--
--
Hal ini terjadi sudah sangat lama. Saat itu Neko mendapat pesan dari Seu di Ponselnya. "Nona Neko apa kau ingin keluar bersama ku, aku kebetulan ada di luar," kata pesan Seu. Neko menjadi terdiam sebentar.
"Aku tak pernah menerima hal ini," ia berpikir tapi tak lama pesan Seu muncul lagi.
"Please... Aku ingin menunjukan sesuatu."
Sekali lagi Neko terdiam berpikir dan menghela napas panjang. "Haiz... Terserah," ia berdiri dan menerima ajakan Seu.
Tak lama kemudian, nampak Neko keluar dari mobil, ia melihat ke sekitar di kota yang ramai dan melihat ke ponselnya.
"(Dia bilang ada disini.)"
Lalu ia melihat ke Hyun yang ada di dalam mobil supir. Neko mendekat ke kaca. "Pergilah, aku akan memintamu menjemputku lagi nanti," kata Neko. Lalu Hyun mengangguk dan menjalankan mobilnya pergi.
Neko berniat mencari Seu sambil mengirim pesan pada Seu. Tapi di jalan ia melihat seorang wanita yang terdiam kesakitan dan kesusahan sambil melihat ke sepatunya sendiri yang lepas tali sepatunya. Dia kesusahan karena dia sedang hamil besar. Neko terdiam, ia hanya cuek saja sambil melihat ke ponselnya karena itu memang sifatnya. Dia tak peduli meskipun sudah melihat nya.
Lalu ada pesan masuk dari Kim. "Anda dimana?" tanya pesan Kim.
"Cih... Aku sedang keluar, jangan bertanya lewat ponsel," kata Neko dengan kesal. Lalu ia kembali melihat ke wanita hamil tadi yang masih bingung dengan tali sepatunya.
Neko menjadi menghela napas dan mendekat.
--
"Aduh... Ini susah," wanita itu menjadi bingung lalu ia melihat seorang gadis yakni Neko berdiri di depannya.
Ia melihat. "Oh halo... Bisa aku minta tolong padamu, aku benar benar kesusahan."
Neko terdiam dingin lalu berlutut mengikat tali sepatu wanita itu.
Setelah itu Neko berdiri dan seketika wanita itu memberikanya uang selembar. "Terima kasih, aku benar benar beruntung dan terselamatkan," kata wanita itu tapi Neko terdiam dan menggeleng pelan.
"Aku tidak mau itu."
"Ah.... Gadis baik, terima kasih sekali lagi," wanita itu menatap ramah. Tapi tak disangka sangka Seu datang mendekat. "Ibu..." dia mendekat dari belakang Neko sambil memanggil wanita itu dengan sebutan "Ibu."
Saat Neko menoleh Seu menjadi terkejut. "No... Nona Neko, apa yang kau lakukan bersama ibu ku?!"
". . . Ibu mu?" Neko menjadi bingung. Rupanya wanita yang hamil besar itu adalah ibu dari Seu.
"Seu... Kau kenal gadis baik ini?" wanita itu menatap.
--
Mereka bertiga memutuskan untuk mengobrol di kafe.
Seu dan ibunya duduk menghadap Neko yang ada di depan mereka.
"Nona Neko, maaf telah membuat mu datang kemari, aku tahu kau tidak terbiasa dengan hal ini," kata Seu.
Neko hanya terdiam meminum teh hangat nya.
Lalu ibu Seu berbisik. "Siapa dia Seu?"
"Dia—
saat Seu akan memberitahu nya, tiba tiba Neko menyela mengatakan sesuatu.
"Tidak sepatutnya wanita hamil keluar sendirian."
Lalu ibu Seu membalas. "Sebenarnya Seu mengatakan ingin membawaku menemui seseorang yang di kagumi nya, rupanya aku telah melihatnya dan apa yang di katakan nya benar benar sama."
"Tadi aku hanya sedang mencari anda dan rupanya anda sudah bersama dengan ibu," tambah Seu.
"Jika kau bilang dari awal, maka aku tidak usah memanggilmu lagi dan kau bisa merawat ibumu," kata Neko.
"Apa maksudmu, apa kau akan mencari pengganti ku nantinya?"
"Mungkin."
"Tidak... Aku tidak mau, Nona Neko. Aku tidak mau ada yang menggantikan ku di saat aku sedang seperti ini," Seu menolak tapi Neko menjadi melirik nya tajam membuat Seu terkaku.
"Sebenarnya tidak apa apa... Aku bisa merawat diriku sendiri, kau bisa memanggil seu kapan pun kau mau," Ibu Seu menatap.
Lalu Neko meletakan gelasnya dan berdiri.
"Kau sudah bilang seperti itu, jangan menyalahkanku atas apa yang akan terjadi nanti," tatap Neko. Lalu dia berjalan pergi.
"Ibu... Apa ibu benar benar baik baik saja?" tatap Seu dengan khawatir.
"Jangan khawatir, tapi sebenarnya kau bekerja apa padanya, Seu?"
Seu menjadi terdiam, lalu ibunya melihat ada bekas gigitan di leher Seu. Karena ibunya tidak tahu ia hanya memasang wajah bingung dan diam saja.
"Kamu baik baik saja kan? Dia tidak memperlakukan apapun padamu? Karena sikapnya...." Ibunya memegang kepala nya.
"A... Aku baik baik saja, dia akan memanggilku setiap malam, jadi aku akan berangkat malam hari. Apa ibu bisa semalam tidur agar aku pergi dengan tenang."
"Apa kau begitu mencemaskan ibu?"
"Tak hanya ibu, tapi juga adik ku nanti..." kata Seu sambil memegang perut ibunya.
"Tak apa Seu, lakukan saja perintah nya, aku tahu dia atasan untuk mu, jangan khawatir, ibu akan langsung tidur malam," balas ibunya lalu Seu bisa tersenyum senang.
-
Saat itu juga setiap malam Seu terus terpanggil oleh Neko. Ia melakukan pekerjaan nya, menunggu Neko di bar biasa Neko datang untuk menggigit leher Seu. Karena saat itu, saat saat masih belum memulai apapun, apalagi mengenal Matthew.
Neko memang selalu mampir ke bar untuk minum, tapi bukan minum alkohol, dia hanya minum dari darah Seu saja, tapi dia juga terkadang banyak tidak datang ke bar karena pekerjaan nya, hal itu membuat Seu hanya menunggu di bar hingga tengah malam tanpa bertemu Neko. Ia juga tidak akan sudi di sewa orang lain.
Hingga malam terakhir ia berada di dalam mobil Neko.
"Bagaimana dengan keadaan ibumu itu?" tanya Neko yang bertanya sambil membaca buku.
Seu terdiam, ia mengingat sesuatu saat sebelum bertemu Neko, tepatnya saat ia akan berangkat dan masih di rumah.
Ia melihat ibunya duduk dengan kesakitan dan menghela napas beberapa kali.
"Ibu, kau baik baik saja?"
"Aku baik baik saja, cepat lah pergi temui dia," balas nya seperti menutupi kesakitan nya.
"Dia akan melahirkan 4 hari lagi," kata Seu yang bicara pada Neko di mobil.
"Lalu dia sudah dirumah sakit?" tanya Neko.
"Tidak..." Seu menggeleng seketika Neko menutup bukunya.
"Keluarlah!" ia juga tiba tiba berteriak.
"Ah... Apa maksud anda--
"Tolonglah dia!" teriak Neko.
"Nona Neko, apa maksudmu?"
"Kau tidak mau menyalahkan aku atas ini bukan, jalankan mobilnya," kata Neko. Lalu Hyun menjalankan mobil nya ke rumah Seu.
Sesampainya di rumah Seu, ada ambulan disana. "Apa yang terjadi?" Seu terkejut melihat situasi itu dan akan beranjak keluar tapi Neko menahan nya.
"Tetaplah disini, ikuti ambulan itu," Neko menahan tangan nya. Lalu mereka mengikuti ambulan hingga ke rumah sakit.
"(Apa yang terjadi pada ibu?)" Seu khawatir dan langsung keluar dari mobil.
"Hei Seu!!" Neko berteriak memanggil untuk tetap di dalam mobil, tapi Seu malah berlari duluan meninggalkan nya.
Neko hanya terdiam dingin di bangku tengah mobilnya.
"Bos... Apa perlu aku menangkap nya?" tanya Hyun dari bangku supir. Tapi Neko hanya diam dengan aura nya.
Sementara itu Seu berlari ke dalam ruang operasi tepat dimana kereta ranjang ibunya ada disana.
"(Ya Tuhan, aku mohon jangan sampai terjadi apa apa, aku ingin melihat kondisi ibu saja.... Seharusnya aku tidak meninggalkan nya tadi,)" ia berpikir berat dengan panik mengejar kereta ranjang ibunya.
Tapi seorang perawat menahan nya.
"Maaf... Kau tidak bisa masuk," dia menatap.
"Tapi, aku hanya ingin melihatnya sebentar!" Seu menjadi keras kepala.
"Maaf, tapi silahkan menunggu, anda tidak boleh mengganggu di dalam," balas Perawat yang lalu berjalan pergi. Seu menjadi terdiam berdiri di depan pintu operasi.
"Apa yang harus kulakukan...." dia menurunkan tubuhnya putus asa. "(Ini semua salah ku... Ini semua salahku..... Salahku.... Pokoknya salahku,)" ia memegang kepala nya dengan strees.
Pikiran nya kemana mana, berpikir ibunya dan adiknya tak akan selamat. "(Aku mohon Selamat kan mereka berdua... Aku seharusnya tidak meninggalkan ibu sendirian... Nona Neko bahkan juga tahu bahwa ibu sudah saat nya di rumah sakit, tapi mau bagaimana lagi.... Aku belum memiliki biaya pengobatan yang cukup,)" Seu menjadi memperbanyak pikiran nya, lalu datang perawat tadi. "Apa anda dari keluarga pasien tadi?" tanya nya.
"Ya, itu aku," Seu langsung berdiri.
"Anda akan di tunggu di meja administrasi segera ya," kata perawat itu, lalu ia kembali berjalan pergi.
Di saat itu juga, beban pikiran Seu benar benar bertambah. "(Dari mana aku akan dapat uang nya?....)" ia kembali duduk menjatuhkan diri. Seperti orang yang banyak pikiran soal uang.
Lalu Neko berjalan mendekat dan rupanya dia memang datang menghampiri Seu.
"Sebelum ada 2 minggu terakhir, wanita hamil harus berada di rumah sakit dan kau bilang 4 hari lagi dia akan melahirkan, itu sudah terlambat untuk berjalan, kau harus tahu itu," kata Neko.
"Apa.... Apa yang harus kulakukan sekarang, aku tak mau kehilangan mereka," Seu menjadi menangis. Neko hanya terdiam dan berbalik tak peduli.
"Ini bukan salahku kan, ini kesalahanmu sendiri," lirik Neko dan berjalan pergi lagi, seketika Seu terkejut kaku.
"(Nona Neko... Kenapa anda seperti ini.... Meninggalkan ku tanpa apapun...)" Seu menjadi putus asa. Lalu beberapa menit kemudian, ia datang ke meja administrasi.
"Permisi... Anu... Aku ingin menandatangani nya," tatap nya dengan ragu.
Lalu perawat itu menoleh. "Oh... Sudah di bayar," balas Perawat itu.
"Apa? Maaf?"
"Sudah di bayarkan oleh orang lain," balas kembali perawat itu.
"Hah!?" Seu langsung terkejut.
"Dia juga telah menandatangani tanggung jawab pasien dan rumah sakit dan telah melunasi langsung, anda tinggal menunggu operasinya selesai," kata perawat itu.
"(Siapa yang melakukan itu.....??) Anu, kalau boleh tahu, siapa yang melakukan itu?" Seu menatap.
"Tadi ada perempuan kemari dan mengatakan ingin mengisi administrasi pasien yang baru datang," kata perawat itu.
"(Apa jangan jangan... Nona Neko?!)" Seu terdiam tak percaya. "(Ba.... Bagaimana bisa, Nona Neko, aku pikir dia hanya bersikap sangat buruk dan dingin tak peduli, tapi apa alasannya membantu ku....)" Seu benar benar masih ragu dengan pertolongan Neko.