ʕ´•ᴥ•`ʔ CINTAKU HANYA UNTUKMU BABY DANZO ʕ´•ᴥ•`ʔ

Heni_Ayundi
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2.4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Sosok dingin

Di sebuah mansion mewah , seorang pria duduk di kursi, mata tajamnya menatap langit malam yang penuh bintang. Bulan sabit menggantung dengan cahaya lemah. Kelelawar bterbanhan di atas atap mansion, cicitan suaranya memecah keheningan malam. Burung hantu bertengger di ranting pohon yang tinggi, kepalanya memutar kesegalah arah mencari mangsa.

Cairan bewarna beriak dalam gelas sampanye. Tangan bergerak memutar, lalu terangkat menyajikannya. Mulut yang dulunya tertutup kini terbuka menerimanya. Jakunnya bergerak ketika dirinya meneguknya. Sebuah senyum tipis terlukis di sudut bibirnya, namun hanya sesaat.

Sosok tersebut bernama Xavier Dandelion, sosok yang dingin seperti es kutub. Dikenal dengan nama Xavier yang tidak punya perasaan dan kejam. Dia pewaris tunggal sebuah perusahaan setelah kematian kedua orang tuanya. Setiap orang yang bertemu dengan dirinya akan tertegun seperti melihat hantu.

Memiliki postur tubuh yang atletis, mata tajam, hidung mancung dan bibir yang beku. Xavier berumur 30th , hal janggal dalam dirinya adalah tidak tertarik dalam hal percintaan. Ia menganggap dirinya mati cinta, meski bertemu dengan seorang wanita cantik. Semua tidak bisa menarik hatinya dan terlihat biasa biasa saja.

Perlahan ia bangkit dari duduknya, menuju garasi mobil. Setelah berjalan agak lama, sampailah ia ditempat yang dituju. Xavier segera masuk kedalam mobil Lamborghini bewarna hitam. Dua orang penjaga gerbang membukakan pintu, mempersilahkan tuannya lewat. Sedetik kemudian mobil itu melesat ke arah utara.

Mobil yang ditumpangi nya melaju dengan kecepatan sedang mendahului kendaraan lain. Jalanan yang ramai oleh deru kendaraan bermotor menyebabkan penyebaran polisi udara. Angin bertiup kencang menggoyangkan dedaunan, beberapa daun kering jatuh tersungkur kejalanan.

Seorang anak kecil berjalan bersama kedua orang tuanya dibawah sorot lampu yang menerangi jalan. Tangan kecilnya membawa sebuah mainan berbentuk burung. Sesekali terdengar canda tawanya, penuh kebahagiaan tanpa adanya kesedihan.

Xavier bebelok kearah cafe, ia segera turun dan melangkah masuk. Semua orang terpana ketika sosok berkeja hitam lewat, terutama para wanita yang terpesona. Namun ia tak menghiraukan hal itu, melangkah dengan sorot mata dingin.

Seseorang melambaikan tangan kearahnya. Xavier langsung menghampiri dan duduk di depannya.

"Bagaimana tentang hal itu? " Tanya orang itu to the poin.

Xavier mengetuk ngetuk kan jemarinya pada meja.

"Boleh saja, asal dipikir lebih matang lagi" Dingin.

Seorang gadis berumur belasan tahun datang membawa beberapa minuman yang telah dipesan. Dengan hati hati, diletakkannya minuman di depan keduanya. Xavier menatap minuman didepannya , ekspresi nya tetap datar tidak berubah sama sekali . Berbeda dengan orang didepan nya, yang menatap gadis didepannya dengan seksama sehingga membuat yang ditatap bersemu merah.

"Silahkan dinikmati pak! " Setelah berkata demikian, gadis itu pergi dari sana. Sembari tersenyum malu malu.

"Apa yang kau lihat? " Xavier mengagetkannya.

"Eeeee, tidak ada. Hanya saja aku tertarik pada gadis tadi, bagaimana dengan mu? "

Xavier menghela nafas panjang.

"Biasa saja "

"Ternyata benar apa yang dikatakan oleh mereka. Seorang Xavier yang dingin dan tidak tertarik pada cinta. Bukankah cinta itu menyenangkan? "

"Entahlah Arsen aku tidak tau tentang hal itu, tapi aku senang dengan begini aku tidak menjadi buaya"jelasnya.

Arsenio, seorang lelaki playboy yang bekerja sama dengan Xavier dalam bidang bisnis. Berumur 34th, juga seorang duda beranak tiga. Mereka kembali berbicara pada topik awal dan melupakan apa yang dibahas tadi.

Seorang anak kecil berdiri di samping Xavier, memperhatikannya dari atas hingga bawah.

Xavier menoleh menatap wajah lucu dengan pipi bundar.

"Apa yang kau lihat? " Tetap dingin.

"Om terlihat tampan sekali " Pujinya

"Oh ya"

"Om bisakah kamu membenarkan sayap pesawat ku? " Tanyanya sembari menunjukkan mainan berbentuk pesawat, satu sayapnya terlepas. Dapat ia lihat wajah penuh harap.

Xavier segera memasang kembali sayap pesawat itu.

"Dimana orang tuamu? " Tanyanya.

"Ayah dan ibuku lagi bekerja" Tangan kecilnya menunjuk pasangan yang mengantarkan makanan pada pengunjung cafe. Xavier segera memberi kan mainannya membuat sikecil bahagia.

"Terima kasih om"setelah mengucapkan terimakasih, anak kecil itu pergi. Arsen menatap heran. Xavier hanya mengulas sebuah senyum kecil.