Aku tau semakin manusia jatuh kedalam namanya cinta, semakin ia bodoh melihat dunia.
Sebelas maret, aku dan dia sudah menapaki hubungan percintaan selama satu tahun pas, aku tidak bisa mengutarakan isi hati, aku genggam tangan dengan jari kecil itu, rasanya waktu seolah berhenti, langit cerah tanpa awan, suara riuh mengelilingi, jalan berdebu, trotoar bukan lagi tempat ramah pejalan kaki dua, namun tempat kaki lima berpijak.
aku dan dia masih larut dalam dunia indah kami, berbicara tentang keseharian, tertawa kecil, aku hanya bisa bilang didalam hati "Seperti inilah yang ku inginkan." Aku hanya ingin selalu dekat dengan wanita ini, melihat dirinya, mendengar suaranya, aku hanya ingin terus bersama.
Mungkin saja jika waktu itu bisa aku difinisikan, "waktu terindah buatku."
Tapi lihatlah sekarang, aku cuma jadi peria penyendiri, kehilangan orang yang berharga bagi diriku membuatku sulit menentukan arah tujuan hidup, aku selalu linglung dalam berbagai hal, tak ada lagi semangat, Aku masih ingat betapa terpesonanya aku kepada dirinya, wanita penuh kelembutan dan bertingkah ceria disegala hal, penuh antusiasme terhadap apa pun, selalu membuat ruang 7x8 menjadi sempit, gerak-gerik penuh keramaian, anak-anak mengikuti dirinya walau pun masih tahap merangkak, aku suka apa pun di dalam dirinya.
Aku peluk dirinya, aku hanya ingin dia diam sembentar, aku ingin dia berada dalam pelukanku, aku tau aku egois tapi tak masalah selama ke egoisan ini ku peruntukan untuk dirinya.
Jika waktu tak mau berhenti, aku hanya berharap bahwa tangan halus itu akan selalu aku genggam.
Jika daratan ini tak mau bergerak, aku hanya ingin keberadaan dia mengerakan ku.
Jika tiada orang yang menyukai ku, aku cukuplah kamu yang menyukaiku.
Jika badai dilangit memporak-porandakan sekitarku, aku hanya ingin dia tenang disisiku.
Tiada yang aku sesali dari hidup, kecuali kepergianmu.
Tiada yang aku tangisi didunia ini, kecuali kau tidak lagi bersamaku.
Aku tau seberapa keras aku mencari keberadaanmu, itu tak akan bisa aku temukan
dipersimpangan jalan yang pernah kita lalui, aku menatap bayanganmu yang mulai memudar.
aku melihat jejak kita berdua mulai terhapus oleh waktu.
Disini, dipantai ini kamu tersiram ombak air laut, walau pun pakaian mu jadi basah, kamu tersenyum ceria sembari berucap "Air laut tetaplah asin." Aku hanya terpaku melihat wajah orang yang aku cintai tersenyum murni, aku menghampirimu, aku pandangi wajah wanita dihadapanku ini, rasa debar di dada tak dapat aku sembunyikan, aku tampak bodoh.
Lihatlah potongan buah apel yang aku genggam ini, setengahnya kamu ambil dariku.
Lihatlah kertas di buku ini masih ada bekas sobekan, disaat aku menulis nama ku dan namamu, kamu menyobeknya karena merasa malu.
Lihatlah gambar dimeja ini, tak bagus tapi disana, diatasnya ada nama kita berdua.
Lihatlah pintu gerbang sekolah itu, aku selalu menunggumu yang pulang terlambat.
Lihatlah lapangan ini, dimana kamu dulu jatuh pingsan disaat upacara di hari senin, itu sungguh membuatku khawatir.
sekali lagi... lihatlah aku yang merana disini, diterpa waktu yang terus berjalan, format mereka tak berubah, tapi entah kenapa sekarang begitu cepat.
Aku hanya ditemani masa lalu indah kita berdua, aku hanya tak tau bagai mana menyikapi sesuatu setelah ketiadaanmu di dunia ku yang penuh kemeranaan.