Raksasa gas oranye tampak jelas di depan mata. Pemandangan yang tampak seperti mimpi menyuruhku untuk berdiam di anjungan sendirian, menikmatinya selagi bisa. Ini adalah momen ketika aku berhasil melangkah lebih jauh.
Rasakan itu! Si bocah kecil ini berhasil membawa Viatrix mengarungi Daerah Belum Terjelajah di Galaksi.
Kami punya satu hari libur setelah kami berhasil tiba di Gundarna. Yu'zar tak bisa menemaniku saat ini. Awak komando yang lain juga tengah berada di ruang makan, menikmati santapan khusus dan mungkin ditemani anggur atau soda. Situasi yang tepat buatku untuk diam di sini menghidupkan suasana keberhasilan dalam diri.
Pemandangan ruang angkasa yang kulihat sebenarnya sudah kulihat sejak aku kecil. Gelap dan hampa. Seumur hidupku, perasaan terisolasi dan kesepian selalu menemaniku. Orang sepertiku ingin sekali merasakan udara atmosfer ketika suatu peradaban mendambakan hidup di ruang angkasa.
Aku tak bisa berlama-lama duduk bersandar santai di kursiku. Aku harus kembali pada tujuanku terbang ke Gundarna.
Layar utama di depan kursiku menyala. Suara Vidi terdengar jelas, menyapaku dengan hangat. "Selamat pagi, Kapten. Ada yang bisa dibantu?"
"Buka Peta Edeatu dan peta milik Serikat," ucapku.
Tampilan dua peta berbeda ditunjukkan oleh layar. Sebenarnya dua peta tersebut sama-sama Peta Galaksi, hanya saja ada beberapa lokasi yang tak terpetakan di salah satu peta. Aku ingin melengkapi Peta Edeatu yang telah lama dibuat oleh Tuan Matakrom.
"Masukkan koordinat Gundarna ke dalam Peta Edeatu. Kirimkan kepada Tuan Matakrom. Aku tak sabar mendengar reaksi para perompak senior."
"Dimengerti."
Aku kembali menatap jendela. Sang planet gas yang berada di lintasan orbit ke-2 sistem tak bosan-bosannya aku pandangi.
Gundarna adalah planet yang berada dalam zona laik huni sistemnya. Sejarah yang aku dapat dari data milik Serikat, Gundarna awalnya berada di urutan kelima. Namun, akibat ukuran bintang yang semakin membesar dalam kurun waktu yang sangat panjang, membuat bintangnya melahap planet pertama, kedua, dan ketiga. Hal itu terjadi jutaan tahun lalu, entah memang kejadian nyata atau hanya perkiraan ilmuwan.
Hal unik lainnya dari planet ini adalah salah satu bulannya yang dapat ditinggali. Namun, menduduki bulan Gundarna dalam jangka waktu lama bukanlah hal yang mudah. Bulan Gundarna mengelilingi planet induknya, membuatnya bisa berada di jarak terjauh dan terdekat terhadap bintang utama. Jadi, perubahan cuaca yang ekstrem pasti terjadi seiring dengan bulan yang mengelilingi Gundarna. Saat di jarak terdekat, cuaca sangat panas. Saat di jarak terjauh, cuaca terlampau dingin.
Meski begitu, melihat langit dari daratan adalah sesuatu yang ingin kualami sejak kecil. Pasti indah pemandangannya ketika matahari mulai terbit, atau ketika bintang-bintang bersinar saat malam.
Aku kembali pada tugasku. Kini aku meminta Vidi untuk melaukan pemindaian, barangkali ada ancaman untuk keamanan Viatrix.
"Vidi, pindai area sekitar."
"Dimengerti."
Layar utama menampilkan hasil pemindaian Vidi tak lama setelahnya. Situasi masih aman. Tidak ada yang membuntuti Viatrix, baik itu dari Republik, Serikat, atau dari sesama Perompak Edeatu.
Aku jadi teringat, hari ini aku akan melepaskan Komandan Cox. Berlama-lama menahannya di Viatrix bisa membuat masalah.
Piranti komunikasi yang terpasang di telingaku terhubung dengan seseorang. Itu Anra, seorang pilot yang tengah berada di area hanggar, mempersiapkan keberangkatan Cox. Jika kami tidak mengantarnya secara baik-baik, Viatrix bisa terancam.
"Kapten. Kaal sudah siap mengantar si Komandan Serikat."
"Baiklah. Aku segera ke sana," jawabku. Aku segera bergegas ke hanggar sesudahnya.
Aku akhirnya tiba di hanggar tak begitu lama setelah beranjak dari anjungan kapal. Anra menyambutku, bersama dengan sebuah robot asisten berbentuk bola melayang dengan dua tangan. Unit itu adalah otomaton reparasi, biasanya terdapat tiga sampai lima di berbagai ruangan di kapal untuk membantu.
"Komandan sudah dijemput. Mungkin sebentar lagi akan tiba di sini," ucap Anra.
Tak lama setelah Anra menyelesaikan ucapannya, datang Cox dengan dikawal dua orang penjaga yang memegang masing-masing sebuah tongkat panjang.
"Komandan, kami akan memastikan Anda kembali dengan selamat. Soal penangkapan, tolong bilang saja kita sedang membahas kerja sama untuk menduduki Dameon."
Cox menatapku. "Menduduki Dameon, ya? Aku pikir itu ide yang bagus. Dameon punya sumber energi yang tak jauh dengan perbatasan, dengan begitu wilayah perbatasan bisa menjadi lebih kuat."
"Baguslah kalau begitu. Saya minta sesuatu. Tolong izinkan kami tinggal di Gundarna lebih lama," ucapku.
Cox berjalan dituntun dua penjaga. "Masalah kecil buatku. Yang penting kita saling menguntungkan." Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya. "Ngomong-ngomong, bagaimana kalian bisa mendapat rute menuju sini?"
Dia mengajukan pertanyaan semacam itu. Tentu saja orang Serikat akan kebingungan sebab pemetaan lokasi di Daerah Belum Terjelajah hanya dilakukan oleh mereka. Mereka pasti tak ingin arsip milik mereka dipakai oleh pihak lain.
Aku mencoba menutupi. "Penjelajahan ke tempat tak diketahui sudah jadi tradisi Edeatu turun-temurun."
Cox tidak berucap dan memberi tatapan serius. Bahaya bagi kami jika perwira dari Serikat mengetahui kami menggunakan aset mereka.
Dua penjagaku terus mendesak Cox untuk melanjutkan langkah ke pesawat. Pria itu tidak berkutik lagi. Segala persiapan akhirnya selesai. Aku bisa melihat pesawat kargo yang digunakan Cox waktu itu mulai lepas landas, bersamaan dengan pesawat berukuran lebih kecil milik Kaal yang ditambatkan di atasnya.
Pesawat meninggalkan hanggar setelahnya. Aku segera memikirkan apa perkejaan yang harus kuselesaikan setelah ini. Di sini, hari sedang tidak begitu sibuk sebab aku memberi libur setelah kerja keras kemarin.
Anra menghampiriku. "Kapten, aku tadi melihat Senior Yu sedang mengecek persediaan makanan."
"Ah, begitu ya? Aku jadi ingat harus membuat perencanaan persediaan untuk beberapa waktu ke depan. Juga memikirkan apa yang bisa dilakukan di sini," balasku.
"Menjadi sebagai kapten melelahkan juga ya?" ucap Anra sembari melangkah meninggalkanku.
Aku juga segera meninggalkan area hanggar. Aku kembali ke anjungan untuk melanjutkan kegiatanku hari ini.
-----
Cukup lama aku duduk di kursiku menyilangkan kaki, memikirkan rencana yang paling menguntungkan ketika kami berada di Sistem Gundarna. Kami bisa menjual gas kepada perusahaan penyedia energi lagi, jika mereka punya kapal pengangkut gas alam cair dan kapal raksasa yang mampu mengangkut kilang gas. Yah, itu bukan hal yang sulit, sebab Edeatu memiliki jaringan yang luas.
"Vidi, hubungi Edeatu. Bilang pada mereka untuk mencari pihak yang butuh pasokan gas."
"Dimengerti."
Saat ini, berbagai macam sumber energi dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan. Salah satunya adalah gas alam yang sangat melimpah dari berbagai planet berjenis raksasa gas.
Aku memikirkan berapa biaya yang perlu keluar, serta berapa keuntungan yang bisa aku dapat. Aku hendak memanggil Yu'zar untuk menolongku saat ini.
Aku menggerakkan telapak tanganku ke telinga kanan, hendak menyambungkan dengan Yu'zar. Namun, apakah aku benar-benar membutuhkan bantuannya? Apa aku begitu bergantung pada bantuannya sehingga tidak bisa memutuskan sendiri?
Aku memutuskan untuk tidak memanggil Yu'zar saat ini, terlebih aku memberinya libur. Namun, piranti komunikasiku berbunyi beberapa kali, pertanda ada yang hendak bicara.
Itu Yu'zar, dia yang mencoba untuk tersambung denganku. "Kapten," ucapnya.
"U-umm. Ya, ada apa?"
"Kapten sedang di mana?"
"Aku sedang berada di anjungan," jawabku.
"Sendiri?"
Yu'zar tiba-tiba menanyakan sesuatu. Ya, aku sedang sendirian di anjungan. Apa dia punya niat untuk menemaniku? Padahal sudah kuberi waktu untuk bersenang-senang.
Dia melanjutkan, "Aku dan awak komando lain sedang berada di ruang makan. Memangnya tak apa kalau Kapten sendirian di anjungan?"
"Te-tentu saja. Ini hari libur kalian. Jadi, bersenang-senanglah."
"Tidak, tidak. Maksudku, apa Kapten bisa pergi ke ruang makan sekarang?"
Yu'zar memintaku untuk pergi ke ruang makan. "Kau menyuruhku ke sana? Memangnya siapa yang kapten?"
"Eh? Maaf kalau aku lancang."
Seperti biasanya, Yu'zar kaku dan sulit diajak bercanda. Aku tertawa kecil sembari beranjak dari kursi. "Iya, iya. Aku segera pergi."
Aku pergi dari anjungan menuju ruang makan. Pintu logam berwarna perak tertutup ketika aku tiba di depan ruang makan. Sepetak layar bercahaya biru muda muncul di dinding. Aku segera menempelkan telapak tanganku sembari menaikkan sebelah alis.
Pintu terbuka, ruangan gelap tak bercahaya membuatku kesulitan melihat siapa saja yang ada di dalam.
Seseorang di sebelah kanan berteriak. Aku sontak melangkah mundur ketika mendengar suara mengagetkan itu. Lampu menyala. Ternyata orang di kanan menyiram satu ember penuh berisi air, dan salah sasaran ketika aku menghindar mundur.
Semua orang berteriak, tepatnya bernyanyi. "Oh, Kapten! Oh, Kapten! Ooh, Kapten!"
Ketika semua orang melantunkan nyanyian sembari menggebrak meja dan bertepuk tangan, aku melihat ke arah orang yang jadi sasaran melencengnya siraman air. Tidak lain orang itu adalah Yu'zar yang tengah basah kuyup disertai wajah datar.
Aku tertawa lepas, tak kalah keras dari nyanyian anak buah kapal.
Ruang makan berisi awak kapal yang tak terhitung senyap seketika. Seseorang mulai memimpin lantunan nyanyian lagi.
Sudah jadi tradisi di Viatrix untuk melakukan perayaan kecil ketika berhasil melakukan suatu perjalanan. Seperti yang terjadi saat ini, awak kapal bernyanyi sembari membuat suara gaduh lain atau saling menyiram dengan minuman di meja mereka. Dulu aku pernah ikut bersorak ketika aku masih kecil. Namun saat ini, aku berdiri di depan mereka yang menyanyikan nama Milla Mazcira tanpa henti.
Aku harus berterima kasih kepada mereka. Tanpa para anak buah yang siap berdiri tegak di segala situasi, Viatrix tak akan terbang ke Daerah Belum Terjelajah.
Tak ada yang menyelimuti diriku selain perasaan bangga.
Ruang makan kembali senyap. "Terima kasih. Terima kasih. Tapi aku rasa ide untuk menyiram Yu'zar terlihat buruk," ujarku.
Yu'zar masih berdiri di dekat pintu berusaha menahan dingin karena dia yang paling basah kuyup di ruangan. Aku lupa memintanya untuk mengganti pakaian dulu sebelum perayaan dilanjutkan.
"Kita baru mulai. Aku ulangi sekali lagi, kita baru mulai. Siapa yang siap untuk perjalanan selanjutnya?"
"Yera-yera, yo!"
"Aku tak bisa mendengar kalian!"
"Yera-yera, yo!"
"Mari kita nikmati hari ini. Seperti biasa, menu spesial!"
Kerumunan anak buah kapal mulai bernyanyi sekali lagi. Tak pernah menyangka namaku akan dilantunkan dengan penuh semangat oleh anak buahku. Merekalah yang berdiri tanpa ragu ketika orang-orang menganggap remeh diriku.
Lihatlah, siapa perompak yang tiba di kawasan Galaksi di mana semua penjelajah inginmenjelajah. Di mana jejak terbang banyak penjelajah terhenti. Di mana para penjelajah dari beragam tempat tak tahu arah jalan kembali.