Chereads / Drop Blood: The Successors / Chapter 10 - Chapter 10 Display Cat

Chapter 10 - Chapter 10 Display Cat

Hari selanjutnya Neko membuka mata perlahan.

Dia mencoba membuka mata besar dan bangun duduk perlahan. "Apa yang terjadi.... Ah!?" dia terkejut membuka selimut dan terlihat kedua pahanya memerah sangat merah dan di samping nya tak ada Felix.

"(Sialan..... Dia benar benar merusak kaki ku!!!!)" dia tampak kesal.

Lalu ia mencoba berdiri dengan kaki gemetar dan berjalan ke kamar mandi.

Setelah itu tampak ia duduk di kursi sofa kamar nya dan menghela nafas panjang.

"Aku tenang--

Drak!

Suara pintu terbuka memotong ketenangan nya yang rupanya itu Felix membuat Neko terkejut melihat itu.

Felix menatapnya dan di sini, pakaian pria itu sudah rapi yang artinya dia bangun duluan dari Neko.

"Bagaimana tidur mu?" dia menatap berdiri di hadapan Neko membuat Neko terdiam menatapnya. Lalu ia menghela napas panjang.

"Aku tidak mau melakukan itu lagi," Neko tampak suram.

Tapi ada yang mengetuk pintu dan membukanya, hanya seorang lelaki dengan baju pengawalan. Lelaki itu berdiri di depan nya. "Mohon bantuan nya, aku sekarang akan menjadi pendamping mu," dia menundukkan badan nya.

"Apa maksudmu?" Neko menatap tajam.

Felix yang ada di samping lelaki tadi mengatakan sesuatu. "Aku akan pergi beberapa hari, aku juga pastinya tak akan bisa melindungi mu jadi dia menemanimu," kata Felix, lalu ia berbalik dan berjalan pergi begitu saja.

"Apa! Tapi aku sudah cukup bersama Kim!" Neko berteriak tidak terima.

Tapi suasana terdiam karena Felix juga terdiam. Lalu dia membalas dengan tatapan tajam.

"Apa kau baru saja berpikir bahwa anjing mu masih sisa, kau tidak berpikir mereka sudah mati?" tatapnya.

Seketika Neko yang mendengar itu menjadi terkejut diam, ia bahkan seperti memasang wajah baru sadar. "(A.... Apa yang terjadi.... Apa yang terjadi pada Kim memang nya....)" ia gemetar, bahkan ia tak bisa berkata kata. Ia ingat bahwa dia berteriak marah pada Kim yang membuat hati Kim terluka dan pergi meninggalkan nya, karena itulah Kim tak terlihat sangat lama juga semenjak Neko di tempat Felix.

"Di.... Dimana dia, dia tidak mati bukan?! Dia tidak kau bunuh bukan?!" Neko menatap membuat Felix membalas.

"Tentu saja, dia mati," balasnya membuat Neko terkaku.

Lalu Felix membalik badan menatapnya dan mengatakan. "Lagi pula ini sudah waktunya kau berganti pengawal yang lebih kuat dan tidak akan membiarkan mu melawan sendirian, dan juga, bisa melawan egoisme mu demi keselamatan mu juga," kata Felix, lalu ia berjalan pergi.

Neko masih terdiam ketika mendengar bahwa Kim mati dari Felix. "(Kim.... Kau sialan.... Sialan.... Kenapa kau harus mati.... Hyun dan Jun memang sudah mati duluan, tapi kenapa kau menyusul mereka.... Sialan kau Kim.....)" Neko tampak kesal menggigit bibirnya sendiri.

"Nona...." lelaki pengawal tadi menatap Neko yang hanya diam.

Hal itu membuat Neko melihatnya dengan wajah kesal dan tidak suka. "Cih... Aku tak ingin apa apa," Neko menatap kesal dengan tatapan sangat tidak suka membuat lelaki itu terdiam tak tahu harus apa.

Tapi ada sesuatu yang muncul di halaman depan rumah Felix, keluar dari para mobilnya, dia rupanya adalah Direktur Ha cuen, siapa sangka dia masih mau muncul. Bahkan masih bisa bisanya menginjakan kaki masuk ke dalam rumah Felix.

Arthur keluar untuk mendekat. "Direktur Ha, apa yang anda lakukan disini?"

"Aku hanya ingin bertemu dengan Tuan Felix. Aku ingin meminta maaf pada apa yang terjadi, tapi aku juga harus menuntut sesuatu pada apa yang terjadi dengan Direktur Han," Ha Cuen membalas.

"Tapi... Tuan Felix sedang pergi karena urusan kantor."

"Cih... Bagaimana bisa dia melakukan itu, dasar sibuk.... Sudahlah, biarkan aku mampir disini, perjalanan ku tadi jauh," Ha Cuen berjalan masuk ke rumah Felix begitu saja dengan para asisten nya.

--

Sementara itu Neko keluar dari ruangan nya, dan pendampingnya tadi melihatnya karena dia dari tadi ada di depan ruangan Neko.

"Nona Amai... Anda akan kemana?" dia berjalan mengikutinya.

"Aku hanya akan pergi sebentar, haruskah kau mengikuti ku yang hanya berjalan keluar dari kamar," Neko membalas sambil tetap berjalan.

"Tapi, Tuan Felix bilang, anda tak boleh keluar dari kamar. Jika butuh sesuatu, aku bisa melakukan nya," lelaki itu tetap mengejarnya.

Tapi siapa sangka dia bertemu dengan Ha Cuen di lorong rumah. Mereka saling menatap terkejut dan berhenti berjalan.

"(Hah... Itu gadis sialan itu....!! Dia yang telah membuat Felix membunuh Direktur Han! Lebih baik aku harus terlihat tenang.)... Hahah... Rupanya ada disini, apa yang sedang kau lakukan disini, membuatku rugi besar huh," tatap Direktur.

"(Dia... Gadis.... Sialan itu?!)" salah satu asisten Ha cuen menatap menerkam. "(Direktur bilang, gadis itu harus di bunuh di manapun dia berada.... Jika aku membunuhnya, direktur Ha cuen pasti akan bangga,)" ia berencana melakukan sesuatu.

"Seharusnya aku yang bertanya begitu," Neko menatap dengan santai dan tenang.

"Kau..." Direktur menjadi kesal. Tapi tiba tiba Salah satu bawahan Direktur Hue Cuen melempar sebuah pisau dengan cepat.

"Apa yang...?!" Direktur yang ada di sampingnya pun terkejut sendiri.

Pisau itu mengenai kepala Neko membuatnya memiringkan kepalanya.

"(Itu sudah pasti akan kena mulutnya, merobeknya,)" batin asisten Direktur itu.

"Nona...." pendampingnya menatap biasa pada Neko.

Perlahan Neko memperbaiki posisi kepalanya dengan menatap mereka.

Seketika mereka terkejut karena rupanya pisau itu tidak merobek kepalanya melainkan ditangkap oleh gigi Neko sendiri. Dia tersenyum dengan pisau di gigitan nya lalu menjatuhkannya membuat mereka terkaku.

"Lebih baik anda kembali terlebih dahulu Direktur, setelah Tuan Felix kemari, kami akan mengkabari anda," kata pendamping Neko itu.

"Cih... Baiklah... Kau kemari," Ha cuen menatap asisten nya tadi yang menjadi terkejut. Sepertinya akan ada sesuatu yang membuatnya mati karena hukuman Ha Cuen.

--

"Nona Amai, anda harus tetap di kamar ini," kata lelaki pengawalnya yang memblokir pintu keluar kamar Neko dengan tangan nya.

"Cih, memang nya kenapa.... Bukankah dia hanya meminta mu menjaga bayi ini... Bukan aku," Neko menatap tajam. Tapi pengawal itu terdiam sebentar. "Bayi? Aku tidak tahu soal itu."

". . . Lalu, bagaimana kau di suruh olehnya?"

"Tuan Felix mengatakan bahwa aku harus menjaga anda, tak boleh ada luka di tubuh anda dan tak boleh mengerjakan pekerjaan berat, cara aman ya hanya diam di kamar," balas pendamping nya.

"Cih, ini cukup membosankan.... Cairkan suasana, beritahu aku nama mu," Neko menatap tajam.

"Aku.... Aku. . . . Adnan, aku pengawal terusan, dulu aku mengikuti Direktur yang dulu, tapi Tuan Felix menjadi menyewa ku begitu tahu bahwa aku bisa di percaya," kata lelaki itu yang rupanya bernama Adnan.

". . . Itu membosankan...." Neko langsung mengatakan itu membuat Adnan terluka dengan perkataan itu.

Tapi ia terpikirkan sesuatu, yakni dia ingat perkataan Felix. "Gadis itu, dia suka membaca buku, suruh dia ke perpustakaan atau ambilah buku yang menarik untuk nya."

"Ah, aku mengerti," Adnan langsung tersenyum senang membuat Neko terdiam melihat nya.

"Nona Amai, tunggulah di sini sebentar," tambahnya lalu berjalan keluar dari kamar itu.

Neko masih diam, dia lalu menghela napas panjang dan meletakan kepalanya menatap langit langit. "Ha.... Dimana sebenarnya Kim... Apa dia benar benar mati....?" ia terdiam.

Tapi ia juga terpikirkan sesuatu. "(Apa kedepan nya.... Aku juga akan tinggal di sini terus menerus.... Apakah hal ini memang benar.... Jika memang begitu, aku tidak percaya.... Karena... Masa lalu tetaplah masa lalu, termasuk orang orang yang begitu bangsat mempermainkan ku....)" Neko tampak memasang ekspresi kesal dan putus asa.

Tapi ada yang mengetuk dan membuka pintu yang rupanya itu Adnan. "Nona Amai, aku membawakan buku untuk anda baca," dia membawa beberapa buku dan meletakan nya di meja depan Neko.

"Kenapa kau melakukan ini?" Neko menatap bingung.

Adnan terdiam sebentar, dia lalu membalas dengan nada ragu dan takut salah. "Um, itu karena, anda suka membaca buku...." tatapnya.

"Ha.... Baiklah," Neko menghela napas pasrah dan mengambil satu buku lalu membacanya.

Sementara itu, Felix ada di kantornya, dia berjalan di Koridor perusahaannya sambil mengendurkan dasinya. "(Aku tidak bisa pulang hari ini....)" pikirnya, ia mengambil ponsel dari sakunya dan melihat nama kontak Adnan.

--

"Nona Amai," Adnan terlihat datang ke kamar Neko dan Neko masih membaca bukunya.

"Sepertinya, Tuan Felix harus keluar kota... Jadi, tak bisa pulang hari ini hingga besok," kata Adnan.

"Hm... (Memang nya aku pikirkan... Aku tak peduli....)" Neko berwajah tak peduli dengan fokus membaca buku membuat Adnan terdiam.

"(Mungkin aku harus bisa membangun ikatan antara Nona Amai, agar aku bisa berkomunikasi dengan baik dan kedepan nya, dia akan nyaman dan menerima ku, Tuan Felix juga tidak akan membunuh ku....)" pikirnya dengan berpikir serius.

Tapi Neko masih berpikir lain. "(Aku benar benar bosan di dalam sini.... Jika itu Kim, pastinya dia akan menawarkan pergi keluar, tak peduli bahayanya, dia pasti bisa melindungi ku... Aku ingin sekali keluar... Bagaimana caraku bisa keluar dari kamar ini.... Ini kedua kalinya aku menjadi kucing pajangan... Hanya karena bayi di perutku.... Apa yang harus kulakukan....)" ia terdiam dengan wajah putus asa.

"Nona Amai," lalu terdengar Adnan memanggil membuat Neko menoleh dengan lirikan nya.

"Sebelumnya aku ingin meminta kerja samanya.... Karena anda harus terbiasa dengan ku, jadi jangan sungkan untuk meminta sesuatu padaku, dari yang wajah anda tunjukan... Anda seperti tidak nyaman," tatap Adnan.

"(Tidak kah dia sadar, perlakuan nya saja sudah mengganggu apalagi perkataan nya sekarang ini...) Ck, kalau begitu aku ingin meminta sesuatu," tatap Neko.

Adnan terdiam lalu menunggu.

"Aku ingin keluar dari sini," tatapnya.

"Eh, tunggu.... Tidak, anda tidak boleh," Adnan langsung menggeleng membuat Neko kesal. "Kalau begitu keluarlah! Kau mengganggu!" teriak Neko membuat Adnan terkejut.

"Tapi.... Tapi.... Nona Amai, ini demi kebaikan anda, aku terpaksa harus melarang."

"Aku bilang keluar!!" Neko berteriak lagi membuat Adnan tak bisa apa apa, lalu dia kecewa dan menundukan badan lalu berjalan keluar.