Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The Story Of Nagendra

Alvino_Dwiputra
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2k
Views
Synopsis
Berkisah tentang seorang pemuda yang kehilangan segalanya. hidup nya ia dedikasikan untuk membalaskan dendam pada kerajaan kegelapan yang telah merebut segalanya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1~Awal dari segalanya

Di suatu jaman yang gelap gulita, hidup seorang anak bernama Jaka Abdi Nagendra

Ia hidup di jaman, ketika kegelapan menyelimuti dunia, ketika ketidakadilan menjadi makanan sehari hari bagi orang lemah, dan teriakan penderitaan menjadi musik alunan bagi para penguasa.

Para orang tua di paksa bekerja hingga mati, dan para pemuda di jadikan prajurit, bukan untuk menjadi seorang ksatria terhormat namun sebagai perisai daging untuk melindungi tirani penguasa, para wanita muda dijadikan pabrik untuk menghasilkan keturunan keturunan yang kuat, sedangkan wanita terbaik akan dikirim ke kerajaan.

Jaka Abdi Nagendra tinggal di sebuah desa bernama desa Bakoh, ia tinggal di sebuah gubuk kecil bersama neneknya.

Jaka Abdi Nagendra kerap dipanggil Abdi Karena ia terkenal selalu membantu orang orang desa dan berkontribusi banyak pada pembangunan desa, ia kerap membantu warga membangun rumah, merapihkan kebun, bahkan menyelesaikan masalah antar warga di desa.

Abdi di segani dan di sukai para wanita di desa karena fisiknya yang gagah dan kuat layaknya herkules, ia di kenal sebagai herkules nya desa Bakoh karena memiliki kekuatan fisik di luar kemampuan manusia biasa, ia dapat mengangkat tiang tiang rumah, mengangkat kerbau hanya dengan satu lengannya, walau begitu ia tak pernah sombong dan selalu rendah hati, Abdi juga memiliki rambut keriting, kulit putih, hidung tak terlalu mancung, dan mata yang ramah bewarna hitam kecoklatan.

Abdi selalu pergi ke hutan terlarang tiap pagi untuk mencari tanaman obat liar, ia memerlukan akar pohon kosa, biji buah setan, dan yang terakhir kelopak bunga bulan.

Hutan terlarang adalah hutan yang sangat mengerikan dimana habitatnya di penuhi dengan mahluk mahluk yang sangat berbahaya seperti harimau taring api, monyet iblis, ular mata seribu, kelabang neraka, dan lain lainnya.

Saat ia kembali ke gubuk kecilnya, ia mendapati bahwa neneknya sudah pucat dan batuk batuk, ia dengan sigap langsung menghampiri nenek nya.

"Nenek, aku minta maaf karena telah membuat nenek menunggu lebih lama hari ini, aku sempat di hadang oleh beberapa monyet iblis di hutan terlarang saat berusaha mengambil biji buah setan" ucap Abdi,

"Nenek tak apa menunggu lebih lama, syukur kamu tidak apa-apa nak, ughuk..ughuk.., monyet iblis adalah mahluk yang kadang kadang sangat menjengke- ughuk ughuk" ucap sang nenek dengan susah payah.

"Nenek! bertahan sebentar akan ku racik ramuan obatnya untukmu sekarang juga Nek" ucap Abdi dengan panik di wajahnya,

Dengan gesit Abdi pun membuat ramuan dari campuran akar pohon kosa, biji buah setan, dan kelopak bunga bulan, awalnya ia memasukkan akar pohon kosa kedalam mangkuk berisikan air, lalu air di dalam mangkuk tersebut berubah menjadi warna putih kekuningan, lalu selanjutnya ia memasukkan biji buah setan ke dalam air putih kekuningan tersebut yang seketika memunculkan sebuah reaksi dimana air tersebut berubah menjadi warna merah darah di ikuti asap kebul berwarna hitam pekat berbau busuk, lalu dengan sigap abdi memasukkan kelopak bunga bulan yang seketika merubah cairan merah darah tersebut menjadi warna ungu bercahaya bagai bunga di bawah sinar rembulan, seketika bau busuk hilang menjadi bau wangi yang nikmat di hirup.

Setelah itu Abdi kembali ke kamar Neneknya, dimana Neneknya sudah terbaring lemas dan pucat, Abdi dengan sigap mengangkat kepala sang Nenek dan langsung meneguki obatnya tersebut.

Seketika wajah Neneknya kembali bercahaya, dan pulih, pucat dan lemas pun seketika hilang saat meminum ramuan tersebut.

"Oh cucuku, terimakasih banyak, tanpamu, mungkin nenek sudah bertemu Tuhan tadi" ucap terimakasih sang nenek,

"hush!.. jangan bicara seperti itu nek..., Hanya Nenek lah satu satunya keluarga tersisa yang Abdi miliki, tanpa Nenek, Abdi tak akan bisa menjalani hidup." Ucap sang Abdi

"Nenek jadi teringat di malam ketika Nenek menemukanmu di pinggir sungai. kamu saat itu masih bayi, dan Nenek tidak mengerti, mengapa bayi setampan kamu bisa di buang dan di biarkan mengapung dengan hanya bermodalkan keranjang buah dan sekain tipis di atas sungai, dan sepucuk surat berisikan nama mu Jaka Abdi Nagendra, Nenek bersyukur, seorang Nenek yang awalnya hidup sebatang kara ini bisa di berikan berkah berupa cucu seperti mu Abdi." Ucap Nenek menjelaskan,

Abdi yang mendengar kata-kata sang Nenek pun tidak kuasa lagi menahan air mata, ia pun langsung memeluk erat sang Nenek sembari berterima kasih...

"Terimakasih banyak Nek" ucap Abdi sembari menangis.

Pada keesokan harinya, Abdi kembali pergi menuju hutan terlarang untuk memanci beberapa ikan, untuk di makan bersama neneknya. Ia menggunakan Ranting pohon Woruh yang sangat kuat, benang laba laba tanduk iblis yang sudah di pintal, lalu cacing hijau bintang biru sebagai umpan untuk memancing, ia menyiapkan alat pancing nya se sempurna mungkin untuk mendapatkan ikan favoritnya yaitu ikan Jugbil bersisik hijau, ikan ini terkenal dengan daging nya yang seperti sapi namun lebih kenyal, dan jika di olah dengan tepat, maka daging nya akan bisa meleleh ketika di makan.

Abdi dengan sigap memulai ancang ancang untuk melemparkan kail pancing nya jauh jauh, dengan kekuatan penuh bagai pemancing professional, ia melemparkan kail pancing nya sejauh 200meter, lalu abdi menancapkan tongkat pancing nya, duduk di atas batu, lalu menunggu....

Setelah 2 jam lamanya, umpannya di makan, ujung tongkat pancingnya pun terlihat di tarik tarik oleh sesuatu, tanpa basa basi, Dengan sekuat tenaga ia menarik pancingnya tersebut, yang langsung membuat mahluk yang terpancing itu keluar dari air.

Alangkah terkejutnya Abdi saat menyadari bahwa yang ia pancing adalah seekor buaya ekor naga raksasa.

Di hantui oleh rasa lapar.... Abdi pun dengan tanpa rasa takut berdiri menghadapi sang buaya ekor naga raksasa, ia mengepal tangannya lalu melompat menerkam sang buaya, Abdi mengunci mulut dan leher sang buaya, namun dengan perlawanan, sang buaya menggoyangkan kepala nya, ke kanan dan ke kiri yang langsung membuat Abdi terlempar dan terbanting ke pohon, Abdi menjadi sangat marah, Abdi melompat, menerkam, dan langsung menyeret sang buaya raksasa tersebut menuju air.

Di dalam air, sang buaya raksasa dan Abdi bertarung secara luar biasa untuk bertahan hidup, Abdi melancarkan pukulan, cengkraman, dan tusukan menggunakan ujung lengan menuju mata sang buaya, tentu bagi manusia, itu bukan hal yang mudah, dimana pergerakan badan manusia akan melambat di air, terlebih lagi ia harus menahan nafas dalam air.

Setelah 10 menit berlalu, darah pun terlihat dari luar air, badan sang buaya terlihat keluar duluan, sedangkan tubuh Abdi entah berada di mana, namun secara ajaib tubuh buaya itu keluar dari air hingga mengapung, menunjukkan bahwa tubuh buaya tersebut sedang di gendong keluar dari air oleh Abdi sang pemenang pertarungan tersebut.

"terimakasih banyak buaya, malam ini aku dan nenek ku akan makan sangat banyak." Ucap Abdi.

Tak terasa hari sudah larut, matahari sudah mulai terbenam, dan sang rembulan sudah memunculkan kepalanya.

Malam sudah hampir tiba dan Abdi sudah hampir sampai ke desa, namun..... Terdengar dari kejauhan, banyak teriakan minta tolong dan suara gesekan pedang Abdi pun bergegas lari menuju sumber suara, dari kejauhan Abdi melihat desa Bakoh yang telah berapi api, abdi pun berlari sekencang mungkin, berusaha untuk menolong orang desa dan mencari Nenek nya, seketika saat sampai, Abdi tercengang.... Mulut nya menganga tak bisa berkata apa-apa, melihat mayat mayat orang desa berhamburan dimana mana, tanpa pikir panjang Abdi lari ke gubuk kecilnya, melihat Neneknya terbaring sekarat dengan tubuh berbalurkan darah, ia terlihat sedang memegang erat sebuah pisau dapur, Abdi pun lari menghampiri neneknya yang sudah terbaring lemas...

"Nenek!! Bertahan nek... Bertahan! Abdi akan bawakan obat obatan dan perban untuk nenek! Bertahanlah sebentar Nek!" Teriak Abdi pada Nenek

" tidak perlu nak... Ughuk..ughuk..., Nenek sudah tidak punya waktu lagi..." jawab sang nenek Sembari darah keluar dari mulut nya,

" Jangan bilang gitu nek! Aku tau Nenek pasti kuat!!" Ucap Abdi Sembari menangis dengan nada lemas

" ingat pesan Nenek... Buka kotak yang nenek sembunyikan di bawah kasur Nenek.... Di dalamnya kamu akan menemukan jati dirimu... Dan... Ughuk... Kamu... Jangan lupakan apa yang nenek ajarkan... Ughuk... Selama ini kepadam-....." sang Nenek pun menghela nafas untuk yang terakhir kalinya...

" Nenek!!!!! Tidakkkk!! Nenek!! Arghhhhhhhhhhh" dengan amarah emosi dan kesal, Abdi mengambil pisau yang di pegang sebelum nya oleh sang mendiang Nenek...

Ia berlari menuju kumpulan pasukan kerajaan hitam yang telah menghancurkan desa serta membunuh neneknya.

Para pasukan terkejut dengan serangan tiba tiba tersebut, Abdi dengan mudah menggorok satu orang pasukan, menusuk leher pasukan lain, namun di tangkis dengan mudah ketika ingin melancarkan serangan oleh pedang seorang ksatria kegelapan, pisau dapur nya pun patah, namun ia langsung melemparkan pisau tersebut, yang langsung masuk melalui celah helm besi nya, dan menancap di matanya, yang membuat sang kesatria mati terbunuh.

Abdi berhasil membunuh 3 orang pasukan kerajaan hitam, namun ia tetap akan kalah karena masih ada 247 pasukan yang tersisa, di momen saat para pasukan ingin mengeksekusi Abdi, seketika terdengar teriakan seorang jendral yang memerintahkan pasukan nya untuk tidak menyerang Abdi...

"BERHENTI!!" Dengan suara mengerikan nan berat, ia memerintahkan anak buah nya untuk berhenti, ia pun turun dari kuda tengkoraknya, lalu menghampiri Abdi "anak muda, siapa namamu?" Ucap sang jendral

" Aku... Aku! Adalah Jaka Abdi Nagendra, cucu angkat Sri Sasmaya Wulandari, aku disini akan membalaskan kematian nenekku! dengan membasuh tangan ku dengan darah mu! " Bentak Abdi pada sang jendral

" Baiklah... Jaka.. perkenalkan.. saya Turak Joko, tapi orang orang biasanya memanggil saya... Jendral Harimau Mata Satu, saya yakin, nenek nenek di gubuk kecil itu, yang saya tusuk tanpa perlawanan adalah nenek mu... Ahahaahaha"ucap si jendral harimau, mendengar nya Abdi murka, dan langsung menantang jendral harimau.

"Keparat! Akan ku cabut kepala anjing mu itu dari badanmu" ucap Abdi

" okeh... Mari kita berduel hingga mati disini!" sang jendral harimau pun melemparkan pedangnya dan membuat kuda kuda dengan tangan kosong.

" bodoh seharusnya kamu tetap menggunakan pedangmu"ucap Abdi, Abdi membuat kuda kuda tidak jelas, karena dia sama sekali belum pernah belajar bela diri.

Abdi pun melancarkan serangan dengan melompat dan memukul sang jendral yang seketika berubah menjadi bayangan dan Abdi malah memukul pohon, yang menyebabkan pohon nya tumbang.

Seketika sang jendral berada di belakangnya dan langsung menendang rusuk Abdi bagian kiri, Abdi pun terlempar sampai ke ujung jurang, dan muntah darah

"ughuk ughuk.... Bleh... Wuek.." Abdi muntah darah tanpa bisa berkata kata, sang jendral pun tercengang dan menghampiri Abdi.

"untuk fisik seorang manusia, kamu di atas rata rata, kamu memiliki tubuh sekuat baja, jika kamu manusia biasa, seharusnya tubuh mu sudah terbelah dua tadi, sayang sekali kamu sama sekali tidak melatih tenaga dalam mu, dan juga teknik bertarung mu, sayang sekali waktu bermain kita hanya sampai sini.." sang jendral pun bersiap siap mengangkat pedang dan ingin menebas kepala Abdi, namun Abdi malah melompat ke jurang, dengan deras ombak laut yang sangat kuat...