Chereads / Bayangan Sang Pelindung / Chapter 1 - Bayangan di Malam Hari

Bayangan Sang Pelindung

LittleBoy_2779
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 7.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bayangan di Malam Hari

Malam itu, langit di atas Veridia berwarna kelabu, diselimuti oleh awan gelap yang mengancam akan menurunkan hujan. Di gang-gang sempit ibu kota, bayangan bergerak cepat, menyelinap di antara bangunan-bangunan tua dan pasar malam yang mulai sepi. Elara, pembunuh bayaran terkenal, berada dalam misinya yang biasa. Dengan gerakan yang mulus, dia melompat dari satu atap ke atap lainnya, menghindari pandangan penjaga malam yang berpatroli.

Elara dikenal sebagai "Bayangan", seorang pembunuh yang tak pernah gagal dalam misinya. Malam ini, sasarannya adalah seorang pedagang kaya yang diketahui menjual informasi kepada musuh kerajaan. Elara sudah mengintai rumahnya selama beberapa hari dan tahu betul rute penjaga, titik lemah pertahanan, dan waktu terbaik untuk menyerang.

Ketika Elara tiba di atap rumah sasaran, dia berhenti sejenak, mendengarkan suara di bawahnya. Dia menarik napas dalam-dalam, merasakan adrenalin yang selalu datang sebelum serangan. Dengan hati-hati, dia menuruni sisi bangunan, jari-jarinya mencengkeram tepi jendela, dan dalam satu gerakan halus, dia memasuki kamar gelap itu.

Di dalam, hanya ada satu lampu minyak yang menyala, menerangi sosok pria yang tertidur pulas di ranjang mewahnya. Elara melangkah mendekat, pisau peraknya berkilat dalam cahaya redup. Dia berdiri di samping ranjang, mengamati wajah pria itu untuk sesaat sebelum mengangkat pisau tinggi-tinggi.

Tepat saat Elara akan menancapkan pisau ke jantung pria itu, sebuah suara tajam memecah kesunyian. "Berhenti!" Suara itu berasal dari seorang wanita muda yang berdiri di pintu kamar, matanya terbuka lebar dalam ketakutan. Elara berbalik cepat, pisau di tangannya masih terangkat.

Wanita itu adalah putri pedagang, dan Elara tidak memperhitungkan kehadirannya. Dia tahu bahwa jika dia membunuh wanita itu, misi ini akan menjadi lebih rumit. Elara menatap mata wanita itu, mencoba menilai ancaman yang dia hadapi.

"Jangan bunuh ayahku!" wanita itu memohon, suaranya bergetar. "Aku tahu siapa kau. Aku tahu kau bisa menghabisi kami berdua dalam sekejap. Tapi tolong, dengarkan aku. Ayahku bukan musuh kerajaan. Dia dipaksa bekerja untuk mereka."

Elara mempertimbangkan kata-kata wanita itu. Dia adalah pembunuh bayaran, bukan seorang monster yang membunuh tanpa alasan. Perlahan, dia menurunkan pisaunya. "Buktikan," katanya dengan suara rendah tapi tegas.

Wanita itu mengangguk cepat dan berlari ke sebuah meja di sudut ruangan, mengambil sebuah buku tebal. "Ini semua bukti yang aku punya," katanya sambil menyerahkan buku itu kepada Elara. "Ayahku dipaksa memberikan informasi kepada musuh. Mereka mengancam akan membunuh kami jika dia tidak menurut."

Elara membuka buku itu dan membaca beberapa halaman. Bukti yang dia lihat cukup untuk meyakinkannya bahwa wanita itu mengatakan yang sebenarnya. Dia menutup buku itu dan menghela napas panjang. "Baiklah," katanya. "Kalian beruntung malam ini. Tapi aku akan mengawasi kalian. Jika kalian mencoba menipu aku, aku akan kembali."

Wanita itu mengangguk dengan wajah lega, sementara Elara berbalik dan meninggalkan kamar itu dengan langkah ringan, menyelinap kembali ke dalam bayangan malam. Saat dia melompat dari satu atap ke atap lainnya, pikirannya penuh dengan pertanyaan baru. Mengapa ada begitu banyak pengkhianatan di dalam kerajaan ini? Siapa sebenarnya yang dia lawan? Dan apakah ada cara untuk mengakhiri semua ini tanpa lebih banyak darah yang tumpah?

Di tengah kebingungan itu, satu hal menjadi jelas bagi Elara: dia harus menemukan jawaban untuk semua pertanyaan itu, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk kerajaan yang dia lindungi dari bayangan.