Di sebuah desa kecil di pinggir pantai bernama desa Juyu, hidup sekelompok manusia, mereka hidup dengan damai dan tenteram.
sehari hari mereka senang membuat garam dari air laut, memancing, atau bernelayan ke tengah laut. Orang orang desa Juyu sangat amat tertutup dari dunia luar, mereka sangat amat merahasiakan keberadaan mereka terutama pada kerajaan, mereka takut, jika mereka diketahui keberadaannya, maka mereka akan di jadikan budak secara paksa oleh para penguasa bejat tersebut.
Di suatu waktu, sang kepala desa sedang mengawasi jalannya produksi pembuatan garam, sang kepala desa menyadari salah satu dari pekerja nya tidak ada di tempat, sang kepala desa pun menepuk jidat nya sembari berkata "kemana lagi bocah perempuan ini..." Sembari memperlihatkan ekspresi kesal,muak, dan lelah nya, ia pun memanggil Rani, salah satu pekerjanya "Rani, kamu cari si Rajini, anak itu suka selalu hilang entah kemana" ucap sang kepala desa, Rani pun mengangguk dan berkata "baik pak kepala desa".
Di satu sisi, Rajini, gadis yang membuat kepala desa kewalahan, sedang asyik bersantai di atas pohon Jeringin sembari memakan buah Jeringin. Rajini adalah seorang gadis lucu, manis, cantik, berkulit kuning langsat dan berhidung mancung namun berprilaku seperti laki laki, ia adalah seorang yatim piatu yang sudah di tinggal mati orang tuanya sejak lahir, ayah Ranjini meninggal secara misterius di dalam kastil kegelapan, sedangkan ibunya meninggal saat melahirkan dirinya, Rajini sejak kecil sudah di urus oleh kepala desa, ia tinggal bersama sang kepala desa dan Rani, yang membuat Rajini dan Rani bersahabat sangat dekat satu sama lain. "Hahhhhh, hidup itu sekali, maka kita harus nikmati" ucap Rajini sembari memakan buah Jeringin di atas pohon Jeringin
Tiba tiba terdengar suara dari Rani yang memanggil Rajini, "Hoiiii! Rajini!!! Dimana kamu?"
Rani adalah seorang gadis dengan kulit berwarna sawo matang cerah dengan rambut keriting namun berparas manis, ia adalah anak sang kepala desa yang sering bekerja dengan Rajini membuat garam.
"Hoiii... Rani, apakah kamu datang kesini karena lelah bekerja seharian? Kemarilah, kita santai bersama sama" ucap Rajini, Rani pun membalas ajakannya dengan menolak mentah mentah "enak saja, kau pikir ayah akan membiarkan kita hidup? Setelah tahu kita kabur dari pekerjaan kita? Ayoklah kembali, ayah meminta ku untuk mencarimu untuk kembali bekerja " ucap Rani,
Rajini pun membalas ucapan Rani dengan berkata "Rani... Rani.., kamu harus belajar hidup dengan santai, nyawamu itu hanya satu dasar bodoh " ucap Rajini, Mendengar ejekan Rajini, Rani pun marah, ia seketika melompat terbang menuju Rajini, lalu memukul nya "apa kau bilang?! Bodoh?! Makan ini, dasar malas" Ucap Rani, Rajini pun dengan sigap melompat dan berpindah ke pohon lain, yang menyebabkan pohon Jeringin tersebut hancur terbelah menjadi dua,
Terlihat bahwa mereka berdua sama sama memiliki ilmu tenaga dalam.
"Maju sini bodoh" Rajini menggertak,
Rani pun membalas " dengan senang hati" Rani dan Rajini pun melompat dan terbang ke arah satu sama lain, mereka saling meninju, yang menyebabkan tinju mereka beradu hingga menciptakan hantaman ledakan dahsyat hingga sekitar mereka hancur berantakan, mereka beradu ilmu bela diri, Rajini memasang kuda kuda bagai harimau, sedangkan Rani memasang kuda kuda bagai bunga bulan yang sedang mekar, tinju demi tinju, tangkisan demi tangkisan mereka lancarkan terhadap satu sama lain, hingga di titik puncak pertarungan, Rajini memusatkan tenaga dalam nya di titik pusat tubuh nya yang menyebabkan tubuhnya di penuhi aura api berwarna emas yang dapat di lihat oleh mata telanjang,
tak mau kalah, Rani menghirup seluruh energi dari sekitar nya, lalu memusatkan seluruh energi tersebut di pusat tubuh nya, namun berbeda dengan Rajini, ia menggerakkan dan memutar energi di dalam inti tubuhnya sehingga energi itu bergerak dengan cepat membuat ombak energi yang sangat kuat di dalam tubuh Rani, menyebabkan tubuhnya menjadi kaya akan energi, membuat rambut, bahkan benda benda di sekitar melayang, aura cahaya berwarna ungu keluar dari tubuhnya. Keduanya sudah bersiap siap dengan kuda kuda nya, mereka melompat, dan melemparkan tinju ke masing-masing namun seketika Mereka berdua berhenti, tepat ketika tinju masing-masing hampir menyentuh wajah mereka, semua aura tenaga dalam mereka menghilang, dan mereka tertawa, lalu terjatuh ke tanah sembari tertawa dan dan menghela nafas,
"ahahaha, kamu hebat juga Rani, aku tidak pernah berfikir kamu akan sehebat itu dalam menggerakkan energi" ucap Rajini, Rani pun tertawa lalu menjawab
"Hmmm, makanya latihan, aku bisa sehebat itu karena latihan keras" ucap Rani,
Rajini pun menjawab "hah... Kamu ada betul nya Rani, mungkin memang betul, dari sekarang aku harus mulai bekerja keras" sembari menghela nafas.
Di saat mereka berdua pulang ke desa, mereka melihat para warga sudah berkumpul di tepi pantai,
"huh..kasihan sekali dia.." ucap seorang ibu ibu,
"iya ya, kasihan sekali, padahal masih muda" tanggap ibu ibu yang lain, Rajini dan Rani pun berlari menuju hal yang sedang di kerumuni warga, "minggir semua, biarkan kami melihat nya" ucap Rajini, seketika Mereka terkejut melihat seorang pemuda yang terdampar, yang mereka tidak tahu apakah masih bernyawa atau tidak
"Rani, cek nadi di lehernya, apakah ia masih hidup atau sudah tiada" ucap Rajini,
"dia masih hi-" seketika pemuda itu bangun lalu muntah air dan batuk batuk,
"tolong sa..ya, saya harus membunuh si bajingan harimau it..u" seketika sang pemuda pingsan kembali, Rajini pun sontak langsung menggendong pemuda itu dan membawa nya ke rumah kepala desa,
" minggir semua, aku butuh jalan, Rani! Ambil obat obatan di gudang persediaan, aku menyimpan antibiotik, dan obat pereda rasa nyeri di rak ke 10" ucap Rajini sembari menggendong pemuda tersebut, "baiklah, akan ku panggil ayah juga" ucap Rani sembari berlari ke gudang.
Keesokkan paginya... Sang pemuda membuka mata, ia terbangun dan melihat seorang wanita duduk di kursi, disamping kasur nya, "HUAA, SIAPA KAMU?! dimana aku??" Ucap pemuda tersebut, "sutt..tenang, kami menemukan mu terdampar di pinggir pantai, lalu kami memutuskan untuk menolong mu, dan merawat mu disini" ucap Rani, "ya.. kamu beruntung kami menemukan mu di pinggir pantai, jika yang menemukan mu ikan hiu, akan beda cerita" Ucap Rajini, "te-terimakasih.." ucap sang pemuda,
lalu Rajini mulai menanyakan perihal apa yang terjadi pada sang pemuda "lalu? apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu bisa sampai terdampar seperti ini?" Tanya Rajini,
"aku tidak...aku tidak ingat..." Jawab pemuda tersebut,
"yang benar saja, apa kamu kena amnesia?!, Apa kamu masih ingat siapa nama mu?" tanya Rajini,
"nama saya... Jaka Abdi Nagendra " jawab Jaka, "Jaka.... baiklah Jaka... Apa kamu ingat jalan pulang?" Tanya Rajini, mendengar itu, Jaka bingung, sebenarnya ia tidak amnesia, namun ia tahu jelas, bahwa kampung halaman nya sudah menjadi abu, dan tak ada lagi yang tersisa, ia memutuskan untuk berpura pura lupa agar bisa menetap sementara,
"aku...aku sama sekali tidak ingat" ucap Jaka, "hah...sial sekarang kita punya beban baru" ucap Rajini,
"hey Rajini, kamu tidak boleh seperti itu, mau bagaimana pun, kita sudah seharusnya menolong sesama, Jaka sedang kesulitan dan jika kamu berada di posisinya sekarang, kamu pasti akan melakukan hal yang sama" ucap Rani,
"hah masa bodoh, beban tetaplah beban, hey! Jaka, jika kamu sudah bisa bergerak, keluarlah, dan lakukan pekerjaan yang berguna, aku pergi dulu, aku harus membantu pak kepala desa" ucap Rajini sembari keluar ruangan,
"sudah lah, tidak usah di hiraukan, Rajini terkadang sangat galak, namun sebenarnya dia adalah seorang yang lembut , ouh iya, aku membuat kan mu bubur ayam tanduk untuk menghangatkan tubuh mu" ucap Rani sembari membawa mangkok berisikan bubur,
"anda sangat baik pada saya, saya berhutang Budi pada anda" ucap Jaka, "hah sudahlah, ini biasa saja kok, kami membantu sebisa kami, dan kalau bisa, stop berbicara formal pada ku, kita ini sepertinya seumuran ahaha, sekarang buka mulutmu lebar-lebar, makanan datang, aaaaa" ucap Rani sembari menyuapi Jaka Dengan sendok. Jaka pun memakan makanan nya dengan senang hati, setelah makanan nya habis, Jaka mulai menanyakan identitas Rani
"jikalau boleh tahu, siapa namamu?" Tanya Jaka,
"namaku Rani Sasmita Arkadewi, panggil saja Rani, umur ku tahun ini 17, sedangkan perempuan tadi, namanya Rajini Nareswari Isthika, panggil saja Rajini, dia pun sama,17 tahun seperti ku" ucap Rani memperkenalkan diri,
"kalau.., kamu... Kamu umur berapa Jaka" tanya Rani, "aku baru saja berumur 20 tahun, Rani" jawab Jaka, "wah kamu lebih tua 3 tahun dari ku" ucap Rani, mereka berdua pun melanjutkan perbincangan nya, sehingga mereka mulai menjadi akrab.
Keesokkan pagi nya, Rani mengajak Jaka berkeliling desa. Sembari berjalan sedikit pincang, tangan Jaka di pegangi oleh Rani, untuk membantu nya berjalan. "Jaka, inilah desaku, desa Juyu, orang-orang disini baik-baik semua, terlebih lagi ketika ada orang baru yang datang, Mereka akan sangat gembira, karena desa ini sangat tertutup dari dunia luar, jadi orang luar adalah pemandangan langka bagi kami" ucap Rani, Jaka pun mengangguk lalu tersenyum mendengar penjelasan Rani, sembari melihat sekeliling Rani menjelaskan tempat tempat yang ada di desanya,
"oke disebelah kanan sana ada toko bunga, kami biasanya membeli bunga cantik dari tempat tersebut untuk mengunjungi makam ibu ku, lalu di sebelah kiri ada toko peralatan memancing, toko tersebut sangat lah penting karena mata pencaharian utama kami adalah nelayan atau memproduksi garam" Ucap Rani,
Jaka pun bertanya perihal toko persenjataan "hmm...kalau toko persenjataan ada?" Tanya Jaka, Rani pun bingung mendengar pertanyaan Jaka,
lalu ia balik bertanya "untuk apa kamu bertanya soal toko persenjataan?" Tanya Rani, secara tiba-tiba Rajini muncul dari belakang, dan menjawab Rani "apalagi jika bukan untuk merampok kami?" Jawab Rajini, Rani dan Jaka pun terkejut,
"Rajini, jaga mulutmu, Jaka itu orang baik-baik" ucap Rani, "tch... Manusia yang kita bahkan tidak tahu asal usul nya, langsung kau asumsikan baik-baik" ucap Rajini,
Jaka pun menjawab "aku bisa bersumpah, bahwa diriku bukanlah orang yang jahat, aku bertanya soal toko persenjataan, karena ku pikir desa ini butuh sistem pertahanan, berjaga jaga jika suatu saat bandit, atau pasukan kegelapan datang" Ucap Jaka, Rani dan Rajini pun sontak langsung tertawa keras, "Hahahahaha bandit? Pasukan kegelapan?" Ucap Rani,
Rajini pun tertawa sembari meludah dan menginjak ludah nya"Hahahaha, khoek cuh" Rajini menginjak ludah nya sendiri "para penjahat itu akan ku injak injak ke tanah selayaknya ludah itu" ucap Rajini.
Jaka pun menahan tawa sembari bertanya "aku pikir, tidak mungkin perempuan seperti kalian bisa menang melawan para iblis jahanam tersebut" ucap Jaka meremehkan Rani dan Rajini, Rani dan Rajini pun melihat satu sama lain, Rajini membisikkan sesuatu kepada Rani, setelah mereka selesai berbisik bisik, Rani pun menjawab Jaka "ayok, ikut kami ke hutan" ucap Rani mengajak Jaka, Jaka pun tersenyum dan mengikuti mereka berdua.
Sesampainya di hutan, Rani langsung mencari tempat duduk untuk menonton, Rajini pun langsung mengambil posisi jarak 3 meter dari Jaka. "5 kali serangan gratis, setelah itu aku akan menyerang mu satu kali" ucap Rajini. Jaka pun terkejut, karena ia tidak menduga akan di ajak bertarung "apa? Tapi aku tidak ingin bertarung dengan perempuan, apalagi memukul perempuan 5 kali" ucap Jaka, Rajini pun tersenyum sembari melirik ke Rani, "tunjukkan apa yang kamu bisa Rajini" ucap Rani,
Rajini pun melaju ke arah Jaka dengan sangat cepat, bahkan Jaka tak bisa bereaksi sama sekali pada serangan tersebut, Jaka dengan refleks melancarkan pukulan pada wajah Rajini, Rajini memutar dan menghindari pukulan tersebut, lalu melakukan tendangan 360°, Jaka pun terpental sejauh 4 meter, "katanya gak suka mukul perempuan, bagaimana sih?" Ucap Rajini, Jaka pun kesakitan dan berguling guling di tanah sembari memegang perutnya "urgh....ke-kenapa kamu bisa sekuat ini?" Tanya Jaka dengan rasa tidak percaya atas apa yang baru saja ia terima, "tentu dengan kerja keras dan latihan dasar bodoh, sekarang berdiri, dan serang aku 5 kali, berikan serangan terbaik mu" ucap Rajini,
Jaka pun berdiri dengan susah payah, dan menarik nafas dalam dalam, Jaka mengepalkan kedua tangannya lalu mengangkat kedua tangannya di depan wajahnya, bersiap-siap ingin memukul Rajini dengan mata merah, "kemari, berikan pukulan terbaik mu" ucap Rajini pada Jaka, Jaka pun berlari dan melancarkan pukulan pada Rajini, pukulan nya tepat mendarat di wajah Rajini, tetapi seakan akan tidak terjadi apa apa, Rajini tidak bergerak sedikitpun, dan Jaka merasa ia sedang memukul batu raksasa, dengan sekuat tenaga ia melancarkan pukulan kedua dengan tangan kirinya, namun hasilnya tetap sama, dan Rajini hanya tersenyum, Jaka pun menendang paha kiri Rajini dengan harapan itu akan menjatuhkan Rajini, namun alih-alih menjatuhkan nya, kaki Jaka malah seperti menendang tiang besi,
Jaka pun berteriak kesakitan "Uarghh, sakit sekali, apa itu?! Tihang besi?" Teriak Jaka, Rajini pun tertawa, Jaka langsung melancarkan dua kali serangan menuju ulu hati Rajini, dengan memukul nya dua kali, namun hasilnya nihil. "1,2,3,4,5, sudah 5 serangan yang sudah kamu lakukan, sekarang giliran ku" ucap Rajini, Rajini pun menyiapkan kuda kuda, menghirup nafas dalam dalam, lalu terlihat aura energi seperti api namun berwarna emas mulai menyelimuti tubuh Rajini, Jaka yang melihat nya sangat terkejut, Rajini melakukan hal yang jendral harimau mata satu lakukan,
namun energi Rajini berwarna emas bukan hitam, Rajini pun melesat, meluncur ke berbagai arah seperti kilat yang menyambar, ke kiri, kanan, depan, belakang Jaka, Jaka sama sekali tidak bisa melihat pergerakan Rajini, seketika Rajini berada di depan wajah Jaka, dan melancarkan pukulan, Jaka menutup mata, namun tak ada yang terjadi, saat membuka mata, Jaka melihat bahwa Rajini dengan sengaja meleset kan pukulan nya, saat melihat ke belakang, batu raksasa yang sudah ada sejak awal mereka disana telah hancur dengan bekas jejak pukulan di tengahnya, batu itu hancur walau tangan Rajini tidak menyentuh nya. "batu itu menyebalkan, makanya ku hancurkan" ucap Rajini, Jaka pun terdiam kaku, lalu terjatuh di bawah lutut nya, sembari mulut yang masih ternganga.