Chereads / Drop Blood: The Successors / Chapter 12 - Chapter 12 Display Cat

Chapter 12 - Chapter 12 Display Cat

"Kim?!" Neko membuka pintu kamar dari dalam membuat Kim menoleh padanya.

"Ah, Nona Neko, senang bertemu dengan mu," Kim langsung menundukan badan.

Neko terdiam dan menggigit bibirnya dengan wajah yang begitu campur aduk karena dia bertemu Kim setelah dikabari bahwa Kim mati. Namun siapa sangka, dia malah menampar Kim membuat Kim terkejut memegang pipinya dengan wajah diam.

Dia memegang pipinya dengan masih menatap Neko menggunakan tatapan tak percayanya.

"Kau ini!! Kau benar benar sialan!! Bagaimana bisa kau melakukan ini!! Hanya karena masalah ku, dan aku mengamuk tak jelas, kau dengan berani berani nya datang pada pria itu dan minta dia untuk membunuh mu, apa kau sedang berpikir bodoh!" Neko menatap, dia berteriak tak terima.

Kim menjadi menurunkan tangan nya dari memegang pipinya yang merah karena tamparan tadi. Dia lalu menundukan badan dengan wajah kecewa.

"Aku benar benar minta maaf... Ini karena, anda sudah milik Tuan Felix, anda juga tidak suka aku mengikuti Tuan Felix... Tapi mau bagaimana lagi.... Hanya ada beberapa pilihan, yakni melindungi anda untuk nya atau mati di tangan nya," kata Kim.

"Kalau begitu mati saja! Kau menjadi bawahan nya, itu sama saja kau mengkhianati ku!"

"Tapi aku sedang melindungi anda... Hanya aku yang mengerti anda.... Dan di sini... Maaf lancang tapi, kau hanyalah sesuatu yang harus di lindungi," kata Kim.

Neko menjadi terdiam, dia lalu membuang wajah dengan kesal. "Kau benar benar sialan...." kata nya lalu berjalan pergi membuat Kim terdiam dengan wajah masih kecewa.

Setelah sarapan dan mandi, Neko berjalan dan duduk di sofa, terlihat ia memakai anting drop biru kristal yang di berikan Felix kemarin, dia terlihat sangat cantik menggunakan nya.

Lalu ponsel Neko berbunyi saat dia membaca buku di sofa, ia melihatnya dari Felix dan menerimanya.

"Kau sudah bangun? Kenapa tidak memberitahuku?" kata Felix.

"Apa aku harus melakukan itu seperti bayi untuk mu?"

"Bukankah kau memang seorang bayi."

"Apa yang kau katakan?!" Neko menjadi kesal.

"Kekeke.... Sebenarnya aku hanya ingin memberitahu aku akan pergi untuk 5 hari ke depan, aku tidak akan kembali selama itu untukmu."

"Itu tidak penting untukku, pergilah sejauh mungkin dan jangan tunjukan wajahmu padaku."

". . . Aku yakin kau akan merindukanku," kata Felix seketika Neko terkejut dan menutup ponselnya.

"Brengsek!!..." dia berteriak melempar ponselnya membuat Kim hampir terkena saat membawa teh untuk Neko.

"(Apa itu tadi?)" dia terdiam kaku.

"Gr... Dia pikir aku apa," Neko berteriak dengan masih kesal. Lalu dia menoleh ke Kim yang gemetar melihatnya.

"Berikan tehnya padaku."

"I... Ini," Kim memberikan nya dengan masih gemetar lalu Neko meminumnya.

"(Jika memang begitu... Kenapa dia bisa sesibuk ini... Pekerjaan nya benar benar aneh... Sama sepertiku dulu,)" dia terdiam memikirkan sesuatu.

"Nona Neko apa kau perlu sesuatu lagi?" tatap Kim yang masih berdiri di depan meja sofa nya.

"Apa yang akan kau lakukan jika aku tidak meminta apapun?"

". . . Mungkin.... Keluar... Laporan pada Tuan Felix."

"Kenapa kau mau dengan nya?!?!" Neko berteriak marah membuat Kim terdiam kaku.

"(Sepertinya aku mengacaukan mood nya.)"

Tak lama kemudian, Neko terdiam di depan jendela ruangan nya. Ia bahkan masih ada di rumah Felix yang besar hingga saat ini dan akan selalu ada di sana. "(Ini belum ada satu bulan aku di sini, tapi rasanya aku sudah bisa menerima semua hal ini.... Kenapa aku bisa menerimanya lebih baik dari pada yang lain nya, aku memakan daging yang salah dan apa aku selalu memakan sayur yang pahit setiap hari hingga aku harus tenang seperti ini, aku bisa akui aku tenang,)" pikirnya, lalu menoleh ke kaca besar yang tak jauh darinya. Ia melihat anting yang ia pakai sendiri dan melihatnya dari kaca itu.

Sementara itu di luar ruangan, Kim bersender di tembok sambil menghela napas panjang. Tapi tak lama kemudian Syung ha datang melewatinya, sebelumnya ia menyapanya. "Tuan Kim, selamat pagi."

"Oh pagi, apa kau ingin bertemu dengan Nona Neko?" tatap Kim.

Lalu Syung ha mengangguk.

"Masuk saja, dia ada di dalam," tambah Kim.

"Terima kasih," balas Syung ha, ia lalu berjalan masuk. Melihat Neko ada di jendela dan mereka sama sama menoleh.

"Nona Neko," Syung ha mendekat dan membungkukkan badan membuat Neko terdiam melihatnya. "Nona Neko, maaf mengganggu waktunya..." tatapnya.

"Kau tidak di tugaskan menjaga ku, kenapa ada di sini?" tanya Neko dengan nada sedikit tak peduli.

"Um..... Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada Anda karena anda telah membela kakak ku, meskipun sudah dari kemarin," kata Syung ha.

"Itu tak masalah," Neko hanya membalas cuek.

"Tapi.... Nona Neko, sebenarnya aku ingin bertanya sesuatu.... Sebenarnya aku kemari... Untuk menggantikan tubuhku sebagai kakak ku-

"Tidak bisa," Neko langsung menyela. Karena maksud Syung ha adalah, dia ingin menggantikan kakak nya sebagai pengganti darah untuk Neko sama seperti Neko menggigit leher Seu untuk mendapatkan darah.

"Tapi kenapa?" Syung ha menatap tak percaya.

"Itu karena dia sendiri yang memintanya, dia tak mau adiknya sama sepertinya, jadi kau hanya perlu fokus pada pekerjaan mu yang ini saja," kata Neko. Lalu Syung ha terdiam.

"(Tapi kenapa harus begitu?!)" Syung Ha benar benar terdiam, dia bahkan begitu kecewa ketika mendengar perkataan itu dari Neko.

"Kenapa masih di sini? Kembalilah ke tempat mu, kau hanya kemari ketika di panggil," kata Neko.

Tapi Syung Ha mengepal tangan. "Aku.... Aku benar benar minta maaf, aku berusaha melakukan apapun yang Anda suruh agar bisa memenuhi persyaratan seperti kakak ku..."

"Apa kau ingin menjadi pelacur seperti kakak mu itu?" Neko menatap seketika Syung Ha terkejut mendengar itu.

"Setelah kau lahir, dia mengatakan bahwa dia tak ingin adik nya menjadi seperti nya... Kau sudah di selamatkan olehnya, berterima kasih saja padanya...." kata Neko.

Hal itu membuat Syung Ha kembali diam lalu menurunkan pandangan nya dan menundukan badan. "Terima kasih, kalau begitu aku pergi...." dia berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Neko yang ada di kamar nya.

Lalu dia bertemu dengan Kim yang membuat mereka saling menatap.

"Terima kasih atas waktunya, aku pergi dulu," kata Syung Ha.

"Eh tunggu," Kim mendadak memanggilnya untuk menghentikan nya membuat Syung Ha menoleh.

"Apa yang kamu bicarakan dengan Nona Neko?" Kim menatap serius.

"Aku hanya.... Hanya masalah pribadi saja..."

". . . Kalau begitu katakan padaku jika perkataan Nona Neko kurang mengenakan, aku bisa meluruskan nya," tatap Kim.

Syung Ha terdiam sebentar, dia lalu menatapnya. "Aku adalah adik dari wanita yang selalu menemani Nona Neko... Aku ingin mendekati Nona Neko dengan menggantikan kakak ku yang sudah tiada, tapi dia menolak...." kata Syung Ha.

". . . Kenapa? Sebelumnya, apa pekerjaan kakak mu di samping Nona Neko?" tanya Kim.

"Hanya sebagai seseorang yang ada di samping nya dan membiarkan Nona Neko menggigit lehernya kemudian mengambil darahnya," kata Syung Ha.

Mendengar itu Kim menjadi tersenyum dan tertawa kecil. "Haha... Jadi, dia hanya sebagai makanan untuk Nona Neko?"

"Tapi tak hanya sebatas hal itu.... Kakak ku juga sangat akrab dengan nya.... Tapi tetap saja, yang paling penting itu dia benar benar beruntung karena Nona Neko bisa meminum darahnya," kata Syung Ha dengan kecewa.

"Hei," Kim menatap dengan panggilan pelan membuat Syung Ha kembali menatap nya.

"Begini, biar aku beritahu.... Sebenarnya, Nona Neko tidak membutuhkan darah dari seseorang lagi kecuali... Karena sekarang ini, dia sudah punya leher enak sendiri, yakni milik Tuan Felix... Dia menyukai darah milik Tuan Felix," kata Kim.

Seketika Syung Ha terkejut dan baru ingat. "(Benar juga... Tuan Felix dan Nona Neko tampak dekat, jadi mungkin ada hubungan di antara mereka, apalagi bayi yang sedang ada di perut Nona Neko.... Pastinya itu milik mereka berdua dan sekarang yang bisa memeluk Nona Neko hanyalah Tuan Felix...)" ia terdiam sedih.

"Ehem, kamu baik baik saja?" Kim menatap.

"Ah, iya.... Aku baik baik saja... Terima kasih informasi nya, aku pergi dulu..." balas Syung Ha lalu ia berjalan pergi membuat Kim terdiam bingung melihat nya pergi.

"(Sepertinya dia sedih...)" pikirnya.

Sementara itu di dalam, Neko masih di tempatnya yakni membaca buku dan duduk di sofa.

Tapi ia kemudian menutup bukunya dan menghela napas panjang. "(Ini membosankan....)" ia kembali berpikir hal itu lagi.

Tapi tiba tiba ia memikirkan Felix. "(Ck, kenapa aku terus memikirkan nya... Tidak mungkin, aku bukan orang yang seperti itu.....)" dia menggeleng cepat.

Namun siapa sangka bahwa ponselnya berdering dari Felix membuat nya terkejut.

"(Apa?! Bagaimana bisa??!! Tidak mungkin dia membaca pikiran ku dari jarak jauh?!)" dia panik hingga akhirnya mengangkat panggilan itu, meletakan ponselnya di telinga.

"Amai?" panggil Felix dalam suara ponsel itu.

"Apa?!" Neko langsung membalas begitu.

"Aku tidak tuli kau mengerti... Kenapa harus berteriak?" Felix bertanya dengan nada yang begitu santai.

"Ck, kenapa kau menghubungiku?"

"Aku lupa memberitahu mu sesuatu... Lihat foto yang aku kirim," kata Felix.

Neko terdiam bingung, dia lalu membuka pesan di kontak Felix dengan panggilan yang masih terhubung.

Seketika dia terkejut karena itu adalah sebuah foto yang berisi leher Felix dengan adanya tato kalajengking itu karena Neko belum melihat tato itu.

Seketika dia berwajah begitu merah menutup mulutnya. "(.....Ke... Kenapa itu sungguh... Sangat bagus....)" Dia terdiam kaku. Tapi ia mendadak menggeleng begitu cepat. "(A... Apa yang sedang aku pikirkan?!)"

"Bagaimana? Apakah itu bagus? Sesuai permintaan mu," kata Felix dalam panggilan.

"A... Aku tidak meminta kalajengking...."

"Tapi itu cukup bagus mengisi permintaan mu yang ingin tato di leherku," kata Felix membuat Neko tidak tahan lagi dan menutup panggilan begitu saja bahkan ia sampai melempar ponsel itu ke sisi sofa lain.

"(Sialan.... Aku ingin melihat dari dekat.....)"