Pagi itu, matahari memanjat perlahan di langit, menciptakan siluet indah di atas puncak pepohonan hutan yang lebat. Lila dan Ardi mengemasi peralatan mereka, memastikan tidak ada yang tertinggal, termasuk persediaan tanaman obat yang baru mereka temukan. Setelah memastikan api unggun padam sepenuhnya, mereka melanjutkan perjalanan menyusuri hutan menuju Lembah Rahasia.
Namun, semakin jauh mereka berjalan, suasana hutan mulai berubah. Pepohonan yang tadinya rimbun dan hijau mulai tampak layu dan mati, dengan daun-daun kering berguguran di sekitar mereka. Udara pun terasa lebih berat dan lembap, seolah-olah menyimpan bahaya yang tidak terlihat.
"Kau merasakan ada yang aneh?" tanya Lila, matanya memandang sekeliling dengan penuh kewaspadaan.
Ardi mengangguk, raut wajahnya mencerminkan keprihatinan yang sama. "Ya, hutan ini tampaknya telah terkontaminasi oleh sesuatu. Lihat, tidak ada hewan-hewan yang berkeliaran di sini. Dan tanahnya... tampak tidak normal."
Mereka berhenti sejenak untuk memeriksa tanah di bawah kaki mereka. Tanah yang sebelumnya terlihat subur dan lembut, kini tampak berwarna kelabu dengan lapisan tipis yang berbau busuk. Ardi mengambil segenggam tanah dan memeriksanya lebih dekat. "Ini tanah beracun," katanya dengan nada serius. "Kita harus berhati-hati."
Lila menahan napas, merasa cemas. "Tanah ini bisa berbahaya. Jika kita menginjak area yang salah atau terkena debu dari tanah ini, kita bisa keracunan."
Ardi mengangguk. "Kita perlu bergerak perlahan dan pastikan untuk tidak menyentuh apapun yang tampak mencurigakan. Tanaman obat yang kita temukan kemarin bisa membantu jika kita terpapar racun ini, tapi tetap saja, kita harus menghindarinya sebisa mungkin."
Dengan langkah hati-hati, mereka melanjutkan perjalanan, mencoba menghindari area-area yang tampak paling parah. Namun, hutan semakin sulit ditembus. Kabut tipis mulai menyelimuti daerah itu, menambah ketegangan yang sudah terasa di udara.
Setelah beberapa jam berjalan dalam kehati-hatian, mereka tiba di sebuah area yang terlihat berbeda dari sebelumnya. Di tengah-tengah hutan yang terkontaminasi ini, ada sebuah lingkaran besar di tanah yang terlihat jauh lebih subur, dengan rumput hijau dan beberapa pohon kecil yang tumbuh segar. Di tengah-tengah lingkaran itu, ada sebuah batu besar yang berwarna hitam, dikelilingi oleh tanaman-tanaman merambat yang tampak sehat.
"Apa ini?" tanya Lila dengan nada penuh keheranan. "Bagaimana bisa ada tempat yang subur di tengah hutan yang sekarat ini?"
Ardi berjalan mendekat, matanya meneliti setiap detail. "Mungkin ini adalah pusat dari kontaminasi ini, atau bisa jadi ini adalah tempat suci yang terlindungi dari racun yang ada di sekitarnya. Tapi yang pasti, kita harus berhati-hati."
Mereka mendekati batu hitam tersebut dengan hati-hati. Ketika Lila menyentuh permukaan batu itu, dia merasakan getaran aneh yang memancar darinya, seperti energi yang terkonsentrasi. Namun, tidak ada hal buruk yang terjadi, dan batu itu terasa dingin dan halus.
"Ada sesuatu di bawah batu ini," kata Ardi tiba-tiba. Dia berjongkok, mencoba melihat celah di antara tanah dan batu. "Sepertinya ini adalah pintu masuk yang tersembunyi."
Dengan bantuan Lila, Ardi mencoba memindahkan batu itu. Butuh usaha keras, tapi akhirnya mereka berhasil menggeser batu tersebut sedikit, cukup untuk melihat sebuah lubang di bawahnya—lubang yang mengarah ke bawah tanah, tertutup oleh tanaman merambat yang anehnya tidak tersentuh racun di sekitar.
"Kita harus turun," kata Ardi. "Tapi aku khawatir tempat ini mungkin lebih berbahaya dari yang kita kira. Tanah beracun di sekitar bisa saja memiliki efek yang lebih kuat di bawah sana."
Lila mengangguk, menyadari risiko yang akan mereka hadapi. Namun, mereka juga tahu bahwa ini mungkin satu-satunya jalan menuju Lembah Rahasia, dan mereka tidak punya pilihan lain selain melanjutkan.
Dengan hati-hati, mereka mulai menuruni lubang tersebut, menggunakan tanaman merambat sebagai pegangan. Suasana di bawah tanah semakin gelap, namun dinding-dindingnya dipenuhi dengan lumut yang memancarkan cahaya hijau redup, seolah-olah ada kehidupan yang tak biasa di sini.
Setelah beberapa meter menuruni lubang tersebut, mereka tiba di sebuah ruangan bawah tanah yang luas. Udara di dalam ruangan itu terasa aneh—tidak segar, namun juga tidak berbau busuk seperti di luar. Di tengah ruangan itu, ada sebuah altar batu dengan sebuah peti kayu tua di atasnya, dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno yang serupa dengan yang ada di pedang ajaib.
Lila dan Ardi saling bertukar pandang, merasa bahwa mereka mungkin telah menemukan sesuatu yang sangat penting. Namun, sebelum mereka bisa mendekati peti tersebut, Ardi merasakan sesuatu menusuk kulitnya.
"Lila... aku merasa tidak enak," katanya pelan, matanya mulai terlihat kabur. "Aku rasa... kita terkena racun."
Lila segera berlutut di samping Ardi, meraba-raba kantong persediaan tanaman obat mereka. Dengan tangan yang gemetar, dia meraih daun-daun Tanaman Perisai yang mereka persiapkan sebelumnya dan mulai mengoleskannya pada luka kecil yang ada di lengan Ardi, berharap ini bisa menetralkan racun yang mungkin telah masuk ke tubuhnya.
Ardi menggigil, tapi dia masih berusaha tetap sadar. "Kita harus membuka peti itu... mungkin di dalamnya ada sesuatu yang bisa menyelamatkan kita... atau setidaknya menjelaskan apa yang terjadi di sini."
Dengan keberanian yang tersisa, Lila berdiri dan berjalan mendekati peti itu. Tangannya gemetar saat membuka penutupnya, dan di dalam peti, dia menemukan sebuah gulungan kuno yang dilapisi dengan emas, serta sebuah botol kecil berisi cairan berwarna biru terang.
"Ini pasti ramuan penyembuh," kata Lila dengan harapan besar. Tanpa ragu, dia membuka botol itu dan memberikan beberapa tetes kepada Ardi, berharap ramuan ini bisa menyelamatkannya dari efek racun.
Saat cairan biru itu menyentuh bibir Ardi, dia merasakan dingin yang menyegarkan mengalir ke seluruh tubuhnya. Getaran racun di tubuhnya perlahan-lahan menghilang, digantikan oleh rasa hangat yang menguatkan. "Aku merasa lebih baik," katanya lemah, namun dengan senyum tipis.
Lila menghela napas lega, menyadari bahwa mereka telah selamat dari bahaya ini. Namun, dia juga tahu bahwa perjalanan mereka masih jauh dari selesai. Gulungan kuno yang mereka temukan mungkin adalah kunci untuk mengungkap misteri tanah beracun ini dan membuka jalan menuju Lembah Rahasia.
Mereka berdua memutuskan untuk membaca gulungan itu, berharap bisa menemukan petunjuk berikutnya. Dengan hati-hati, Lila membuka gulungan tersebut dan mulai membaca tulisan-tulisan kuno yang tertera di sana, sambil berharap petualangan ini akan segera membawa mereka ke tujuan yang sudah lama mereka cari.
Namun, di balik semua itu, mereka juga tahu bahwa setiap langkah yang mereka ambil akan membawa mereka semakin dekat pada bahaya yang lebih besar—bahaya yang mungkin tidak bisa mereka hindari, meski dengan pedang ajaib dan tanaman obat di tangan mereka.