Iona melibas kepalanya untuk melihat ke arah pintu. Siapa yang bisa datang pada saat seperti ini? Tidak ada seorang pun yang bisa membuka pintu karena terlindungi oleh mantra. Kecuali… Yion. Dia meniup nyala lilin dan dengan tenang berjalan melintasi permadani menuju dekat pintu, siap membunuh jika ada yang berani masuk. Dia melihat kekacauan buku yang telah dia timbulkan bersama wanita itu. Dua buku terbuka di sofa, sementara lima lainnya tertumpuk di meja. Satu berada di permadani dan satu lagi di kursi berlengan. Dia mencemberutkan bibir dan mengatupkan rahangnya begitu kencang hingga giginya terasa sakit. Dia berharap orang di luar tidak masuk ke ruang kerja, atau dia akan harus menghadapi mayat lain.