Chereads / Hantu Tongkah / Chapter 1 - Chapter 1 - Abstrak

Hantu Tongkah

🇮🇩Masasori
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 6.8k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 1 - Abstrak

"Aduuh! Pompong kikik karem nampeknyo nih, Kulop."

"Yah, bagaimano, Uak?" Tanya keluh serta kecewa seorang Bocah kisaran tiga belas tahun kepada sang Ayahnya turut kepikiran masalah yang sedang terjadi.

Terdengar ucapan bahasa suatu daerah yang mereka lakukan berdua, dimana mereka berada di suatu pantai lumpur yang dibuntui hutan bakau. Hutan bakau yang terdapat di sisi muara sungai yang agak kecil itu, tepat pada sore hari tua alias sunset yang mendalam, siap dengan sigap menyambut malam hari.

"Ya sudeh neh, Uak timbo duluo ianyo ngan parbaiukken pompongnyo yo. Kuo lanjuot sajo Manongkahnyo sampi letak. Okeo?" Sang Ayah berkata dengan maksud meminta anaknya pergi melanjutkan kegiatannya dahulu.

"Iyo Uak, mingkan. Aro masiuh samanget mi." Balas si Anak dengan penuh semangat, walaupun dalam kondisi bermasalah itu.

Maka sang Ayah segera menuju untuk menimba pompong yang karam karena kemasukan air laut dan harus mengolah lubang pompong yang mereka berdua miliki dan gunakan. Pompong adalah perahu kayu yang cukup besar namun bermesin yang digunakan untuk suatu daerah tersebut khususnya.

Si Anak melanjuti kegiatannya.

Lama waktu kemudian …

"Uak, hasiul buruen ka lumayen hirat mi, ayouk kikik molok!" Teriak si Anak itu dengan alunan masih ceria dengan tetap bahasa suatu daerahnya, sementara ayahnya masih terlihat sedang memperbaiki lubang pompong yang entah mudah atau rumit yang harus dia selesaikan.

"Iyo Nak, tetepleh neh sut. Karang Uak duluo kejep hilum!" Balasnya sambil bekerja.

"Siep, Uak! Samogo deres parbaiukken-nyo yo? Samanget Uak ka!"

****

Sresh! Sresh! Sresh!

Terdengar bunyi asakan semak bakau kusut di telinga, lalu diikuti seseorang muncul dari sana, yaitu sesosok pria dewasa. Wajahnya tidak begitu jelas karena tertutup oleh topi nelayan dengan berbaju abu-abu gelap kusam dan kotor. Kemudian dia bergerak mengayuh papan selancarnya dengan lamban.

Muncul di benak bocah itu tertuju dengan sosok yang berbeda itu, dia sungguh penasaran.

"Wow, Tiangan abeng nu hirat bangeut. Bahken punyo aro bedo duak sak sagio hiratnyo."Gumam pukau Bocah berkisar 13 tahun itu melihat keranjang kerang milik seorang yang tampak misterius tadi. Bocah itu tertarik.

"Tapio ngapo dio kaluer sak sut? Apo dabaliuknyo udak hamparen lumpuur laiun, ha?"

Dengan penasaran dan ambisi akan hasil buruan yang lebih lagi, Bocah itu memberanikan diri mengikuti sesosok bertopi nelayan itu tadi dengan masuk ke dalam belukar-belukar bakau yang padat, digabungi semak-semak lainnya dan menggelap karena mulai masuk malam. Padahal Ayahnya melarang untuk kemana-mana tapi dia tetap beraksi untuk keadaan begitu dan di sana.

"Cocuk aneuh, tapio biso untuuk damasuuk, kareno piak tarlaluo gelep neh kiyo." Ucapnya dengan rasa yang sangat berani.Di dalam semak bakau itu berbentuk seperti gua yang gelap entah berantah buatan manusia atau secara alami seperti itu, yang pastinya aneh di mata.

"Rahol, Uak Kal. Temu kuo, Nak?" Panggil Ayahnya dengan mata menoleh sana-sini.

Bocah itu mendengar panggilan uaknya alias sang ayah, namun dia tetap berpenasaran kuat seperti tertarik daya tarik histis dengan sesuatu di balik belukar-belukar bakau yang ternyata oh ternyata buntu setelah masuk ke dalam sana.

Dia mencoba membuka semak-semak itu lagi dan lagi. Entah kenapa dia bersi kuat sehingga pada akhirnya aura gelap disertai ngeri mencekam Bocah itu datang, dan rilnya berakhir …

Craaash!

"AAAAAA!!! U … UAK!!! AARRGGHH!!!"