Chapter 3 - awal pertemuan

Xavier menggulung lengan kemeja putih nya, tangannya yang berotot terlihat jelas.

Ia berjalan menuju sebuah toko buku untuk membeli sesuatu. Mata para wanita membulat ketika melihat dirinya lewat. Beberapa anak muda berbisik bisik sembari menutup mulutnya dengan sebelah tangannya. Bahkan ada yang memotret dirinya secara diam-diam.

Xavier segera mengambil barang yang diinginkan nya. Seorang gadis pelayan toko menghampirinya, wajahnya bersemu merah.

"Maaf mengganggu ,boleh kenalan gak? " Tanyanya malu malu.

Xavier melirik sekilas.

"Xavier" Jawabnya singkat.

"Namaku tasya, kamu tampan sekali malam ini" Ucapnya mulai memuji.

"Kamu juga cantik " Meskipun dirinya tidak tertarik pada wanita, ia slalu menghargai jika tidak keterlaluan. Mendengar pujian itu, wajah didepannya bak kepiting rebus.

"Boleh minta nomor HPnya gk? "

Xavier berbalik menatapnya.

"Maaf hari ini telfon ku ketinggalan dirumah" Jawabnya, lagian ia tidak ingin memberikan nomor HPnya pada orang yang baru dikenalnya.

Ada sedikit kecewa mendengar hal itu, namun ia kembali tersenyum manis.

"Yaudah kalau gitu aku minta foto aja"

"Boleh " Xavier menjaga jarak untuk berfoto, ia tidak ingin sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Setelah berfoto, Xavier oergi meninggalkan tempat awal menuju kasir untuk membayar.

Xavier berjalan di trotoar dengan langkah pelan, jarak toko buku dengan mansionnya tidak jauh, jadi ia memilih untuk jalan kaki sembari melihat suasana gelap. Angin berhembus pelan memainkan anak rambutnya. Pedagang kaki lima sudah menggelar tikarnya, menyajikan menu yang dijual. Beberapa sudah melayani pembelinya dengan baik.

Karna terlalu fokus pada pemandangan disampingnya, kakinya tak sengaja tersandung paving yang sedikit terangkat. Sehingga barang yang dibawahnya terjatuh.

Xavier segera menunduk mengambil barangnya. Ia bingung melihat bukunya kurang satu, ketika dirinya mengangkat kepalanya. Didepannya telah berdiri sosok yang menyodorkan buku yang dicarinya.

Senyum manis terlukis di bibirnya, Xavier menatapnya seperti terhipnotis. Sosok anak muda didepannya mengenakan kaos polos bewarna putih lengan pendek dan celana jeans warna hitam. Sepasang sepatu warna putih tertimpa bias lampu jalanan. Wajah cuek yang terlihat tampan penuh pesona.

Rambut sebahu bewarna hitam sedikit bercampur coklat, beberapa tindik ditelinga, dan tato bergambar naga di lengan kanannya.

"Apa yang Anda lihat? " Tanyanya dengan suara dingin.

Xavier tergagap dan kembali sadar.

"Tidak ada" Ia menerima buku yang disodorkan.

Sosok itu kembali tersenyum manis sebelum beranjak pergi. Xavier menatap setiap langkah yang menjauh hingga menghilang di balik pohon asam. Ada desiran aneh di dirinya, kejanggalan yang membuat dirinya akan tetap melakukan apapun yang membuat dirinya tertarik.

Akhirnya sampai juga di mansion, ia memasuki lift menuju kamarnya yang terletak dilantantai atas.

'Apakah aku menyukai lelaki? 'Gumamnya.

'Apakah kedua orang tuaku menyukai sesama jenis, entahlah jika wanita selalu membuatku marah lelaki boleh la. '

Pintu lift terbuka lebar, ia melangkahkan kakinya.

Sebuah kamar luas seperti lapangan basket. Tembok bewarna putih dengan sentuhan biru laut yang lembut. Xavier sangat menyukai warna biru laut yang terlihat cerah.

Ranjang luas dengan pilar bewarna putih didominasi oleh warna gold. Kelambu tebal bewarna putih dengan sentuhan warna abu abu kukus. Kamar Xavier terlihat sangat elegan.

Karna terlalu banyaknya pekerjaan tubuhnya terasa sangat lelah sekali. Ia merebahkan tubuhnya dan memejamkan kedua matanya. Sesekali terdengar helaian nafas panjang, namun kembali teratur. Xavier mulai tertidur dengan lelapnya.