"Kau, sialan!!!" teriak Beum, dia bahkan langsung mengeluarkan sebuah pistol membuat Felix melirik padanya.
"Jika kau menggunakan senjata dalam hal ini, jangan berharap aku menggunakan pukulan untuk membalas," tatapnya membuat Beum terdiam bahkan ragu untuk menarik pelatuk pistolnya, dia lalu menatap ke Neko yang menatap sedikit ke arahnya.
Tapi mendadak, Beum berteriak. "Lihat bukan! Apa yang aku bilang!! Kau memang gadis yang kotor!! Bahkan kau sekarang pindah pada pria lain!!" teriaknya membuat Neko terkejut mendengar itu.
"Sialan...." dia kesal dengan meremas bahu Felix yang menatapnya dengan diam.
"Kau tidak lain hanya orang yang aneh," kata Felix membuat Beum menatapnya.
"Sebaiknya pergi saja, jika ingin berurusan dengan nya, kau juga harus bisa mengatakan nada tinggi padaku, karena gadis ini sudah aku jadikan kucing pajangan ku, dia milik ku," kata Felix membuat Neko terkejut dan Beum juga mengepal tangan dengan begitu kesal.
Lalu Felix berjalan pergi dengan masih membawa Neko dan Neko menatap Beum dengan tatapan yang agak datar dan melirik.
---
Nampak Felix menatap ke ponselnya dengan serius di dalam mobil dan Neko ada duduk di depan nya.
Mobil itu merupakan mobil captain seat, jadi memiliki bangku yang berhadapan. Neko terdiam di tempat nya sambil melihat ke jendela.
"Kemana kau akan membawaku?"
"Kau bisa melihat nya nanti," balas Felix dengan masih fokus ke ponselnya.
Tapi Neko melihat ke tangan Felix, tampak tangan Felix terperban karena luka tadi.
"(Kenapa aku merasa sangat aneh ketika melihat sebuah darah dari tangan itu,)" ia terdiam dan menundukkan wajahnya.
Felix kebetulan melirik untuk melihatnya, lalu ia sendiri menghela napas panjang. "(Ketakutan nya akan darah memang sudah di mulai, aku mungkin akan membuatnya selamat dari ini semua.)"
--
Mobil terlihat berhenti dan Felix membuka pintu untuk keluar, dia menatap ke Neko.
"Tidak kah kau ingin keluar?" tatapnya membuat Neko masih diam. Karena dia memang tidak tahu apa yang sebenarnya membuat Felix membawa nya dan dia juga tidak tahu dimana tempat yang ia tempati saat ini.
Namun ketika sudah keluar, dia melihat sebuah kedai bunga kecil yang membuat nya terdiam melihat itu.
"(Apa yang terjadi? Kenapa kita ada di sini?)" ia bingung.
Lalu seseorang keluar dari kedai bunga itu yang rupanya Syung Ha. "Nona Neko!" dia langsung senang dan mendekat.
"Nona Neko, aku mendengar semua dari Tuan Felix, anda benar benar membelaku.... Terima kasih banyak," tatapnya membuat Neko masih tak mengerti.
"(Tunggu, jadi dia.... Memberitahu Syung ha?!)" Neko menjadi bingung.
Lalu Syung Ha memegang tangan Neko. "Nona Neko, ayo aku tunjukan sesuatu, aku senang anda bisa datang kemari," tatapnya dengan senyum manis lalu menarik pelan Neko masuk ke kedai itu dan Felix mengikutinya.
"(Tunggu, apa yang sebenarnya terjadi...?)" Neko masih benar benar tidak mengerti.
"Nona Neko, aku akan menunjukan sesuatu untukmu karena kau telah membela kakak ku," Seu menundukan badan pada Neko yang berdiri di samping Felix di sebuah toko bunga kecil. Sepertinya Felix memang sengaja membawa Neko kesana untuk mengetahui sesuatu.
"Lihat ini aku punya yang cantik," Syung ha menunjukan bunga mawar yang telah ada di vas, ia memberikannya pada Neko. Tapi Neko terdiam karena mawar itu berwarna merah.
"Apa kau... Ingin aku mengambilnya?" tatap Neko, tatapan nya memang seperti biasanya tapi sebenarnya dia gemetar tak tahu apa yang terjadi padanya.
"Ya, Nona terlihat suka mawar bukan...?" Syung ha membalas. Saat Neko akan mengambil vas itu, mendadak ia menjatuhkanya tanpa sengaja dan vas dan mawar itu jatuh pecah ke lantai.
Neko menjadi terdiam kaku, ia menjadi gemetar dan mundur perlahan. Di saat itu juga Felix mendekat dan menempelkan kepala Neko ke tubuhnya membuat Neko terdiam.
Lalu ia mulai menutup mata berbalik dan memeluk Felix. Syung ha yang melihat itu menjadi berwajah merah melihat mereka berdua.
Siapa sangka mawar itu memanglah membuatnya trauma.
Felix menatap serius pada pecahan vas di bawah itu. Ia juga merasakan Neko ketakutan melihat hal itu.
"Kau bisa keluar," tatap nya pada Syung ha, lalu Syung ha mengangguk dan berjalan keluar dari toko bunga itu. Toko bunga itu memang milik Syung ha sendiri karena itulah dia juga ada di sana.
Lalu Felix memegang bahu Neko yang masih memeluknya.
"Aku tahu, kau awalnya hanya mencoba tegas dan menutupi ketakutan mu, padahal kau benar benar takut akan hal ini... Sebenarnya, kau tidak perlu takut pada hal ini, kau seharusnya memang tidak bisa takut pada darah apalagi kau tidak berani meminumnya lagi. Nutrisi manusia dan tubuhmu jelas berbeda, jadi jangan biarkan tubuhmu takut dengan hal ini lagi," kata Felix.
"Tapi... Aku melihat mu terluka."
"Kau melihatku terluka apa kau langsung bersikap seperti ini? Bukan kah seharusnya kau bersikap keras? Tapi tak apa, kau sudah menunjukan hal yang bagus di sini," tambah Felix, ia memegang dagu Neko dan membungkukkan badan nya mendekatkan wajahnya ke wajah Neko yang terdiam.
"Ingat siapa dan kenapa kau menjadi milik seseorang sepertiku," kata Felix, ia lalu mencium bibir Neko.
Hal itu membuat Neko terkejut dan langsung menjauh darinya mengusap bibirnya. "Sekali lagi kau melakukan itu, aku akan lari," tatapnya dengan kesal.
"Kemana kau akan lari.... Kau tak akan bisa lari kemanapun, tak akan bisa," Felix menatap tenang.
Tapi Neko panik. "Aku.... Aku akan membunuh mu!"
"Apa yang akan kau gunakan untuk membunuh ku, dari mana kau mulai menyakiti ku, kau tak akan bisa melakukan itu," Felix kembali membalas merendahkan membuat Neko terdiam tak bisa apa apa hingga Felix mendekat dan memeluk pinggang Neko dengan satu tangan nya membuat Neko mendekat dan mencium bibir Felix di dalam kedai bunga itu.
Lalu dia mendadak mendorong Felix membuat tubuhnya menjauh.
"Itu sudah cukup...." dia menatap.
Tapi Felix menjadi memasang wajah datar dan siapa sangka, dia memegang kedua kaki Neko dan langsung mengangkatnya membuat Neko terbawa di bahunya.
"Akh! Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!?" dia terkejut panik.
Lalu Felix keluar dari kedai bunga dengan menundukan sedikit kepalanya karena pintu kedai yang terlalu pendek untuknya.
Dia memasukan Neko ke mobil dan siapa sangka, dia memangku nya.
"Lepaskan aku!" Neko mendorong nya untuk tubuhnya sendiri menjauh dari Felix.
"Tidak kah kau bisa menghindar nanti nanti saja.... Aku butuh permen untuk lidah ku," Felix menatap membuat Neko terdiam kaku.
Lalu ia mendekat mencium bibir Neko membuat Neko hanya bisa berkedut merasakan hal itu.
Hingga mobil sampai di rumah besar Felix. Terlihat dia keluar menginjakan kaki dan masih membawa Neko yang memeluknya erat menutupi wajahnya. "(Sialan... Kenapa dia tidak mau melepasku, ini benar benar begitu buruk...)" dia bahkan meremas baju bahu Felix.
Kemudian ketika sampai di kamar, Felix meletakan Neko terbaring membuat Neko langsung akan bangun dan merangkak keluar dari ranjang. Tapi Felix menahan kakinya membuat nya terkejut, apalagi Felix langsung menarik nya.
"Akh, lepaskan!" Neko memberontak.
"Oh, bukankah bayi di dalam perutmu adalah milik ku, seharusnya aku bisa membuat nya mengenal ku lebih lanjut," tatapnya pada Neko yang begitu terpucat.
Felix mengangkat baju Neko dan mencium perutnya bahkan juga semua tubuhnya, dia lalu membalikan tubuh Neko untuk tengkurap membuat Neko terkejut kesal.
Tapi tak sampai sana, Felix juga menggigit tali bra dan melepasnya membuat Neko telanjang seluruhnya karena Felix juga menarik celana Neko.
Dan sekarang gadis menawan itu sungguh telanjang membuat Felix menatap nya tajam dengan senyum seringai.
"A... Apa yang mau kau lakukan..."
"Ini begitu manis seperti permen bukan," Felix mendekat mencium lehernya membuat Neko menahan hal itu.
"Hentikan, aku tak mau kita seks..." tatapnya dengan tatapan ragu membuat Felix terdiam melihat itu bahkan dia hampir melamun.
"Aku tak mau!" Neko menambah membuat Felix tersadar dari melamun nya. Lalu ia menggeleng dan menatapnya. "Baiklah, tapi, kau harus mengganti waktu."
"Apa?! Kenapa aku harus melakukan itu!!"
"Karena, ini kebutuhan," tatapnya sangat dekat.
"(Lihat saja, aku akan pergi jika waktunya tiba....) Baiklah, tapi sekarang menyingkirlah..." Neko mendorong nya. Tapi siapa sangka Felix memegang paha Neko dan merapatkan nya, lalu memasukan penis nya ke selipan paha Neko yang ia buat.
"A... Apa yang kau lakukan!"
"Hanya ini satu satunya cara...." Felix menggerakkan tubuhnya seolah olah dia memasukan penis nya ke dalam tapi padahal hanya di selipan paha Neko.
--
"Hentikan.... Hentikan...." terdengar Neko terus mengatakan hal itu dengan lemas. Dan rupanya Felix masih menggunakan pahanya hingga di jam 12 malam.
"Bukankah kau harus merasakan nya juga?" Felix menatap paha Neko yang sudah benar benar merah sekali. Tapi ia membuka paha nya membuat Neko terkejut, dia mendadak mendekatkan wajahnya dan mencium paha Neko, tak hanya itu, dia mendekat dan memainkan vagina Neko dengan mulutnya.
"Ah!! Ah!! Hen.... Hentikan!! (Kenapa dia melakukan itu!!! Kenapa!!!)" Neko mencoba menahan.
Tapi mendadak Neko memasang ekspresi terkejut merapatkan pahanya membuat kepala Felix terjepit. Tapi ia kemudian memasang wajah bernapas pelan lalu perlahan menutup mata. Sementara Felix mengangkat kepalanya dengan menjilat bibirnya sendiri.
Ia melihat Neko yang menutup mata lemas. Lalu dia melepas baju atasnya, tepatnya dia ingin telanjang dada lalu mengambil selimut dan memeluk Neko dalam tidur.
Dia menatap wajah Neko yang terpulas menatapnya. Lalu dia menatap sangat dekat dan mendekatkan hidung nya menyentuh hidung Neko.
"Kau begitu menawan, kau begitu cantik, kau begitu manis, kau begitu harum, tapi itu semua tak bisa menutupi hati mu yang begitu buruk dan begitu liar.... Tidak kah kau bisa melihat dirimu sendiri... Awal dan akhir hanya akan menjadikan mu sebagai kucing pajangan," tatap Felix. Lalu dia memeluk Neko semakin erat membuat nya mencium kepala Neko dalam tidur.