Kota Surabaya.
Terlihat ada seorang pemuda berkemeja biru terang, dan celana jeans yang sangat lusuh sedang berjalan di daerah kampus Surabaya.
Mata sang pemuda tertuju ke permukaan tanah, seolah sedang mencari sesuatu.
Tampang pemuda itu termasuk lumayan. hanya saja pakaian yang dikenakannya Terlihat lusuh, dan seperti sudah lama tidak di cuci.
Bahkan noda hitam di ujung lengan bajunya pun dapat terlihat sangat jelas, meski pun hanya sekilas saja melihatnya.
Seluruh mahasiswa di kampus yang melihatnya pun lantas menjauh dengan tatapan merendahkan bagaikan bertemu seorang pembawa virus.
Namun, pemuda yang bernama Tegar ini tampak sudah terbiasa mendapat, tatapan yang demikian. Dia terus berjalan menuju kearah botol bekas air mineral, di sisi jalan dengan acuh tak acuh, meski pun banyak dari mereka yang menghina ke arahnya.
"Kriingg!!"
Tiba-tiba, terdengar suara dering pesan masuk dari ponsel jadul keluaran pertama dari merk samsung .
Tegar lantas membuka ponselnya, dan menemukan satu pesan dari bank yang mengatakan bahwa terdapat uang yang masuk di rekeningnya!
"IBANK BAC INTERNATIONAL). Saldo rekening dengan anda dengan nomor XXXXXXX808 adalah sejumlah IDR 1,000,00 0,000.000" .
Sontak saja Tegar pun terkejut melihat jumlah rentetan angka nol yang terdapat di layar ponselnya. "Hah?! Satu Triliun rupiah?" Tegar hanya bisa membelalak sambil menatap layar ponselnya.
Siapa yang mengiriminya uang sebanyak itu??
Tegar pun langsung buru-buru menghubungi pihak bank untuk memastikan nya, dan alangkah terkejutnya dia, semakin dibuat bingung, setelah mendapat konfirmasi dari pihak bank tersebut.
Sesaat kemudian ponselnya pun kembali berdering. Terlihat sebuah nomer asing dengan kode negara berbeda, mencoba menghubungi nomor ponsel milik Tegar.
Tanpa pikir panjang, Tegar pun segera mengangkatnya. Karena dia yakin, jika nomor telpon asing yang sedang menghubunginya saat ini adalah pemilik dari uang yang masuk ke rekening bank miliknya.
"Tegar, apa kau sudah menerima uang yang aku transfer? Ini aku, kakak lelakimu." terdengar sebuah suara yang tidak asing dari panggilan telfon itu.
Sontak saja Tegar pun semakin di buat terkejut ketika nomor telpon asing yang menghubunginya itu adalah Kakak lelakinya.
"Kakak! Ada apa ini, Kak? Apa yang terjadi? Bukankah kau, dan Ayah, Ibu juga sedang berjuang di sana? Dari mana Kakak mendapatkan uang sebanyak ini?" Tegar menjawab dengan wajah kebingungan, dan suaranya terdengar sangat panik di telpon.
"Ehmm..! Begini, Gar. Ayah sebenarnya berniat menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya padamu sampai tahun ke depanya. Tapi aku tidak tega, karena tau kamu mendapat perlakuan yang tidak mengenakan, karna serba kekurangan. Maka dari itu, Kakak memberitahumu lebih awal." Kakak lelaki Tegar menjelaskannya di ujung telpon. Kakak lelaki Tegar itu melanjutkan, "Sebenarnya Keluarga kita sangat kaya, Gar. Keluarga Yuwono punya industri bisnis yang sangat besar, dan tersebar di berbagai negara. Baik itu Eropa, dan Asia. Kau tahu, delapan puluh lima persen tambang emas, mineral, dan minyak bumi di Afrika, itu miliki keluarga kita.
"Dan itu belum termasuk industri di Indonesia dan negara asia lainnya"
"Apa?! Kamu sedang tidak berbohong ' kan, Kak?" Tegar menelan ludah setelah mendengar penjelasan Kakak lelakinya itu.
Jika satu triliun belum ada di rekeningnya, saat ini, mungkin Tegar tidak akan percaya, dan menganggap Kakaknya pasti sedang mengigau.
Namun dengan semua bukti, dan penjelasan dari Kakaknya itu. Tegar pun mulai mencoba mencermati semua yang tadi di katakan oleh Kakaknya.
"Aku tahu, ini sulit dipercaya. Tapi kau harus menerima kenyataan ini, Gar. Awalnya aku juga dibesarkan di lingkungan serba kekurangan, tapi perlahan kemudian Ayah mulai memberikanku sedikit demi sedikit kemewahan. Hingga akhirnya aku pun menjadi terbiasa dengan gaya hidup mewah. Oh, iya! Kakak tidak tahu banyak soal biaya hidup di Indonesia saat ini, tapi kamu tidak perlu khawatir. Gunakan saja, uang satu triliun yang Kakak kirimkan kepadamu, dan jika uang itu habis kamu boleh meneleponku, atau Aku akan menghubungimu lagi bulan depan." Kakak lelaki Tegar itu, mengatakannya dengan sangat mudah, dan seolah menganggap satu triliun itu tidak terlalu banyak.
".. Ba... Baiklah, Kak." Tegar menjawab sedikit tergugup setelah sempat terdiam, mendengar perkataan Kakaknya.
Setelah menutup telpon, Tegar masih tidak percaya. Dia lalu menepuk-nepuk pipinya, dan ingin sekali terbangun dari mimpi ini jika dia sedang tertidur.
Dia selalu hidup sebagai orang miskin. Tapi.., Benarkah dia, anak orang kaya? Tegar masih tidak percaya akan semua perkataan yang di katakan oleh Kakaknya di telpon.
Jika apa yang di katakan oleh Kakaknya terbukti benar adanya. Berarti selama ini orang tua, dan kakak Tegar, berbohong perihal mereka yang bekerja di luar negeri.
Sejenak Tegar ingin menghubungi orang tuanya. Namun,Tentu saja mereka akan marah dengan Kakaknya, saat Kakaknya dengan mudahnya membocorkan rahasia kekayaan mereka tanpa izin.
Akan tetapi mereka menyadari, bahwa merekalah yang seharusnya minta maaf pada Tegar. Ayah Tegar berkata bahwa dia tak punya pilihan lain, dia ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang rendah hati. Dia lalu menjelaskan semuanya pada Tegar.
Setelah menutup telpon, Tegar menuju bank terdekat untuk mengambil uang lima ratus ribu rupiah dari akunnya, dan berencana menggunakannya untuk berbelanja dengan uang tersebut.
Hampir setengah hari, ketika Tegar keluar mengambil uang untuk berbelanja, dan akhirnya dia pun memutuskan untuk kembali pulang dengan membawa kantong plastik belanjaanya.
Sesampainya di rumah, Tegar segera merapihkan barang belanjaan yang dia bawa tadi, untuk di masukan ke dalam lemari, dan kulkas kecilnya.
"Tok tok tok!"
Suara ketukan pintu yang tergesa-gesa, terdengar dari luar.
Mendengar suara ketukan pintu, Tegar segera membuka pintu kamarnya. Saat ini, tepat ada seorang wanita paruh baya yang memakai stocking hitam dengan bobot tubuh nyaris 90 kilogram tengah berdiri di depan pintu kamar kosnya.
"Ternyata Ibu Kos, kukira siapa."
Tegar berkata sambil menggaruk-garuk rambut kepalanya, setelah mengenali wanita paruh baya tersebut.
"Tegar, kamu jangan banyak omong kosong denganku! Tadi aku menelpon mu, tapi tidak kamu angkat. Kapan kamu akan membayar uang kosmu? Kamu sudah menunggak selama 3 bulan!" bentak wanita paruh baya dengan garang.
"Bu, dua hari lagi aku gajian. Beri aku dua hari lagi, oke?" Pinta Tegar dengan nada rendah.
"Tambah dua hari lagi?" Ibu Kos tertawa sinis, lalu berteriak, "Tegar! Aku sudah memberimu banyak waktu kepadamu, karena kupikir kamu masih seorang mahasiswa. Kamu sudah janji akan membayar sebulan sekali, tapi sekarang sudah menunggak sampai tiga bulan. Terus kamu masih minta ditambahkan waktu dua hari lagi? Sungguh tak tahu malu!"
Tegar sungguh tak berdaya menghadapi Ibu Kos di depannya itu.
"Bu, sekarang aku benar-benar tidak punya uang. Janji, dua hari lagi aku pasti akan membayar," ujar Tegar dengan tak enak hati.
"Sekarang ini aku sedang tidak berminat ber omong kosong denganmu. Kamu harus membayarnya hari ini juga! Kalau tidak, segera angkat kaki dari sini!" teriak wanita paruh baya dengan penuh emosi.
".... "
Tegar terdiam membeku di tempat.
Seketika otak di kepalanya pun tidak bisa berpikir, dan tak tahu harus berbuat apa.
Sontak Tegar pun teringat akan duit yang baru saja di kirimkan oleh Kakaknya, dan ketika dia hendak menjawabnya.
"Brakk!"
Pada saat ini, pintu kamar sebelah, kamar Tegar dibuka dengan kasar.
Seorang gadis cantik berbalutkan piama berenda keluar dari kamar dengan mata mengantuk. Dia berseru dengan kesal, " Kenapa teriak-teriak? Ganggu orang tidur saja!" wanita berpiama itu memaki sambil melihat ke arah Ibu kos.
"Maaf, Nona Fara. Aku sedang menagih uang kos dari orang ini," wanita paruh baya itu menjelaskan sambil menunjuk Tegar, dan ekspresi di wajahnya pun langsung berubah menjadi tersenyum saat melihat gadis itu.
Ternyata gadis cantik berpiama itu bernama Fara. Tegar memang pernah beberapa kali berpapasan dengannya di tangga, ketika hendak berangkat ke kampus.
Mendengar itu, sang gadis yang bernama Fara itu mengamati Tegar sekilas dan kemudian bertanya, "Berapa hutangnya?" Fara bertanya dengan nada bicara yang terlihat sangat marah.
"Sebenarnya tidak banyak, hanya uang sewa selama tiga bulan, 1,2juta," jawab wanita paruh baya.
"Perlukah kamu teriak-teriak hanya karena uang 1,2juta?" ujar gadis cantik tersebut sambil tersenyum meremehkan.
"Masalahnya orang ini terlalu lama menunggak, dan tak kunjung membayarnya, Nona Fara." jelas wanita paruh baya dengan agak canggung.
"Sudahlah, nanti akan aku transfer uang sewa dia, kamu jangan teriak-teriak disini lagi aku ingin tidur!" Kata gadis cantik dengan gusar lalu menutup pintu kamarnya dengan keras.
"Terima kasih banyak, Nona Fara!"
Wanita paruh baya menjawab gadis itu dengan senang, kemudian berkata pada Tegar, "Kamu beruntung sekali hari ini, ada Nona Fara yang membantumu membayar.
Awas saja kalau nanti kamu berani menunggak lagi, aku akan benar-benar langsung mengusirmu dari tempat ini!"
Wanita itu mengancam Tegar agar tidak terlambat membayar uang sewanya lagi, jika nanti sampai terlambat atau pun menunggak lagi. Wanita itu akan benar-benar mengusirnya dari kosan miliknya.
"Lain kali aku pasti akan membayar tepat waktu."
Tegar menjawab dengan suara rendah, lalu kembali masuk ke dalam kamar kos miliknya.