Chapter 2 - Hari yang menyebalkan

Pagi ini, Xavier telah berada di perusahaan nya. Duduk di kursi kebesaran dan mengecek tumpukan berkas didepannya. Kacamata yang digunakan menambah pesona dirinya. Tangannya bergerak cepat menekan keyboard pada laptopnya.

Lembar ke lembar telah dibuka, namun masih terlihat menumpuk seperti tidak ada habisnya.

Tok tok tok, pintu diketuk dari luar ruangan. Ekor matanya melirik kearah pintu.

"Tuan, saya ingin memberikan beberapa berkas yang perlu di tantangan" Suara pria dari luar.

"Masuk" Perintahnya.

Cklek, pintu terbuka, seorang pria seumuran dengannya masuk membawa beberapa berkas untuk ditanda tangani.

"Letakkan saja disitu"

"Oh ya apa saja jadwal ku hari ini? "Tanyanya tanpa melihat sedikit pun.

" Hari ini tuan tidak ada jadwal kemungkinan beso ada meeting penting dalam kerjasama antar perusahaan "jelasnya.

Baiklah anda bisa kembali ke tempatnya, tolong berikan beberapa berkas ini pada mereka. Dan katakan pada smua orang jangan menemuiku hari ini, siapa itu " Titahnya.

" Baik tuan "orang itu segera membawa berkas yang ditunjuk tuannya, dan membawa pergi dari sana.

Niko, asisten pribadinya. Seorang pria dengan sebuah tanda diatas bibirnya. Dirinya orang kepercayaan Xavier, meskipun kepercayaan mereka tidak bisa berbuat sewenang-wenang. Xavier slalu mengawasi setiap karyawannya, jika ada yang menyimpang ia tidak segan segan memberi pelajaran.

Baru saja menyelesaikan berkas yang menumpuk datang lagi yang baru. Xavier segera membuka berkas dan menandatangani nya. Bukan hanya satu dua tiga yang harus ditandanganinya, bahkan satu lembar ada yang lima tanda tangan.

Cklek, pintu terbuka kembali. Xavier menggemeretakkan gigi gerahamnya. Siapa yang telah berani masuk mengganggunya.

"Tuan..... Apakah anda masih bekerja? " Suara wanita yang menggoda. Xavier mengangkat sedikit matanya terlihat seorang wanita dengan pakaian ketat berdiri dihadapannya. Inti tubuh nya terekspos sangat jelas, namun tidak membuat Xavier tergoda. Ia kembali ke pekerjaannya.

"Tuan, apa anda sangat sibuk? " Tanyanya sembari menatap intens.

"Sudah kubilang tidak boleh ada yang menggangguku, siapapun itu. Kenapa kamu masih datang. "

"Emh pekerjaanku sudah selesai, jadi saya datang hanya un-" Belum selesai berbicara, Xavier menariknya keluar ruangan.

"Pergi sana, pakai kembali seragam mu, jangan datang untuk menggangguku. " Suara menggelegar membuat karyawan dibawah melihat keatas..

"Pergi! " Bukannya langsung pergi wanita itu malah ingin mendekatinya,

"Kubilang pergi, pergi! Apakah kamu tuli"

"Niko bawa dia pergi! "

"Emh tidak usah aku bisa pergi sendiri" Ia langsung beranjak pergi, namun masih menggoda dengan memamerkan lekuk tubuhnya. Xavier kembali masuk keruangan pribadinya, pintu tertutup keras.

Semua karyawan kembali ke pekerjaannya masing masing. Beberapa orang saling berbisik bisik dengan teman sebangkunya.

"Memang dia tidak tahu malu, menggoda bos setiap waktu. Apakah tidak takut diprcat? " Kata gadis berambut panjang pada teman disampingnya.

"Entahlah dari pertama dia bekerja disini, dia slalu mengganggu ketenangan bos. Dan kita harus hati hati bila berbicara dengannya. Lidahnya sangat beracun, bahkan ada beberapa karyawan yang mengundurkan diri karna tidak tahan dengannya" Jelas temannya.

Niko berjalan dengan perlahan, melihat kinerja para karyawan. Untuk memastikan mana yang rajin dan mana yang malas bekerja. Xavier tidak langsung memecat orang malas, ia memberikan pelajaran kecil. Kalau tetap tidak ada kemajuan akan dipecat secara langsung. Namun jika sudah keterlaluan ia akan pecat detik itu juga.

Xavier bersandar sembari meregangkan otot ototnya yang kaku. Ia berdecak sangat kesal, hari ini dirinya sangat sibuk tapi harus diganggu oleh seseorang yang membuat dirinya sangat emosi. Berkas didepannya sudah selesai dikerjakan, ia mengambil sedikit waktu untuk beristirahat. Perlahan ia memutar kursi kebesarannya, menghadap ke kaca tembus pandang .

Jalanan ramai terlihat jelas dari tingkat tujuh, bangunan berjajar rapi dengan pepohonan rindang di sudutnya. Langit biru dengan awan tipis mengambang seperti kapas. Burung burung terbang lepas, berputar putar di birunya langit kemudian berpencar sesuai keinginan nya.

Suasana ini mampu membuat Xavier melupakan kejadian menyebalkan tadi. Sudut bibirnya terangkat menampakkan seringai yang menyeramkan. Entah apa yang membuatnya menyeringai.