"Jadi bagaimana? Jaka..." Ucap Rajini setelah menunjukkan kesaktian nya,
"ba-bagaimana seorang manusia dapat memiliki kekuatan diluar nalar seperti itu?" Ucap Jaka, "itu namanya ilmu bela diri bodoh" ucap Rajini sembari menaruh jari telunjuk nya di kepala jaka,
Jaka pun menyingkirkan jari Rajini dari kepalanya lalu bertanya kembali "aku tidak bodoh, dan setahu ku, bela diri tidak se hebat itu, menghancurkan tanpa menyentuh, dan bahkan bergerak dengan kecepatan tidak masuk akal, apa itu yang disebut ilmu bela diri??" Ucap Jaka sembari menunjukkan ekspresi bingung dan ketakutan,
"heh, kamu ini dari desa bodoh mana? Ilmu bela diri itu bukan sekedar kekuatan fisik, tapi juga bagaimana dirimu menggunakan energi dalam atau luar tubuhmu" ucap Rajini menjawab pertanyaan Jaka.
Jaka pun teringat bahwa jendral harimau mata satu melakukan hal yang sama, dengan menggunakan tenaga dalam yang luar biasa kuat, jika di pikir-pikir lagi Jaka tidak pernah sekalipun keluar desa untuk mencari ilmu atau sekedar mengetahui hal-hal baru, ia mendedikasikan hidup dan waktu nya selama ini untuk membantu nenek dan orang-orang desa, sembari kesulitan bicara,
Jaka pun meminta maaf atas kelancangan ucapannya ketika di desa Juyu "mm..ak-aku, aku... Minta maaf, aku minta maaf! Karena telah lancang dan meremehkan kemampuan kalian" Jaka meminta maaf sembari menaruh kepalanya di tanah, Rani pun berdiri dari tempat duduk nya, lalu berlari menuju Jaka "Jaka! Apa yang sedang kamu lakukan?! Berdiri! Kamu tidak perlu meminta maaf sampai seperti ini" bentak Rani kepada Jaka,
"Ahahaha, bagus kalau kamu tahu diri dan meminta maaf pada ku" ucap Rajini.
Di satu sisi, sang kepala desa, mendapatkan kabar bahwa desa Juyu dalam bahaya, armada pasukan kegelapan akan melewati rute Jalan perak yang berdekatan dengan desa Juyu, ini pertama kalinya armada kerajaan kegelapan melewati rute Jalan perak, biasanya mereka akan menggunakan rute jalan Kepala Naga, informan mengatakan bahwa jumlah armada pasukan kegelapan tersebut tidak sedikit, jumlah nya sekitar 20 baris yang setiap barisnya berjumlah 100 pasukan, tidak termasuk dengan jumlah kavaleri-kavaleri dahsyat nya,
mendengar kabar tersebut sang kepala desa diam termenung sembari berfikir apa yang harus ia lakukan, jikalau sampai armada itu melewati desa Juyu, maka desa Juyu akan habis terbakar menjadi abu tanpa sisa, sang kepala desa pun memanggil informan tersebut dan bertanya "berapa lama lagi, hingga armada tersebut sampai kemari?" tanya sang kepala desa, sang informan pun menjawab "menurut informasi dari kerajaan, 3 hari lagi tuan, armada itu di tunjukkan untuk menyerang kerajaan Naga putih dalam 3 hari lagi menggunakan jalur Jalan perak agar tidak di ketahui pihak kerajaan Naga putih" jawab sang informan, sang kepala desa pun menghela nafas sembari memejamkan mata
"baiklah Tanura, kamu bisa pergi sekarang, terimakasih atas informasinya" ucap sang kepala desa, Tanura pun pergi dari ruangan sang kepala desa, sang kepala desa pun berdiri melihat keluar jendela, ia melihat kondisi desa Juyu yang sangat damai dan tentram, ia melihat para warga bekerja dan beraktivitas seperti biasa dengan senyuman ceria di wajah mereka, para wanita yang sedang membuat garam sembari tertawa entah membicarakan apa,
Para pria yang sedang memancing dan bernelayan untuk mencari ikan, tidak sedikit dari mereka yang sedang membangun bangunan desa, dan para anak anak yang berlari gembira tanpa beban di wajah nya, melihat itu semua, seketika kepala desa mengepalkan tangan sembari menghantamkan giginya, "kenapa ini semua harus terjadi... Kenapa!! Kami semua hanya ingin hidup dengan damai!" Kepala desa pun tak kuasa menahan air mata, lalu jatuh kelantai menangis, bingung apa yang harus ia lakukan demi desanya, sang kepala desa pun berteriak memanggil bawahannya "Dani, Toni!, panggil seluruh tetua di desa ini!, ada hal penting yang harus ku sampaikan"ucap sang kepala desa "Siap kepala desa!" Ucap Dani dan Toni.
Di hutan, setelah Jaka meminta maaf kepada Rajini dan Rani, Jaka pun bercerita, bahwa sebenarnya alasan ia terdampar adalah karena desanya di hancurkan dan ia di serang oleh pasukan kegelapan "aku minta maaf Rajini, Rani, sebenarnya aku tidak hilang ingatan, aku terdampar karena desa ku di hancurkan, nenekku di bunuh, orang orang di desaku di bantai, aku di serang oleh pasukan kegelapan yang memiliki ilmu beladiri kuat nan luar biasa, bernama jendral harimau mata satu, aku hampir mati karena di serang olehnya, aku terpaksa lompat ke jurang lautan demi menghindari kematian, entah mengapa takdir membawa ku ke desa ini, desa Juyu" ucap Jaka, menjelaskan segalanya,
Rani dan Rajini pun terkejut mendengar cerita Jaka, Rani ikut sedih dan turut perihatin atas hal yang menimpa Jaka, "Jaka, aku turut bersedih dan berduka cita atas apa yang menimpa kamu, walau kamu kehilangan Nenek mu dan orang orang desamu, tapi kamu tidak perlu khawatir, kamu punya kami sekarang " ucap Rani menyemangati Jaka,
"aku tidak pernah menyangka kamu semalang itu, maafkan aku karena selama ini bersikap kasar padamu, muka mu itu menyebalkan makanya aku... Ah sudahlah lupakan, intinya aku minta maaf" ucap Rajini meminta maaf,
Jaka pun tidak menyangka bahwa Rajini akan meminta maaf pada nya, "terimakasih Rani, Rajini, tapi sebenarnya aku tidak butuh belas kasihan kalian, di saat ketika aku melihat kehebatan Rajini, menggunakan ilmu bela diri nya, seketika aku ingin berguru pada kalian, aku mohon Rajini, Rani, ajari aku bela diri" ucap Jaka memohon pada Rajini dan Rani,
mendengar permintaan Jaka, Rani dan Rajini terkejut dan bingung, mereka berjalan menjauhi Jaka sembari membelakangi nya, Rajini merangkul dan memaksa Rani untuk menunduk, lalu Rajini berbisik pada Rani,
"hey, si Jaka itu minta di ajari, apa yang harus kita lakukan?" bisik Rajini pada Rani, "memangnya ia layak untuk menjadi seorang pendekar?" Ucap Rani sembari berbisik,
"ya aku tidak tahu, tapi mendengar cerita kelam dan sedih nya itu, membuat ku tersentuh" ucap Rajini, "jadi kamu ingin mengajarinya?" Ucap Rani, Rajini pun menjawab "hmm, sepertinya aku ada ide".
Setelah berbisik-bisik lumayan lama, akhirnya Rani dan Rajini memiliki jawaban atas permintaan Jaka,
"hoi Jaka" Rajini memanggil Jaka, Jaka pun berdiri dari posisi duduknya dan bersigap, berlari menuju Rajini dan Rani,
"jadi bagaimana Rajini? Rani?" Tanya Jaka, Rajini dan Rani pun melihat pada satu sama lain, Rani pun menjawab pertanyaan Jaka "kami akan mengajari mu bela diri, jika... Kamu lolos dari 2 test kami" ucap Rani,
Jaka pun menjawab "test apa itu wahai Rani?" Tanya Jaka, "untuk test yang pertama kamu harus bisa memberikan kami jamur kaca bercahaya biru di gua yang terletak di gunung terlarang" ucap Rani, "kamu harus bisa memberikan jamur tersebut sebelum esok hari, saat matahari terbenam" ucap Rajini,
"Baik akan aku lakukan, tapi.. darimana aku tahu letak posisi yang tepat dari gua tersebut? Maksud ku... Gunung terlarang itu sangat besar dan berbahaya, sulit untuk mengetahui posisi pasti dari sang gua" tanya Jaka,
"berjalanlah kedalam gunung tersebut, berjalanlah terus hingga kamu tidak dapat melihat matahari lagi, semakin gelap maka semakin kamu dekat dengan gua tersebut, jika kamu mendengar suara bisikan, maka ikutilah, maka kamu akan sampai di gua tersebut" ucap Rajini,
"tapi... itu terdengar sedikit menyeramkan" ucap Jaka sembari mengerutkan dahi, dan mengangkat alis matanya,
"disitulah letak kesenangannya ahahaha" ucap Rani, Rani dan Rajini pun tertawa terbahak bahak, lalu mereka melakukan tos dan langsung menghilang entah kemana menggunakan teknik teleportasi meninggalkan Jaka sendirian di hutan, Jaka pun termenung dan duduk di atas batu.
Matahari telah berada tepat diatas kepala Jaka, menunjukkan tengah hari, Jaka termenung melihat ke selatan, ia melihat kearah gunung terlarang. Ia bingung apakah ia harus melakukan ujian tersebut atau menyerah sekarang juga, tubuh nya yang masih sulit berjalan membuat ia tidak yakin harus melakukan ujian tersebut, namun seketika Jaka teringat akan wajah wajah para warga desa yang tak bersalah di bantai di bunuh tanpa belas kasihan, ia pun teringat saat tangannya terlumuri darah sang nenek, saat memeluk sang nenek untuk terakhir kalinya, emosi Jaka pun meluap dan membara saat ia teringat wajah wajah bejat dan beringas para pasukan kegelapan saat membantai warga desa, terutama sang jendral harimau mata satu.
"Aku.. sudah tidak memiliki apapun lagi di dunia ini, tujuan ku satu satunya yang tersisa adalah untuk menghancurkan kerajaan kegelapan, jika aku harus mati di gunung terlarang tersebut, maka kematian ku tidak akan meninggalkan apapun" ucap Jaka sembari mengepalkan tangannya, ia pun berdiri dari tempat duduknya, ia dengan gagah menatap gunung terlarang tersebut, dan langsung berjalan menuju lereng gunung terlarang.
"Heh Rajini! Apa kamu yakin? Jaka tidak akan kenapa Napa saat masuk gunung tersebut?" Ucap Rani, "oh ayolah, jika ia ingin menjadi seorang pendekar, maka ia harus membuktikan pada kita, bahwa dia cukup layak untuk menerima gelar pendekar dari kita " ucap Rajini, "bagaimana jika dia mati di terkam binatang buas?!" Ucap Rani, "oh ayolah, dia itu orang luar, jika dia mati, yasudah itu bukan urusan kita, lagian sedari awal kamu setuju akan semua ini, mengapa tiba-tiba kamu khawatir padanya? Jangan bilang... Kamu jatuh hati padanya?" Ucap Rajini,
"enak saja, aku berprilaku seperti ini karena aku berperikemanusiaan" ucap Rani, "oh jadi maksudmu aku tidak berprikemanusiaan?!" Ucap Rajini, "betul, kamu itu berperikeiblisan!" ucap Rani.
Kembali pada Jaka, Jaka terlihat sedang mematahkan beberapa ranting yang lumayan tebal, lalu ia mengambil batu tajam yang besarnya sedikit lebih besar dari telapak tangan nya, lalu ia mengambil serabutan dari pepohonan yang ia linting menjadi tali, lalu ia ikatkan 4 ranting tebal bersama, lalu ia selipkan batu tajam yang sebelumnya ia ambil, ia ikat batu tajam tersebut di ujung tongkat kayu nya, ia ikat secara kuat tiap sisinya, lalu jadilah kapak batu buatan Jaka.
Matahari sudah berada di sisi barat, dan Jaka masih juga belum sampai di sisi gelap gunung terlarang, Jaka pun memutuskan untuk beristirahat sejenak, ia berjalan menuju aliran sungai di gunung tersebut, sesampainya di aliran sungai, ia meminum air sungai tersebut menggunakan kedua telapak tangannya, di saat ia dengan tenang meminum air sungai tersebut, seketika gelembung bermunculan dari bawah sungai, Jaka dengan cepat menyadari ada sesuatu di bawah air, ia pun melompat menghindar kebelakang, dengan bersamaan seekor buaya muncul dan melompat ingin menerkam Jaka, Jaka pun mengambil kapak batu nya, dan bersiap-siap menyerang sang buaya, sang buaya maju dengan perlahan-lahan menuju Jaka, situasi pun menjadi tegang karena Jaka tidak percaya diri untuk melawan sang buaya.
Secara tiba tiba sang buaya menghentikan langkahnya, lalu memutar badannya, berlari ketakutan, Jaka pun terkejut, lalu tertawa "huahahaha, lari kamu, dasar pengecut, tadinya ingin ku jadikan kamu dendeng buaya, kamu beruntung Hari ini buaya!" ucap Jaka dengan sangat percaya diri, seketika terdengar suara nafas dan erangan binatang buas di belakang Jaka, Jaka pun terkejut dan terdiam kaku, menyadari ada sesuatu di belakangnya, Jaka pun menutup mata sembari berputar, saat membuka mata, terlihat dengan jelas beruang hitam mata merah raksasa yang ukurannya 3 kali lebih besar dari beruang biasa, yang sudah siap menyantap nya, beruang tersebut mengaum tepat di hadapan wajah Jaka dengan sangat kencang, sang beruang pun melancarkan serangan dengan cakarnya menuju Jaka, Jaka berhasil menghindar dengan melompat ke kanan, serangan sang beruang pun malah menghancurkan bebatuan di sekitarnya, membuktikan seberapa kuat nya sang beruang.
Jaka pun berlari tanpa arah, mencari tempat persembunyian, sang beruang mengejar Jaka, pohon, batu, semuanya di terobos oleh beruang raksasa tersebut, sang Jaka pun secara tidak sengaja terperosok ke bawah pohon, ia melihat tempat persembunyian bagus di bawah pohon, ia masuk di antara celah batu di bawah pohon tersebut membuat ia tidak terlihat oleh sang beruang, sang beruang pun kehilangan Jaka, dan terdengar bahwa ia mengaum kesal, menyadari bahwa ia telah melepaskan buruan nya, sang beruang pun pergi.
Menyadari bahwa sang beruang telah pergi, Jaka pun keluar dari tempat persembunyian nya, tanpa di sadari, ia sudah berada di bagian gelap gunung terlarang, tempat itu di penuhi dengan jamur dan serangga bercahaya, namun tidak ada satupun yang berwarna biru.
Jaka pun meneruskan perjalanan nya mencari gua yang di sebutkan Rajini dan Rani.