentar, mama tadi belum jawab pertanyaanku. Berarti mama sudah tau dari awal kalau Atlantis itu ada?" tanyaku tidak sabar mendengar semua hal yang belum aku tau.
"Iya, mama kamu adalah bangsa Atlantis yang ikut At-Las membangun Kota Atlantis di sini, Jadi tiga orang yang melakukan perjalanan itu adalah At-Las, aku dan mama kamu," jawab Alex.
"Kenapa mama gak pernah cerita?" cetusku.
"Maaf ya sayang, mama kira kamu tidak mewarisi kekuatan bangsa Atlantis, jadinya mama gak berani untuk cerita. Di saat kamu meminta izin untuk pergi ke Atlantis, awalnya mama terkejut mendengarnya,"
"Oh jadi itu alasan kenapa aku di izinkan?" potongku.
"Iyaa, setelah kamu minta izin, mama langsung menghubungi Alex untuk menjagamu dan beruntungnya kamu mendarat tidak jauh dari rumah Alex," lanjut mama.
"Bentar, kenapa mama gak langsung mengajak aku lewat lingkaran hitam, biar lebih cepat ke Atlantisnya?" tanyaku yang masih belum bisa mencerna semuanya.
"Ya biar kamu bisa menemukannya sendiri dengan caramu, kamu kan cerdas," ujar mama.
"lingkaran hitam yang mama gunakan itu adalah teknologi dari Atlantis yang disebut portal yang melipat ruang dan waktu," tambah mama.
Aku masih berusaha mencerna segala informasi yang belum aku tau dari mama, Alex dan Ariel.
BRAK!!
Tanpa disadari, Mort telah kembali membawa puluhan pasukannya untuk mengepung rumah Alex dan Ariel. Pintu yang didobrak Mort tetap berdiri kokoh, karena pintu tersebut telah dikunci rapat dan kuat.
"Cepat serahkan tiga anak itu pada kami!" teriak Mort dengan angkuhnya.
"Cepat ikuti mama!" celetuk mama kepada aku dan ke dua temanku.
Kita berjalan cepat menyusul mama hingga tiba di kamar tempat kami beristirahat. Mama menekan tombol yang berada di bawah tempat tidurku, seketika kasurku terangkat dan lantai di bawahnya merekah.
"Ayo ikuti mama!" ajak mama.
Terdapat tangga yang terbuat dari batu yang dipoles halus, setelah lantainya merekah sempurna, kami berjalan di belakang mama dengan menyeimbangi kecepatan jalannya. Baru saja kami melewati lima anak tangga, lantai yang tadinya menganga menutup kembali dan lampu-lampu di sepanjang tangga menyala indah. Di ujung anak tangga terakhir terdapat ruangan yang dipenuhi berbagai macam teknologi yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
"Sebentar kita akan menguping pembicaraan mereka," ucap mama.
"Bagaimana caranya? kita berada jauh di dalam tanah, normalnya kita gak dapat menguping pembicaraan mereka dari bawah sini Ma," sahutku.
"Sini mama tunjukan bagaimana caranya," balas mama.