"Lo napa dah, Sekar. Aku perhatiin, hari ini agak laen aja," komentar Helena sambil memandangi Sekar.
Sekar segera membetulkan posisi duduknya.
"Gue...." ucap Sekar terjeda seolah ragu membicarakan soal pernikahannya.
Dia ingin cerita tapi dia juga ragu untuk mengatakannya.
"Hm, bukan apa-apa. Gue lapar banget nih," lanjut Sekar terkekeh.
"Lo baik-baik aja -kan, Sekar?" tanya Viona dengan khawatir.
"Heem, im ok. Noh, Bi Sarimin datang. Yuk, kita makan dulu. Gue lapar banget," ajak Sekar yang sebenarnya sedang mengalihkan pembicaraan.
Viona dan Helena tak lagi bertanya, meskipun Sekar terlihat aneh di mata mereka.
Hari itu, waktu berlalu begitu saja dan tanpa sadar sudah waktunya untuk mereka pulang sekolah. Sekar berjalan ke depan gerbang sekolah dan ia menunggu Helena untuk pulang bersama karna Sekar tak diberi ijin untuk menggunakan kendaraan pribadi oleh ayahnya.
Saat sedang menunggu, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depan Sekar. Sekar menajamkan matanya untuk melihat siapa pemilik mobil itu, karna ia benar-benar tidak mengenali pemilik mobil tersebut. Saat kaca mobil terbuka, saat itulah Sekar langsung membulatkan matanya ketika ia mengenali sosok orang tersebut.
"Sekar, ayo naik! Biar aku antar sampai rumah," ajak Samuel yang duduk di kursi belakang.
"Ayo, Non. Naik! Biar sekalian saya antar," ujar seorang pria yang mengemudikan mobil tersebut yang diyakini dia adalah supir pribadi keluarga Raguez.
Sekar tersenyum sebentar sebelum berbicara, "Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri bersama temanku. Kamu, pulang saja sendiri!" ucapnya yang terdengar acuh.
"Baiklah, kalau begitu. Pak, ayo jalan!" perintah Samuel pada supir pribadinya.
Tapi, Tuan...." ucap supir itu terjeda ketika ia melihat Samuel menatapnya dengan dingin.
Tanpa banyak bicara lagi, supir itu segera melajukan mobilnya dan meninggalkan Sekar.
Sekar masih menunggu di tempatnya seorang diri. Beberapa kali ia mengecek jam arlojinya dengan gelisah.
"Duh, kok lama banget sih Si Helena ini! Apa dia ke jebak di parkiran ya?" gumam Sekar seorang diri.
Sementara itu, ditempat lain. Tepatnya di tempat Helena berada. Ia tengah sibuk mencari dadu keramatnya yang tak sengaja jatuh ke lantai toilet saat ia buru-buru masuk ke dalam bilik kamar mandi.
Helena mencari ke setiap sudut bahkan sampai ke sela-sela toilet tersebut.
"Duh, dadu keramat gue jatuh dimana ya? Kok malah hilang gini. Kalau nggak ketemu hari ini, pasti gue bakalan kena kutuk ama leluhur gue. Duh, cari dimana lagi ya?" ujar Helena sambil menggaruk-garuk kepalanya yang terasa gatal karna frustasi.
Sementara itu, Sekar masih menunggu Helena dengan setia di luar gerbang sekolah tanpa mengetahui kegabutan sahabatnya saat mencari dadu keramatnya yang hilang.
Sekar masih menunggu sampai beberapa saat kemudian, tiba-tiba sebuah motor gede datang menghampirinya. Motor itu tepat berhenti di depan Sekar. Awalnya Sekar hanya diam sambil memandangi motor tersebut, sampai akhirnya pemilik motor itu membuka helmnya.
"Sekar, lo belum pulang?" tanyanya sambil melepas helmnya.
Ia menggoyangkan kepalanya ke-kanan dan ke-kiri yang mengakibatkan rambutnya yang hitam tergerai sempurna. Warnanya yang sepekat malam itu, mampu membius kaum hawa dan akan mengatakan kalau pria itu sangat tampan.
"Kok bengong, Sekar? Gue lagi nanyain lo nih?" tanyanya lagi seakan mendesak.
"Eh, gue... gue lagi nungguin Helena. Tapi daritadi itu anak nggak ada muncul," jawab Sekar jujur.
"Lo mau pulang bareng gue, nggak? Nanti gue anterin sampe rumah, gimana?" tawar Tomy langsung tanpa basa-basi.
Sejenak Sekar membatin, 'Hah! Serius nih, Si Tomy ajakin gue pulang bareng? Demi apa, ini bisa terjadi?'
"Eh, kok bengong lagi. mau nggak?" tanya Tomy sekali lagi.
Tanpa banyak kata, Sekar langsung menganggukkan kepalanya dan di saat itu juga, Tomy langsung menyerahkan helm kepada Sekar. Tomy selalu terbiasa membawa dua helm, setiap ia pergi ke sekolah. Meskipun dia hanya berkendaraan sendirian, dia tetap membawa dua helm itu.
Setelah mengenakan helmnya, Sekar langsung naik ke atas motor milik Tomy. Ia duduk di belakang Tomy dengan wajah yang memerah padam. Dia begitu bahagia karna ia bisa diantar pulang oleh Tomy yang notabenenya adalah pria yang paling keren, paling ganteng, dan paling disukai di sekolahnya.
Sekar tidak henti-hentinya tersenyum ketika Tomy mulai melajukan kendaraannya. Di dalam hatinya, selalu berteriak-teriak menjerit kesenangan.
'Ah, demi apapun ini adalah momen yang membahagiakan. Jarang-jarang ada cewe yang bisa naik motor Tomy. Kalaupun ini cuma mimpi, gue nggak mau bangun apapun yang terjadi!' ucap girang Sekar di dalam hati.
Saat motor yang di kendarai Tomy telah melaju, barulah Samuel memberi perintah pada supir pribadinya untuk mengikuti motor tersebut.
Tanpa Sekar ketahui, Samuel sebenarnya tidak pulang, melainkan ia pura-pura telah pergi tapi sebenarnya ia tetap mengawasi Sekar dari jauh. Samuel mengikuti motor Tomy yang melaju itu, sampai akhirnya motor itu berhenti tepat di depan rumah Sekar.
Sekar segera turun dari motor Tomy, lalu ia menyerahkan helm yang tadi ia gunakan kepada Tomy.
"Thanks, ya." Sekar mengucapkan itu dengan wajah yang tersipu malu.
"Sama-sama. Ngomong-ngomong ini rumah lo?" tanya Tomy.
Sekar tidak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya.
"Lain kali, boleh nggak gue mampir ke rumah lo? Soalnya gue mau kenalan ama nyokap-bokap lo," ucap Tomy sambil terkekeh.
"Hm, boleh kok." Sekar menjawab sambil menundukkan wajahnya yang terasa panas, bahkan tiba-tiba saja jantungnya berpacu lebih cepat. Untuk menghilangkan rasa yang tiba-tiba menghampirinya, sekar-pun meremas kedua tangannya sendiri.
Melihat itu, Tomy langsung mengambil tangan Sekar lalu menggenggamnya.
"Jangan diremas terus tangannya. Nanti sakit loh! Kasian -kan tangannya jadi merah. Sini biar gue tiupin dulu." Tomy secara langsung berinisiatif meniup-niup tangan
Sekar dan itu membuat hati Sekar berdesir-desir aneh.
Tanpa mereka sadari bahwa ada dua pasang mata telah menyaksikan adegan romantis mereka. Supir pribadi Samuel yang bernama Mang Ujang hanya bisa senyum-senyum sendiri saat menyaksikan kisah cinta monyet anak remaja yang berada di depannya. Sementara Samuel, ia hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi saat menonton adegan tersebut.
"Ya, udah. Sekar gue pulang dulu, ya. Besok, lo mau kan jalan ama gue? Kebetulan besok ada film yang seru baru keluar. Lo mau- kan, pergi bareng gue?" tanya Tomy yang
langsung ke intinya.
Tanpa banyak berfikir, Sekar langsung menganggukkan kepalanya menyetujui. Setelah mendapat persetujuan dari Sekar,
Tomy segera berpamitan pulang dan setelah itu ia segera melajukan kendaraannya.
Sekar tidak langsung masuk ke dalam rumahnya sampai ia benar-benar memastikan kalau Tomy telah pergi jauh dari rumahnya. Begitu pula dengan Samuel, ia tidak buru-buru pergi dari tempatnya
sebelum melihat Sekar masuk ke dalam rumahnya. Setelah memastikan Sekar masuk ke
dalam rumahnya, barulah Samuel meminta sopirnya untuk melajukan mobilnya.
Sementara itu di tempat lain, Helena mengacungkan tangannya tinggi-tinggi ketika ia sudah menemukan dadu
keramatnya.
"Huh, untung ketemu. Kalau nggak ketemu juga, bisa kena kutuk gue. Waktunya
untuk pulang sekarang." Saat Helena keluar dia haru menyadari
kalau hari sudah senja.
"Astaga, udah sorel Apa Sekar masih nungguin gue ya? Gue harus cepat nih ke depan, kasian dia nungguin gue."
Saat Helena sudah didepan gerbang sekolah, ia tidak menemukan Sekar dan karna itu ia langsung saja melajukan motor matic-nya pulang menuju rumahnya.
Besok harinya, di SMA Nusa Bangsa.
Sekar sedang duduk bersama Viona, belum sempat bersenda gurau dengan sahabatnya itu tiba-tiba Pak Irwan masuk ke
dalam kelas.
"Pagi, murid-murid." Pak Irwan menyapa sambil berjalan masuk ke dalam ruangan kelas.
"Pagi, Pak." serentak murid-murid menyapa Pak Irwan.
"Oh, iya. Untuk hasil ulangan semalam akan bapak umumin sekarang. Samuel dan Arko kalian seperti bisa mendapatkan nilai
yang tinggi. Dan Helena, Sekar, Viona, kalian bertiga mendapat nilai yang paling rendah."
ucap Pak Irwan yang langsung disambut riuh
tawa murid-muridnya. "Lah. Kok bisa gitu, Pak?" protes Viona.
Sementara Sekar sedang sibuk memijat keningnya sambil menutupi wajahnya karna
malu.
"Hooh, Pak. Masa nilai kami bertiga rendah? Padahal aku udah bertanya ama
leluhurku loh, Pak!" sewot Helena sedikit tidak terima.
"Yah, mana bapak tahu kalau nilai kalian
sangat buruk. Nih, kertas ulangan kalian! Kalian baca sendiri saja," ujar Pak Irwan
sambil membagikan semua kertas ulangan. "Lah, iya. Gue dapat 30," ujar Helena sambil menatap bengong nilai hasil
ulangannya.
"Untung gue dapat 40," ucap Viona seakan bersyukur mendapatkan nilai yang
lebih tinggi dari Helena.
"Lo, dapat berapa Sekar?" tanya Helena yang penasaran.
"Hm, gue dapat 50." Sekar langsung
menutup kertas ulangannya sambil memamerkan senyum palsu di hadapan
kedua sahabatnya itu.
"Lah, mana? Gue mau lihat! Masa iya, nilai lo lebih gede dari gue?" ujar Helena yang
sedikit tidak terima.
"Benar, kok. Nilai aku 50, bohong Sekar
sekali lagi.
Helena dan viona saling melirik, mereka.
berdua seperti sedang bertelepati untuk merebut kertas ulangan milik Sekar dari tangannya. Dengan sekali anggukan, mereka berdua langsung menyerang Sekar dan
akhirnya Viona mendapatkan kertas ulangan milik Sekar.
"Dapat!" pekik Viona.
Pak Irwan melirik ke arah bangku Sekar
dan kawan-kawannya.
"Sekar, Viona, jangan berisik!" tegur Pak
Irwan.
Mereka-pun terdiam beberapa saat dan di
saat itu juga Viona langsung melihat kertas
ulangan milik Sekar. Sekar berusaha merebut
kertas ulangannya lagi, tapi sayang Viona sudah lebih dulu melihat isinya.
"Kembalikan!" perintah Sekar tapi Viona tidak mau menurut.
"Haha... nilainya sangat bagus!" tawa
Viona pecah. Bahkan ia tertawa sampai mengeluarkan air matanya.
"Dapat nilai berapa?" tanya Helena yang penasaran.
Viona meminta Helena untuk mendekatkan kupingnya dan ia langsung membisikkan sesuatu di
kupingnya Helena. Sementara Sekar, hanya bisa menundukkan wajahnya dengan malu.
"Dia dapat nilai 10." tak dapat menahan
tawa, kedua sahabat Sekar-pun tertawa dan di saat itu juga lemparan penghapus papan
tulis-pun melayang ke arah mereka. "DIAMI BAPAK BILANG DIAM DAN
JANGAN BERISIKI" marah Pak Irwan..
Mereka bertiga langsung terdiam tanpa
suara.
"KALIAN BERTIGA, SEKARANG
KELUAR DARI KELAS, KALIAN BAPAK
HUKUM!" titah Pak Irwan yang sudah emosi. "Tapi, pak...." ucap Sekar yang langsung dipotong oleh Pak Irwan.
"Tidak ada tapi-tupian. SEKARANG
KELUAR!" usir Pak Irwan sembari berteriak.
Dengan sangat terpaksa ketiga sahabat
itu keluar sembari berdiri di luar kelas. Mereka bertiga saling bertatapan dan saling menyalahkan satu sama lainnya.
"Ini salah lo, Viona. Lo yang bawa masalah!" ujar Helena.
"Lah kok, gue? Padahal lo sendiri yang tertawa paling keras!" balas Viona tidak
terima.
"Diam, kalian berdua. Ini semua salah kalian berdua! Kalau kalian tidak tertawa mana mungkin kita dihukum kaya gini. Sekarang, kalian diam!" titah Sekar yang emosi.
Akhirnya mereka-pun diam. Sementara Sekar hanya menghela nafas sambil memikirkan nasibnya yang kacau,