Samantha benar-benar memanggil nama Timothy...
Rasanya seolah-olah batu besar telah dilemparkan tepat ke dalam danau di dalam hati Timothy, menyebabkan badai ombak yang mengamuk. Bibirnya terbuka perlahan atas kehendak sendiri dan dia merespon dengan suara yang sangat pelan. "Ya, saya di sini."
Seperti sebelumnya, jawabannya kapanpun dia dipanggil adalah 'Saya di sini'.
Namun, detik berikutnya, suara bisik Samantha tiba-tiba berubah menjadi dingin dan marah. "Pergi!"
Ketika dia mengatakan itu, tangannya bergerak serempak dengan katanya dan dia mengangkatnya, mendorong kedepan dan menolak Timothy menjauh.
Samantha tidak memiliki kekuatan sebanyak itu ketika dia tidur, namun tubuh Timothy masih terdorong dengan keras ke belakang. Dia terhuyung beberapa langkah dan hanya bisa berdiri tegak setelah meletakkan tangannya di meja samping tempat tidur.
Dia merasa seolah-olah ember air dingin telah menyiram bara harapan yang baru saja mulai menyala.
