Langit mulai berwarna jingga ketika Lila dan Ardi akhirnya memutuskan untuk beristirahat di sebuah dataran yang cukup lapang di tengah hutan. Perjalanan panjang mereka dari sungai menuju lembah membawa kelelahan yang mulai terasa di setiap langkah. Udara semakin dingin, dan hutan di sekitar mereka mulai diselimuti bayangan malam.
"Aku rasa kita harus bermalam di sini," kata Ardi sambil menurunkan ranselnya ke tanah. "Kita butuh istirahat yang cukup sebelum melanjutkan perjalanan besok pagi."
Lila mengangguk setuju. Tubuhnya terasa lelah, namun pikirannya tetap bersemangat memikirkan apa yang mungkin mereka temui di lembah esok hari. Setelah mengumpulkan beberapa ranting dan daun kering, Ardi segera membuat api unggun kecil untuk menghangatkan mereka. Cahaya api menari-nari di sekitar mereka, memberikan rasa aman di tengah kegelapan hutan.
"Pedang itu," kata Lila tiba-tiba sambil memandang pedang ajaib yang terbaring di sampingnya. "Kira-kira apa yang bisa dilakukannya selain menjadi kunci lembah?"
Ardi merenung sejenak sebelum menjawab. "Sulit dikatakan. Jika ini benar-benar pedang ajaib seperti dalam legenda, mungkin pedang ini memiliki kekuatan penyembuhan, atau bahkan kemampuan untuk melindungi kita dari bahaya. Tapi kita harus berhati-hati, karena kekuatan seperti itu juga bisa mendatangkan masalah jika kita tidak menggunakannya dengan benar."
Lila hanya bisa mengangguk, menyadari bahwa mereka harus bijak dalam menggunakan apa yang telah mereka temukan. Setelah beberapa saat berbicara, mereka memutuskan untuk makan malam sederhana dari persediaan yang mereka bawa. Namun, ketika Lila membuka ranselnya, dia menyadari bahwa persediaan makanan mereka mulai menipis.
"Ardi, kita hampir kehabisan makanan," kata Lila khawatir. "Kalau kita tidak menemukan lembah itu besok, kita mungkin akan kelaparan."
Ardi memeriksa ranselnya sendiri dan menemukan bahwa persediaannya juga tak jauh berbeda. "Kita memang harus menemukan makanan tambahan di hutan ini. Tapi kita harus berhati-hati, karena tidak semua tanaman di sini aman untuk dimakan."
"Ya, aku ingat kakek pernah mengajarkan tentang beberapa tanaman yang bisa dimakan dan yang harus dihindari," kata Lila sambil mengingat-ingat pelajaran yang dulu pernah diajarkan kakeknya. Namun, sebelum dia bisa berkata lebih lanjut, perhatiannya tertuju pada sebuah tanaman aneh di dekat tempat mereka duduk.
Tanaman itu memiliki daun yang lebar dengan warna hijau tua dan bunga kecil berwarna merah cerah yang tumbuh di tengah-tengahnya. Lila merasa pernah melihat tanaman ini di salah satu buku herbal kakeknya, namun dia tidak bisa mengingatnya dengan jelas.
"Ardi, lihat tanaman ini. Apakah kau tahu ini tanaman apa?" tanya Lila, menunjukkan tanaman itu kepada Ardi.
Ardi mendekat dan mengamati tanaman tersebut. Wajahnya tampak serius saat dia mencoba mengingat pengetahuan yang pernah dipelajarinya. "Ini... sepertinya Tanaman Perisai," katanya setelah beberapa saat. "Menurut buku yang pernah kubaca, ini adalah tanaman obat langka yang memiliki sifat penyembuhan. Bisa digunakan untuk mengobati luka dan juga meningkatkan kekuatan tubuh."
Lila memandang tanaman itu dengan kagum. "Apakah ini benar-benar bisa membantu kita?"
"Ya, tapi kita harus tahu cara menggunakannya," jawab Ardi. "Tanaman ini sangat kuat, tapi jika digunakan secara salah, bisa berbahaya. Aku ingat, kakekmu pernah menulis tentang ini di jurnalnya. Bagian daunnya bisa dihancurkan dan dijadikan salep untuk luka, sedangkan bunganya bisa dimakan untuk memulihkan tenaga dengan cepat. Tapi kita harus berhati-hati dengan akarnya, karena bisa menjadi racun."
Lila mengangguk, menyadari betapa beruntungnya mereka menemukan tanaman ini di saat yang tepat. Mereka segera memetik beberapa daun dan bunga dari tanaman tersebut, lalu dengan hati-hati mengolahnya sesuai petunjuk Ardi.
"Ini akan sangat berguna jika kita terluka atau kelelahan," kata Ardi sambil menyiapkan beberapa bungkus kecil dari daun yang sudah dihancurkan, siap digunakan jika diperlukan. "Dengan ini, kita bisa lebih bertahan lama dalam perjalanan."
Malam semakin larut, dan setelah memastikan api unggun mereka tetap menyala, Lila dan Ardi akhirnya berbaring untuk tidur. Pedang ajaib disimpan dekat dengan mereka, sementara persediaan tanaman obat yang baru saja mereka buat tersimpan aman di ransel.
Saat malam semakin gelap, Lila memejamkan matanya, membiarkan pikirannya melayang-layang antara kenyataan dan mimpi. Bayangan lembah rahasia, harta karun, dan kini tanaman obat yang baru mereka temukan, semuanya terasa seperti bagian dari takdir yang mulai terkuak perlahan.
Namun, di balik semua itu, ada perasaan yang terus menggelayut di benaknya—perasaan bahwa tantangan sebenarnya masih menunggu mereka di depan. Hutan ini, dengan semua misterinya, masih menyimpan rahasia yang lebih besar, dan Lila tahu, bahwa hanya dengan keberanian dan kebijaksanaan mereka dapat menghadapinya.
Ketika fajar mulai menyingsing, Lila terbangun dengan perasaan segar dan semangat baru. Mereka sudah lebih siap dari sebelumnya, dengan pedang ajaib dan tanaman obat sebagai bekal. Mereka pun siap melanjutkan perjalanan menuju Lembah Rahasia, tempat di mana takdir mereka akan terungkap.