Chereads / Viatrix Space Pirates / Chapter 7 - Jejak

Chapter 7 - Jejak

"Kami siap. Terbang menuju objek yang terpindai."

"Koordinat sudah terkirim." Suara Kapten terdengar jelas melalui helm terbangku.

Aku bersama Kaal dan Anra sedang terbang untuk menyelidiki sebuah benda yang ditemukan oleh pemindai Vidi. Kami bertiga menerbangkan pesawat masing-masing dengan kecepatan tinggi menuju benda itu. Mungkin bukanlah harta karun paling berharga atau logam mineral yang harga jualnya tinggi. Namun, benda temuan yang terpindai oleh asisten kecerdasan buatan Viatrix perlu diselidiki.

"Objek ditandai. Berbentuk seperti piringan dengan perkiraan tinggi sekitar enam kaki dan diameter sekitar sepuluh kaki," ucapku sembari menilik ke arah layar kokpit.

Sebelumnya, Vidi menemukan sebuah objek mencurigakan di area ruang angkasa Planet Gundarna, cukup dekat dari Viatrix. Aku dan pilot lain ditugaskan untuk memeriksa benda itu lebih dekat.

Aku melihatnya langsung dari kokpit pesawatku. Sebuah benda berbadan logam dengan ciri yang kusebutkan melayang-layang di ruang angkasa. Kami terbang semakin dekat. Awalnya terlihat kecil layaknya mainan anak-anak, tetapi ukurannya semakin jelas ketika aku terbang lebih dekat.

Kaal menyambar. "Apa yang kauharapkan? Logam langka yang bisa dijual?"

"Kira-kira logamnya cocok tidak untuk dijadikan liontin?" timpal Anra, sedikit bercanda.

"Ah, kalian ini. Kita tidak akan menjualnya begitu saja," balasku.

Pesawatku, Anra, dan Kaal berhenti ketika jarak kami dengan benda itu sudah dekat. Perkiraanku mengenai ciri-ciri benda itu benar, hanya saja benda itu memiliki perangkat semacam mata, tangan capit, dan antena.

"Kaal, identifikasikan benda itu."

"Memeriksa," balasnya.

Menghabiskan waktu cukup lama untuk memeriksa benda temuan, Kaal akhirnya dapat jawaban. "Benda ini adalah otomaton pengintai. Milik Serikat Sistem Independen. Kemungkinan terbesar, benda ini diterbangkan untuk mendapat data lingkungan Sistem Gundarna."

Semakin membuatku penasaran. Jika aku mendapat data lingkungan di sistem bintang ini, bukan tidak mungkin aku bisa menemukan sesuatu yang berharga dengan harga tinggi. Aku ingin membawa otomaton pengintai itu lalu memeriksanya ketika sudah tiba di Viatrix.

"Anra, bawa benda itu."

"Baiklah," jawabnya.

Anra menembakkan sebuah kabel pengait dari pesawatnya untuk mengait otomaton itu. Biasanya perangkat semacam ini digunakan untuk mengangkap benda berukuran kecil yang ditemukan. Untungnya pesawat Anra tampak tak kesulitan untuk menarik robot pengintai berukuran besar itu.

Penyelidikan selesai. Objek yang terpindai oleh Vidi adalah sebuah prob antariksa. Benda ini bisa saja memuat informasi tentang sumber daya yang berharga di Sistem Gundarna. Serikat yang lebih dahulu telah menjelajah Daerah Belum Terjelajah meninggalkan jejak yang berguna untuk kami.

Aku hendak menghubungi Kapten, tetapi Viatrix sama sekali belum memberi respons. Mungkin sistem komunikasinya sedang sibuk sebab Kapten harus berurusan dengan beberapa pihak yang hendak menjadikan Gundarna sebagai tempat pemasok gas alam.

"Kapten tidak merespons," ucapku.

"Tunggu!" Ucapan Kaal membuatku menilik radar lalu beralih ke jendela pantau. "Aku menemukan sebuah objek lagi. Ikuti aku!"

Aku dan Kaal terbang menuju sebuah objek lain, sementara Anra masih berada di lokasi ditemukannya otomaton pengintai. Agak sulit, area sekitar dipenuhi oleh puing-puing berukuran kecil hingga sedang. Aku perlu melakukan manuver menghindar supaya puing-puing itu tidak melukai tubuh pesawatku.

Tidak begitu jauh dari area penuh dengan puing-puing, Aku melihat objek yang Kaal maksud tadi. Sebuah plat logam tebal dengan permukaan bidang yang luas tampak jelas. Melihat ukurannya yang besar serta strukturnya yang tampak kuat, aku memperkirakan benda itu adalah kulit kapal.

"Kaal, segera periksa."

Kaal tidak merespons ucapanku cukup lama, mungkin sedang sibuk dengan perangkat pemindai. Pesawat milik Kaal dilengkapi perangkat pemindai tetapi jangkauannya tak seluas milik Viatrix. Jika aku ingat lagi, pesawat Kaal didapatkan dari sebuah perusahaan pertambangan sebagai kesepakatan antara Kapten Milla dengan sang petinggi perusahaan itu.

Suara Kaal Kembali muncul di saluran komunikasi. "Sudah diperiksa. Ini adalah bagian badan kapal yang hancur, milik Republik."

"Milik Republik?" tanyaku. Tidak ayal kalau mereka memperebutkan Gundarna, karena tempat ini bisa dijadikan sumber energi untuk jangka waktu sangat panjang.

Pesawatku menerima transmisi. "Kapten meminta kalian untuk kembali dan membawa benda itu." Yang menghubungi bukanlah Kapten, melainkan Saviela. Sepertinya Kapten tengah sibuk sehingga meminta Saviela untuk membantunya.

Aku mengiyakan. "Baiklah. Kami akan membawa benda yang kami temukan ke Viatrix. Tolong kosongkan hanggar."

Kami terbang kembali setelah melakukan pemeriksaan langsung terhadap area sekitar. Pesawat milik Anra membawa otomaton pengintai yang mencurigakan itu.

Aku, Kaal, dan Anra akhirnya tiba di hanggar lalu mendaratkan pesawat. Dari kokpit, aku bisa melihat jelas orang-orang yang berada di hanggar mulai berdatangan, terutama ke arah pesawat Anra yang terdapat benda temuan tertaut oleh kabel pengaitnya.

Aku membuka pintu kokpit, melepas sabuk pengaman dan helm terbang. Sejenak aku diam duduk bersandar di kursi pesawatku. Aku memikirkan kegunaan benda itu setelah memutuskan untuk membawanya ke Viatrix.

"Masih diam di sini?" Seseorang mengagetkanku dengan ucapannya yang tiba-tiba. Aku segera menoleh dan mendapati Kaal mengintip ke kokpit. "Orang-orang sedang heboh entah kenapa."

"Mana mungkin mereka tidak heboh. Kita menemukan robot pengintai berukuran besar."

"Kalau tidak salah, benda itu digunakan untuk eksplorasi Daerah Belum Terjelajah," ucap pria ras Doran itu. Antena pendengarannya memang mudah mendengar kabar dari banyak orang.

"Sudahlah, aku mau turun," balasku singkat. Kaal pun menuruni tangga vertikal dari kokpit lebih dulu, lalu disusul olehku.

Benar saja, orang-orang sedang berkumpul di dekat otomaton yang tingginya seorang dewasa. Aku memecah kerumunan dan berjalan mendekati benda besar itu. "Jangan ada yang menyentuh benda ini tanpa seizin Kapten atau aku. Ini benda penting, tetapi aku khawatir benda ini tidak bisa dibawa ke gudang khusus. Kalian lebih baik kembali."

Para awak kapal bubar sembari mengobrol satu sama lain. Bisa terdengar jelas mereka membicarakan benda temuan ini. Setelah mereka sudah kembali ke urusan masing-masing, aku pun memutuskan untuk pergi ke anjungan untuk melapor kepada Kapten Milla. Biasanya dia ada di hanggar untuk menungguku mendarat, tetapi kali ini sepertinya dia sedang sibuk.

Aku tiba di anjungan, mendapati Kapten yang tengah berbincang dengan seorang wanita berpakaian rapi melalui saluran komunikasi holografik. Sudah kuduga, dia pasti sesibuk itu mengurus "penjualan" gas alam dari Gundarna.

Aku mendengar Kapten seperti sedang menutup pembicaraan sebelum aku tiba di kursinya. "Baiklah. Senang sekali bisa bekerja sama dengan Anda," tutupnya kepada lawan bincang mayanya.

Aku berdiri di samping kanannya ketika panggilan terputus. "Kapten, semuanya sudah beres."

"Ah, baguslah. Untung aku juga sudah membereskan tawar-menawarnya." Dia menoleh kepadaku dan memberikan senyuman lega.

Sebelumnya, Kapten menghubungi perusahaan penyedia energi yang membutuhkan pasokan lebih untuk menaikkan produksi mereka, tentunya dengan embel-embel bebas perizinan dan tidak perlu mengurus dokumen yang rumit. Beruntung ada yang mau jadi rekan bisnis kami. Karena jika kami kesulitan mencari pihak yang butuh, perjalanan ke Gundarna terasa seperti sia-sia dan kami perlu mencari tempat baru lagi.

"Bagaimana jadinya, Kapten?"

Kapten menjawab, "Mereka mau bagi hasil. Tujuh puluh dan tiga puluh." Kapten menilik layar luasnya. "Aku rasa itu cukup menguntungkan. Tetapi kita perlu menjaga keamanan ketika mereka melakukan penyulingan karena prosesnya tidak sebentar."

"Baguslah kalau semuanya bisa lancar. Aku rasa itu bisa membiayai perjalanan kita," balasku.

"Begitulah. Aku ingat, pihak perusahaan tadi sampai membeberkan proyeksi keuntungan yang bisa kita terima."

Aku beralih menatap jendela pantau sembari menolak pinggang. "Mau bagaimana lagi? Begini caranya kalau perusahaan swasta ingin bersaing."

Penampakan Gundarna terlihat jelas. Aku jadi membayangkan bagaimana banyaknya bahan baku produksi yang bisa didapat perusahaan swasta itu jika menggunakan sumber dari Gundarna. Mestinya jauh lebih banyak ketimbang dari kilang yang juga dikelola oleh Republik Antarbintang. Pemerintah memberlakukan pembatasan serta memerlukan prosedur resmi yang rumit bagi perusahaan swasta, dari yang aku tahu. Maka itu para perompak dari Edeatu banyak yang menjarah tempat penyedia cadangan mineral dan gas dan menjadikannya sumber keuntungan.

Pandanganku beralih ke sebuah benda langit yang terlihat seukuran kelereng. Biru-hijau warnanya tampak agak samar karena jaraknya cukup jauh.

"Kapten," panggilku. "Apa kau melihat itu? Itu bulan milik Gundarna yang layak huni."

Kapten berdiri dari kursinya. "Iyakah? Mana?"

Aku menunjuknya. "Di sana. Mungkin sebentar lagi tertutup si planet induknya."

"Wah! Kelihatannya seperti tempat yang bagus."

Aku mengangguk sekali lalu menatap Kapten yang sedang fokus dengan Bulan Gundarna. "Bulannya indah, bukan?"

Dia mengalihkan pandangannya kepadaku dan membalas mengangguk. "Mungkin suatu saat nanti kita bisa ke sana."

"Hmph. Aku berharap aku punya data lingkungannya."

Ucapanku yang tadi membuatku teringat sesuatu. Tujuanku untuk segera ke anjungan adalah melaporkan benda temuan.

"Kapten! Aku melupakan sesuatu."

Wajah Kapten menunjukkan wajah heran seketika. "Apa itu?"

Aku menggenggam telapak tangannya. "Tolong ikut aku sebentar." Kapten menundukkan wajahnya dan terdiam sekejap. Apa aku melakukan kesalahan?

Dia membalas, "Ba-baiklah."

Aku ikut membatu, lalu melepaskan genggamanku. "Baiklah, ayo."

Kami berjalan menuju hanggar bersama dengan perasaan canggung. Kami biasanya membicarakan satu-dua hal ketika berjalan bersama. Namun kali ini, aku pun kesulitan untuk berucap bahkan satu kata. Reaksi Kapten saat aku menggenggam tangannya membuatku merasa bersalah.

Apa seorang anak buah berhak berlaku seperti itu kepada atasannya?

"Anu."

"Kapten."

Aku dan Kapten malah mengeluarkan ucapan secara bersamaan. Membuat suasana jadi makin canggung.

"Kapten duluan," ucapku.

"Kau duluan. Ini perintah!"

Aku menundukkan pandangan. "Pernah dengan prob antariksa yang digunakan untuk penjelajahan Daerah Belum Terjelajah?"

"Ah, aku pernah dengar ceritanya. Kalau tidak salah, jumlah prob yang diluncurkan sampai ratusan. Aku langsung terpikir biayanya ketika mendengar cerita itu."

Kapten menjawab pertanyaanku. Untung sekali aku bisa mencairkan suasana yang tadinya membuat kami sulit untuk saling bicara.

"Oh ya. Benda temuan tadi seperti apa?" tanya Kapten.

Aku menunda untuk menjawabnya. Tujuanku mengajak Kapten adalah untuk melihat langsung benda temuan tersebut di hanggar. Kami akhirnya tiba di platform rendah hanggar, tempat benda temuan tadi ditempatkan untuk sementara.

"Kapten, ini dia yang kami temukan. Sebuah otomaton pengintai milik Serikat. Kemungkinan besar, benda ini punya data lingkungan Sistem Gundarna." Aku menunjukkan benda besar itu saat kami berdiri di depannya.

Kapten Milla langsung mengamati otomaton itu dari berbagai sudut. "Prob antariksa?"

Aku mengangguk. "Benar. Vidi berhasil memindai benda yang penting."

Aku melihat Kapten memegangi telinga kanannya. "Saviela, segera ke hanggar sekarang juga. Kami membutuhkanmu untuk mengambil data dari sebuah prob antariksa."

Semua orang yang ada di hanggar menghampiri kami, bahkan mereka memanggil orang lain dari berbagai tempat. Masing-masing dari mereka memberikan pertanyaan bermacam-macam. Tetapi inti pertanyaan mereka adalah tentang benda temuan.

"Tenang sedikit, Anak-Anak. Ini adalah sebuah prob antariksa milik Serikat Sistem Independen. Sebelumnya benda ini terpindai oleh Vidi, lalu kita berhasil membawa benda ini ke sini," ucap Kapten.

Seorang perempuan muda berambut pendek biru tua memecah kerumunan dengan membawa perangkat komputer jinjing. Saviela, seorang Manusia wanita yang seumuran dengan Kapten datang setelah dapat perintah.

"Kapten, Senior, aku sudah siap!" ucap Saviela. Dia me-manggilku "senior" sebab dia lebih muda dariku, tetapi itu malah membuat orang lain ikut memanggilku demikian termasuk Anra yang dekat dengannya.

"Bagus! Langsung eksekusi," balas Kapten.

Aku bicara kepada kerumunan anak buah kapal. "Seperti yang kalian lihat, kami akan menyelidiki benda ini. Kalian kembali ke pekerjaan kalian masing-masing."

Para anak buah kapal membalas dengan sorakan sebelum membubarkan diri. "Yera-yera!"

Aku dan Kapten menunggu Saviela mengunduh data yang diperoleh dalam waktu yang cukup lama. Aku bisa membayangkan banyaknya informasi yang bisa didapat semenjak prob ini mulai mengorbit Gundarna. Sungguh, sebuah jejak penjelajahan yang sangat berguna.

Aku jadi teringat, aku belum melaporkan sisa-sisa kapal Republik kepada Kapten.

"Kapten. Tadi juga, kami menemukan puing-puing kapal Republik berukuran besar. Sepertinya, sempat terjadi pertempuran di sini sebelumnya."

"Sudah pasti mereka memperebutkan planet gas ini," balas Kapten.

Kapten menilik ke arah mata satu si otomaton prob. Pandangannya begitu tajam dan terpaku cukup lama. "Saviela! Prob ini masih aktif. Nonaktifkan segera!"

"Baiklah!"

Aku ikut melihat ke arah mata otomaton. Matanya mengeluarkan cahaya merah nyala-redup. Gawat, bisa jadi prob ini masih tersambung dengan pengendalinya.

"Sudah! Sudah, Kapten!" ucap Saviela.

Aku dan Kapten mengembuskan napas lega bersamaan. Mata otomaton yang berubah gelap membuat kami makin lega.

"Bagaimana dengan pengunduhan datanya?" tanya Kapten.

"Sebentar lagi," jawab Saviela. Tak butuh waktu lama, akhirnya pengunduhan data selesai. "Sudah, Kapten!"

"Baiklah. Kirim kepadaku semuanya, segera."

Saviela segera menutup komputer jinjingnya. "Baik, laksanakan."

Data yang dimuat oleh otomaton prob ini sudah didapat. Selanjutnya, aku dan Kapten perlu memeriksanya. Hanya Kapten dan aku selaku wakilnya yang berhak melihat informasi yang didapat. Aturan tidak ada yang berhak melihat peta selain kapten berlaku juga di sini.

"Kapten, kita pergi sekarang?" tanyaku.

Kapten Milla mengangguk. "Yap. Mari kita cari benda berharga lainnya di sistem ini."