Meskipun Sekar termasuk gadis populer di sekolahnya bukan berarti dia tidak memiliki kelemahan. Contohnya adalah soal mata pelajaran. Sekar dan temannya sama-sama tidak pandai dalam mata pelajaran tapi mereka memiliki kelebihan di bidang lain.
Sekar seorang gadis SMA yang berusia sekitar 17 tahun. Dia duduk di kelas 2 SMA. dan hobi yang bisa di banggakan darinya adalah bakat menyanyinya. Ia memiliki suara yang sangat indah dan itu telah diakui dengan penghargaan yang dia pernah dapatkan. Sekar pernah memenangkan juara 1 lomba nyanyi tingkat kota. Bukan hanya suaranya yang bagus tapi wajahnya juga sangat cantik, dengan rambut yang bergelombang dengan kulit kuning langsat, tentunya banyak pemuda di kelasnya menyukai dirinya.
Viona seorang penari Ballet yang pernah mendapatkan penghargaan internasional. Dia cantik dan pandai bergaul, tapi tidak banyak yang tahu kegiatan yang paling dia sukai seperti apa kecuali kedua sahabatnya.
Helena seorang pemain piano handal, ia sangat mahir dalam hal itu dan dia pernah mendapatkan penghargaan atas bakatnya itu di sekolah. Bahkan ia pernah mendapatkan juara 3 besar antar sekolah. Rambutnya yang hitam lurus sebahu dengan wajah yang bulat, membuat Helena lumayan cantik, dan kegemarannya yang paling tidak bisa dipercaya oleh akal sehat adalah ia terlalu percaya dengan takhayul. Misalnya mengganggap dadu keramatnya sebagai pesan dari leluhurnya yang dikatakan sakti madraguna.
Sekar menghela nafasnya saat pikirannya mengawang mmikirkan hal yang tidak-tidak. Di saat mereka saling diam untuk beberapa menit, tiba-tiba mulut Helena gatal untuk bertanya.
"Sekar, lo kok bisa dapat nilai 10 doang?" tanya Helena sedikit absurd.
Viona yang mendengar pertanyaan konyol sahabatnya itu segera menyahut," Kaya lo dapat nilai tinggi aja, Hell" ucapnya agak sewot.
"Yah, nilai gue memang nggak tinggi, tapi setidaknya lebih tinggi dari Sekar," ucap Helena sedikit angkuh.
la segera mengalihkan pandangannya dari Viona menjadi menatap ke arah Sekar. "Gue bilang juga apa, Sekar. Lo lebih baik percaya ama leluhur gue daripada lo jawab sendiri yang hasilnya lo dapat nilai hampir nol kaya begitu!" sambung Helena agak menghina.
Viona segera menarik lengan Helena,
hingga membuat gadis itu mau tidak mau mengalihkan pandangannya ke arah Viona. "Lo, Hel. Tega banget lo ngomong gitu ama teman kita padahal lo sendiri cuma dapat nilai 30. Itupun udah dibantu ama leluhur lo," bela Viona.
"Gue sekarang nggak yakin ama leluhur lo. Bahkan dia bisa memberikan jawaban yang salah. Berarti kesaktiannya itu perlu dipertanyakan," sambung Viona lagi. "Eh, lo jangan begitu ama leluhur gue!" Sewot Helena.
"Memang benar kok. Masa dari sekian banyak soal, leluhur lo cuma mampu jawab sebagian saja. Kalau di-kalkulasikan tuh, cuma bisa 30%." Viona menyuarakan keraguannya tentang kesaktian leluhurnya
Helena.
"Biarin. Tapi setidaknya leluhur gue bisa dipercaya. Meskipun hanya 30% kekuatan leluhur gue ada pada gue, tapi setidaknya itu udah buktiin kalau leluhur gue itu benaran ada," sahut Helena tidak mau kalah..
"Seterahlah. Kau memang kepala batu!" ucap Viona menyerah memberitahu ke-absurdan sahabatnya itu.
Helena memang tipikal orang yang susah diberitahu. Meskipun Viona berulang kali mengatakan kalau kepercayaan Helena itu sangat aneh dan tidak masuk akal, ia tetap meyakini leluhurnya itu bahkan mungkin sampai ia mati masih akan tetap seperti itu.
Sekar yang sedari tadi diam, akhirnya membuka suaranya. Dia sudah kehabisan kesabarannya untuk mentoleransi sikap tidak jelas kedua temannya itu.
"Kalian berdua bisa diam nggak sih? Apa hukuman Pak Irwan, nggak bisa mulut kalian diam sebentar? Gue lama-lama emosi ama kalian!" ucap Sekar tiba-tiba.
"Lo, napa Sekar? Tiba-tiba marah aja,"
ujar Helena yang langsung mendapatkan anggukan dari Viona.
"Hooh, nggak biasanya lo emosian kaya gini. Apa lo lagi datang bulan ya?" celetuk Viona.
Sekar menghela nafasnya sejenak, punya kedua teman seperti ini membuat tensi darahnya narik-turun tiap hari.
"Gue nggak lagi datang bulan! Gue malas aja ama kalian berdua yang selalu ributin hal yang nggak penting. Sekali-kali, cobalah untuk tenang, diam, kalem. Sehari aja gue mau damai," pinta Sekar.
Viona dan Helena saling berpandangan dengan takut. Mereka melihat Sekar agak aneh dari biasanya.
"Vion, lo lihat sendiri -kan dia minta kita buat jadi kalem. Padahal sejak zaman dinosaurus kita selalu bar-bar kaya gini," bisik Helena.
"Hooh, Hel. Gue juga aneh ama sikap dia. Dari kemarin, tingkah dia udah agak lain," sahut Viona seolah mengiyakan perkataan Helena.
"Apa dia kesambet jin ya? Apa perlu gue minta bantuan ama leluhur gue?" tanya Helena pada Viona dengan suara pelan.
Sejenak Viona memandang Helena, " Memang leluhur lo, bisa diandalkan untuk soal beginian?" tanyanya sedikit ragu.
"Bisalah. Meskipun kekuatan leluhur gue cuma ada 30% di gue, tapi itu tidak bisa menutupi kesaktiannya," jawab Helena agak menyombongkan diri.
"Kalau gitu lo coba deh." belum sempat Helena mencoba, tiba-tiba Tomy lewat dan itu membuat mereka bertiga langsung terdiam.
"Hai, Sekar. Lo ngapain di luar kelas kaya gini?" tanya Tomy sedikit bingung.
Sekar memamerkan senyumnya. Senyumnya terasa kaku dan terkesan terpaksa.
"Hm, itu. Kami lagi latihan berjemur," jawab Sekar asal-asalan.
"Hah! Latihan berjemur? Kamu serius?" tanya Tomy sambil mengerutkan kedua alisnya.
Sekar langsung menutup mulutnya dengan sebelah tangan, Duh, kenapa gue salah ngomong gini sih? Jadi, malu kan? Kenapa di saat seperti ini gue nggak jago ngebohongnya?'batin Sekar malu sendiri.
Viona yang mengerti situasi sulit Sekar saat ini, segera menghampiri dan ia langsung merangkul sahabatnya itu.
"Itu, maksud si Sekar. Kami lagi cari udara segar. Makanya kami bertiga berdiri di luar kaya gini, soalnya sumpek di dalam kelas mulu. Pak Irwan lagi baik ama kami makanya kami dibiarkannya diluar seperti ini," bohong Viona dengan lancarnya.
Helena yang mendengar kebohongan Viona itu hanya mengerutkan kedua alisnya.
"Bukannya, kita lagi kena...." ucap Helena terjeda, ketika Viona dengan cepat mendekati Helena dan langsung menutup mulut Helena dengan tangannya.
"Hel, lo jangan banyak omong. Lo, nggak lihat kalau Sekar lagi pendekatan ama Si Tomy. Jangan terlalu jujur!" desis Viona di dekat kuping Helena meminta temannya itu untuk tidak banyak berkata-kata hal yang tidak penting.
Helena mengangguk mengerti dan di saat itu juga Viona langsung melepaskan tangannya dari wajah Helena.
"Hehe ... maaf, Tom. Teman gue memang suka aneh," kekeh Viona dengan canggung.
"Kalian lanjut aja bicaranya. Gue mau ajak Helena ke pinggir dulu," sambung Viona lagi sambil menarik Helena sedikit ke pinggir.
Mereka berdua sedikit menjauh dari Sekar dan Tomy, dan itu sengaja mereka lakukan untuk membiarkan Sekar dan Tomy memiliki ruang untuk berbicara berdua.
"Hm, maaf ya Tom. Teman gue memang suka begitu," ucap Sekar agak malu-malu. Ia menundukkan wajahnya yang tersipu.
"Nggak masalah, kok. Lagian teman lo lucu-lucu semuanya, gue suka. Oh iya, Sekar. Lo jangan lupa ya ama janji kita nanti malam. Nanti, gue jemput lo ke rumah!" ujar Tomy yang mencoba mengingatkan Sekar akan janji mereka semalam.
Sekar menganggukkan kepala sebagai isyarat dan di saat itu juga Tomy berlalu meninggalkan Sekar dan kawan-kawannya yang masih berdiri di luar kelas.
Senyum Sekar belum pudar, ia benar-benar sangat bahagia ketika pria yang selama ini ia idam-idamkan kini sudah memberi lampu hijau untuk dirinya. Melihat tingkah Sekar yang agak tidak waras itu, Helena dan Viona langsung berbisik satu sama lain.
"Vion, kayanya gue ngerti deh kenapa dia agak laen beberapa hari ini," ujar Helena lebih dulu dengan suara pelan.
"Memang kenapa?" tanya Viona balik.
"Noh, lo liat sendiri. Ini mah, bukan kemasukan jin tapi kemasukan cintanya Tomy. Makanya dia agak kurang waras beberapa hari ini," jelas Helena seakan membenarkan perkataannya sendiri.
Viona menatap sebentar ke arah Sekar yang berada tidak jauh darinya, ia memperhatikan Sekar dari atas sampai bawah sambil berfikir sebelum ia berucap, Aku rasa yang kamu katakan adalah benar."