Chereads / Pasangan Rahasia ku / Chapter 1 - Bab 1

Pasangan Rahasia ku

Pengen_tau_aja
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bab 1

Sekar sedang asik mendengarkan musik melalui earphone miliknya. Sekali-kali tubuhnya meliuk ke-kanan dan ke-kiri, mengikuti musik yang mengalun merdu di telinganya. Tangannya terlihat aktif merangkai kata demi kata yang ia tuliskan di sebuah buku diary miliknya. Dia menghafalkan lagu itu, lalu menulisnya di buku diary.

Sampai sebuah ketukan pintu mengganggu aktivitasnya.

"Sekar! Sekar! Keluarlah!"

Gedoran pintu begitu mengusik, bahkan suara earphone milik Sekar-pun tak dapat meredam suara berisik itu.

"Ya, sebentar."

Sambil berdiri dari duduknya, Sekar ngomel-ngomel sendiri.

"Apa sih, gedor-gedor pintu orang sembarangan? Apa nggak malu apah di dengar tetangga?" cibir Sekar sambil berjalan menuju pintu.

Saat ia membuka pintu kamarnya, ia mendelik bosan pada ibunya.

"Ada apa, Mother?" tanya Sekar.

Ibu Sekar mendengkus, "Mother, Mother, panggil aku mamah. Kamu tahu -kan, mamah? M-A-M-A-H. Dibaca, mamah." dengan sabarnya ibu Sekar mengeja itu di depan Sekar.

"Ya, seterahlah. Kenapa Mamah ke kamarku?" tanya Sekar sedikit tidak suka ketika ibunya datang mengganggu aktivitas kesukaannya.

"Kamu berdandanlah sedikit lebih cantik. Di bawah ada teman ibu dan anaknya. Cepat, ganti bajumu dan berdandan!" ucap Ibu Sekar sambil mendorong anaknya untuk masuk ke dalam kamarnya.

Sekar mendelik bosan, "Ibu, aku tidak mau menemui teman ibu? Lagipula, aku banyak tugas sekolah!" bohong Sekar.

"Alah, kaya ibu tidak tahu aja

kelakuanmu. Cepat ganti pakaianmu dengan lebih bagus dan dandanlah secantik mungkin, atau tidak ibu tidak akan memberi uang jajan untukmu lagi!" ancam ibunya Sekar.

Sekar memanyunkan bibirnya ketika mendengar ancaman dari mulut ibunya.

"Ya, baiklah. Tapi janji, lebihkan uang jajanku untuk besok," pinta Sekar sedikit memaksa.

"Ya, ibu akan turuti keinginanmu. Sekarang, turunlah. Ayahmu, menunggumu dibawah."

Sekar segera memilih pakaian terbaiknya dan setelah berdandan tipis, barulah ia turun ke bawah.

Saat dia turun dan mendekati Ayah dan Ibunya. Ayahnya langsung tersenyum ke arah Sekar.

"Perkenalkan, ini putri saya Sekar Vilonne." Sekar tersenyum kepada kedua orang itu.

Mata Sekar sedikit membola ketika melihat seorang lelaki yang sudah tak asing lagi di matanya, kini tengah duduk bersama dengan seorang wanita paruh baya yang tidak terlalu Sekar kenal.

"Sekar, dia calon suamimu."

Sekar mendengar itu nafasnya seakan sesak bahkan ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sementara lelaki itu malah melempar senyum yang terlihat bodoh di mata Sekar. Ingin sekali Sekar memukul wajah lelaki itu dengan tangannya.

Lelaki itu berdiri dengan senyum tipis di wajahnya. Ia membetulkan letak kacamatanya sebelum memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan, saya Samuel Raguez. Senang berkenalan dengan kalian semua."

Mendengar itu, alis Sekar berkedut hebat.

"Siapa yang ingin mengetahui namanya?" gumam Sekar mendesis tidak suka.

Ia melirik tajam ke arah Samuel. Ibu Sekar yang melihat kelakuan putrinya yang seakan ingin memakan anak sahabatnya itu hidup-hidup segera menghampiri Sekar dan merangkulnya.

"Haha... maafkan anak saya. Mungkin

dia agak gugup melihat lelaki, karna biasanya yang sering main ke rumah adalah perempuan. Hahaa...." tawa Ibu Sekar yang dibuat-buat, padahal ia sedang berdusta.

Sekar memandang ibunya cukup intens, Pembohong handal!" desis Sekar tepat di telinga ibunya.

Kau juga sama. Karna kamu adalah anakku, tentu kita akan memiliki sifat yang sama," balas Ibu sekar tidak mau kalah.

Sekar terpaksa duduk di depan Samuel dan ibunya, padahal dia sangat ingin kabur dari situasi yang tidak kondusif ini. Bahkan berkali-kali kaki Sekar berkeringat.

'Entah kenapa, aku ingin sekali boker sekarang!'batin Sekar berteriak, menahan gejolak hebat di perutnya.

"Sekar, Ayah dan Ibu berencana untuk menjodohkan kamu dengannya," ujar Ayah Sekar.

"Ya betul, Sekar. Ibu telah menjodohkanmu dengan dia sejak kamu masih di dalam kandungan. Apalagi, dia anak yang pintar pasti dia akan memperbaiki nilai sekolahmu yang sangat jelek itu!" celetuk Ibu Sekar sambil berbisik di telinga putrinya.

Sekar yang mendengar itu malah semakin frustasi, di tambah lagi perutnya sedari tadi terus bergejolak.

"Tidak!" tolak Sekar sambil bangkit dari duduknya.

"Aku tidak mau menikahi lelaki seperti dia!"

Ibu sekar langsung menarik tangan sekar untuk duduk dan menutup mulutnya.

"Maaf, Diah. Mulut anakku memang agak sedikit nyampah. Biasa dia suka main di comberan," ucap Ibu Sekar berusaha melawak.

Sekar langsung mempelototi ibunya, tapi ibunya sama sekali tidak peduli. Ia terlihat memaksakan senyum dihadapan ibunya Samuel.

"Tidak masalah, Andini. Anakmu cukup lucu sama seperti dirimu," ucap ibunya Samuel sambil menyeruput teh di dalam gelas yang telah di sediakan oleh ibunya Sekar tersebut.

"Humm... humm... Humm...." gumam Sekar tidak jelas karna ibunya masih menutup mulutnya dengan tangan. Tapi, ternyata ibunya Sekar mampu memahami bahasa aneh anaknya itu.

"Jangan bicara sembarangan Sekar, kamu membuat ibu malu!" desis Andini, ibunya Sekar.

Sekar yang kesal segera menggigit tangan ibunya yang menutup mulutnya sampai ibunya itu mengaduh kesakitan. Sekar segera berlari masuk ke kamarnya dan membanting pintu cukup keras saking kesal dan emosinya.

Sementara ibu dan ayahnya Sekar masih melayani tamu mereka sampai selesai. Setelah Samuel dan ibunya pulang, Ayah dan ibu Sekar segera menuju kamar putrinya yang kini sudah tertutup rapat.

"Sekar! Sekar! Keluar!" titah Andini penuh emosi pada anaknya.

Tapi Sekar seolah tidak mendengar panggilan dari ibunya.

"Kalau kamu tidak keluar, jangan harap ibu akan memberikanmu uang jajan!" ancam Andini tapi Sekar masih tidak peduli.

"Sekar, keluar sekarang!" kali ini ayahnya yang memanggil.

Di banding dengan ibunya, Sekar lebih takut kalau ayahnya yang marah. Dengan setengah hati, ia beranjak dari kasurnya hanya untuk membukakan pintu.

"Ada apa?" tanya sekar terlihat lemas.

"Kamu, apa-apaan tadi? Ibu sudah bilang jangan membuat malu!" marah Andini pada anaknya.

"Kenapa ibu marah? Seharusnya aku yang marah! Kenapa ibu main jodohin aku sama si cupu itu? Sekar, ogah! Dan, nggak mau!" tolak Sekar.

"Lagipula ini bukan jaman Siti Nurbaya atau Saritem yang main dijodohin aja!" sambung Sekar lagi.

"Sekar, kamu tidak boleh bicara seperti itu. Apa kamu tahu kalau orang tua lelaki itu udah bantu keluarga kita sangat banyak. Kalau bukan karna ayahnya 17 tahun lalu, mungkin ayahmu udah mati saat kecelakaan," tutur Budi sebagai ayah Sekar.

Sekar terdiam mencoba mendengarkan cerita ayahnya itu, "Memangnya apa yang mereka lakukan pada keluarga kita sampai kita harus berutang banyak pada mereka?" tanyanya.

Budi menghela nafasnya sejenak sebelum memulai berbicara. Ia mencoba meraba ingatan 17 tahun lalu, saat ia mengalami kecelakaan.

17 tahun lalu, saat Ayah Sekar mengalami kecelakaan.

Di saat itu, ayah dari Samuel menolongnya dan membawanya ke rumah sakit. Bahkan tidak sampai di situ ayahnya samuel juga membayar semua biaya rumah sakit yang seharusnya dibayar oleh Budi, ayahnya Sekar.

Seorang wanita dengan keadaan kondisi hamil tua melangkah menelusuri lorong tiap lorong yang berada di rumah sakit tersebut. Ia tengah mencari keberadaan suaminya yang saat ini berada di rumah sakit. Sampai kakinya terhenti tepat di depan sebuah ruangan dengan nomor 012. Wanita itu segera masuk dan mendapati suaminya tengah terbaring dengan kepala yang diperban dan ada sedikit lecet di wajahnya. Bahkan tangannya juga mengalami luka-luka kecil di bagian sikunya.

"Astaga, Budi! Kenapa tidak hati-hati? Kamu membuat aku jantungan saja, hampir saja aku melahirkan saking kagetnya," ucap Andini dengan air mata mengalir. Dia sedikit bergurau dengan suaminya, karena rasanya sesenang itu melihat suaminya baik-baik saja.

Tiba-tiba seorang pria masuk bersama istrinya. Pria itu terlihat sangat beribawa sambil merangkul wanita yang di sampingnya. Wanita itu berjalan disisi pria itu sambil menggendong seorang bayi laki-laki di tangannya.

"Apa kamu istri dari pria ini?" tanya pria itu kepada Andini.

Andini menoleh dan melihat kedua orang itu dengan seksama.

"Ya, saya istrinya. Anda siapa?" tanya Andini langsung.

"Perkenalkan, saya Zian Raguez dan ini istri saya Diah Raguez."

Tidak lama kemudian, Budipun bersuara. "Mah, mereka adalah penyelamatku."

Andini manggut-manggut sambil tersenyum.

"Terima kasih ya, untuk pertolongan kalian. Saya benar-benar berhutang budi pada kalian karna telah menyelamatkan suami saya," ucap Andini menghapus sedikit air matanya yang keluar melalui sudut matanya karna terharu.

"Tidak masalah, Nyonya Andini. Mungkin pertemuan saya dengan Bapak Budi memanglah sebuah jodoh," ucap Zian sambil terkekeh.

Andini menatap suaminya dan setelah itu dia menatap Zian dan istrinya.

'Jika memang ini adalah sebuah jodoh, maka.... 'batin Andini sambil mengelus perutnya.

"Kalau begitu, bagaimana kalau menjodohkan anak kita saja. Aku yakin, mereka berdua memiliki kecocokan," ucap Andini sambil mengelus perutnya yang besar.

Diah dan Zian terkekeh.

"Tidak masalah. Jika dia memang terlahir perempuan tapi kalau lelaki, maafkan aku kalau menolak," gurau Zian sambil tertawa.

"Tenang saja, aku yakin bayi ini perempuan," sahut Andini dengan gurauan Zian itu.

Dan semenjak hari itu, keluarga Budi dan keluarga Zian sepakat untuk menjodohkan anak mereka dikemudian hari.

**

Melihat Ayahnya terdiam dengan pikiran melayang membuat Sekar langsung menepuk tangan ayahnya untuk kembali tersadar dari lamunannya.

"Ayah, apa yang Ayah pikirkan? Kenapa melamun seperti itu?" tanya Sekar.

"Ah, Ayah hanya mengingat kejadian masa lalu saja. Intinya kamu dan Samuel tetap akan menikah. Karna itu, sudah menjadi kesepakatan dua keluarga," tegas Budi pada anaknya.

"Tapi, Ayah. Ayah membuat kesepakatan itu saat Sekar masih kecil, bahkan saat itu Sekar sama sekali belum mengenal artinya pria. Ayah, Sekar mohon! Batalkan saja pernikahannya," mohon Sekar sambil mengatup kedua tangannya seraya memohon.

Mendengar itu, Budi langsung murka pada anaknya.

"Tidak, tidak bisa! Ayah dan Ibumu sudah berjanji akan menikahkan kalian, bagaimana mungkin hal sepenting itu dibatalkan begitu saja? Pokoknya kamu harus menikah!"

Alis Sekar mengerut, bibirnya-pun ikut mengerucut.

"Pokoknya Sekar tidak mau menikah dengannya. Titik!"

"Meskipun langit terbelah jadi dua dan

bumi berguncang dengan hebatnya. Sekar tetap tidak mau menikah dengannya!" lanjut Sekar sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada. Ia masih bersikeras menyuarakan hatinya untuk menolak.

"Baik. Jika kamu menolak menikah, maka keluarlah kamu dari rumah dan jangan pernah lagi kembali kemari. Kamu bukan lagi anakku, dan bagian dari keluarga ini lagi!" Ucap Budi dengan penuh penekanan.

Sekar menatap Ayahnya dengan tidak

percaya. Sosok yang selama ini menyayanginya, tega mengusirnya lantaran Sekar menolak untuk menikah. Setitik air

mata jatuh dari pelupuk matanya, tubuh Sekar mulai bergetar hebat.

Dia harus memilih antara perasaannya atau orang tuanya?

Jika Sekar menolak, maka dia harus siap keluar dari rumah yang selama ini membesarkan dirinya.