Chereads / Aku pewaris konglomerat / Chapter 3 - Restoran star Palace, Hotel Bintang Lima Surabaya

Chapter 3 - Restoran star Palace, Hotel Bintang Lima Surabaya

Disisi lain, pada saat Tegar telah sampai di luar perusahaan Twin Citra Grup, tiba-tiba ponselnya berdering.

"Kriingg...!" Ponsel Tegar berdering.

"Gar, kamu sedang apa? Kenapa belum datang? Kamu tidak tahu sore ini ada kelas?" Desak seorang pemuda.

Orang yang menelponnya ini adalah teman Tegar yang bernama sandy kurniawan. Dia salah satu dari segelintir teman Tegar di kampus.

"Astaga, Aku lupa San!" Tegar berkata lagi.

"Ok, Aku akan segera kesana San!"

"Ya udah cepat, Gar!" Sandy berujar sebelum mematikan telpon.

Tegar lalu mengentikan sebuah taxi dan segera menuju ke Universitas Surabaya.

Karena Universitas Surabaya dan Twin Citra Grup tidak terlalu jauh, Tegar jadi tidak terlambat.

Setibanya diruangan kelas, Tegar menyadari semua teman sekelas memandangnya dengan tatapan yang aneh, sementara Widi dan Dony duduk bersama sambil mengobrol mesra.

Widi adalah mantan kekasihnya Tegar, hubungan diantara mereka pun harus berakhir lantaran Widi yang kedapatan berselingkuh dengan Dony yang memang berasal dari keluarga kaya.

Perasaan yang berbeda muncul dihati Tegar ketika melihat ini. Itu karena dia dan Widi tidak pernah duduk bersama di kelas selama mereka berpacaran.

Tampaknya semua orang tahu kalau dirinya dicampakkan oleh Widi.

"Gar,kamu baik-baik saja?" Fajar bertanya.

"Aku tidak apa-apa." Tegar menjawab dengan datar.

"Kudengar kamu dan Widi..."

"Sandy, hal yang sudah jelas tidak usah dibahas lagi," kata seorang pria disebelah Sandy mengingatkan. Pria itu adalah Dani Ardianto. Dani Ardianto juga merupakan salah satu teman terdekatnya Tegar dikampus, bahkan Sandy dan Dani juga sering membantu Tegar. Tegar juga sangat mengingat semua kebaikan dari dua sahabatnya ini.

"Aku sungguh tidak apa-apa." Tegar tersenyum pada keduanya dan berjalan ke tempat duduk di barisan terakhir.

Sandy dan Dani kira suasana hati Tegar sedang buruk, jadi mereka pun tidak bertanya lagi. Pada kenyataannya Tegar sama sekali tidak bersedih persoalan Widi. Sebaliknya, dia malah ingin menyendiri untuk memikirkan kembali segala yang terjadi hari ini.

Dia merasa semuanya diluar dugaan. Kemarin malam dirinya baru saja dicampakkan oleh Widi karena miskin. Namun, dia tiba-tiba menjadi seorang konglomerat hanya dalam beberapa jam setelah itu.

Ini semua terasa ajaib dan terasa tidak nyata bagi Tegar.

"Entah apa yang Widi pikirkan kalau tau aku menjadi sekaya ini sekarang ini." Tegar membatin dalam hati sambil melihat kearah punggung Widi dan Dony.

"Teman-teman mari berkumpul dan kita makan bersama di luar malam ini!" Setelah dosen pergi, sesaat gadis berparas cantik berdiri dan bekata sambil berseri-seri.

Tegar pun melihat ke arah gadis yang memakai atasan rajut garis-garis lengan pendek dan menampakan dadanya. Gadis itu juga mengenakan setelan celana jeans ketat yang memperlihatkan bentuk lekukan tubuhnya yang menggoda. Semakin melihat kebawah, tampak sepasang tungkai indah nan ramping yang memakai sepatu kanvas. Penampilannya dari atas sampai bawah tampak begitu cantik, muda, dan energik.

Gadis ini bernama Sekar Ratna Sari, ketua kelas di kelas ini.

Sekar adalah gadis cantik yang berhati baik dan berpikiran polos. Dia tidak pernah merendahkan Tegar karena kemiskinannya. Sebaliknya, dia pernah beberapa kali membatu Tegar.

"Oke, akhirnya bisa makan di luar!"

"Kalau memang ketua kelas yang mengajak, kami pasti ikut."

Satu per satu murid pun mulai menyahuti ajakan tersebut.

Sandy segera menghampiri Tegar, merangkul lehernya dan berkata,

"Gar, ikutlah! Kita sudah lama tidak kumpul dengan teman sekelas."

"Sandy, untuk apa kamu mengajak si miskin itu? Dia sama sekali tidak punya uang untuk ikut." Saat ini, seorang gadis mengenakan kaos dalam berwarna putih dan mengenakan jaket levi's dengan kancing yang terbuka pun berkata pada Sandy dengan sombong.

Tegar pun mengangkat kepalanya memandang ke arah sang gadis. Gadis itu Dea salsabila sahabat Widi. Finansial keluarganya bagus, parasnya juga lumayan cantik. Dea sangat memandang rendah Tegar, tidak jarang dia menghina dan merundung Tegar. Namun,Tegar terus bersabar karna dia tahu Dea punya seorang pacar yang merupakan preman di luar kampus.

Sebagian besar alasan Widi mencampakan Tegar dan berpacaran dengan Dony juga berkat hasutan Dea.

"Iya, mana mungkin si miskin Tegar punya uang untuk makan bersama kita?" Timpal salah satu sahabat Widi lainnya, Arum Claudia .

"Dea, Arum, kenapa kalian bicara seperti itu?"Sandy tampak tidak senang.

"Memang kenyataan, pemulung ini sama sekali tidak punya uang untuk acara kumpul-kumpul. Lagi pula, kapan dia pernah ikut acara kelas?" jawab Dea.

"Kalau memang Tegar tidak punya uang biar aku saja yang membayar bagiannya. Apa perlu kamu menghinanya seperti ini?" kata Dani yang sudah tidak tahan melihat semua penghinaan ini.

"Hehe. Dani, kalau kamu memang begitu kaya, bagaimana kalau membayar bagianku juga?" seru Dony begitu mendengar perkataan Dani.

Dani menoleh ke dony, keraguan melintas di matanya. Meskipun finansial keluarga Dani lumayan, tetapi masih kalah jauh dibandingkan Dony. Selain itu, Dani juga tidak berani menyinggung Dony, jadi dia hanya bisa menutup mulutnya kembali.

"Aku yang akan membayar untuk Tegar. Kita semua teman sekelas apa harus seperti ini?" Sekar menimpali, dia juga tidak tahan dengan sikap teman-temannya.

Dony tertegun dan tampak ragu sejenak mendengar ucapan Sekar, tetapi dia tidak berkata-kata lagi.

"Sekar, tidak perlu kamu yang bayar. Aku punya uang." Tegar berkata dengan datar.

Mendengar perkataan Tegar, ekspresi terkejut pun menghiasi wajah murid-murid di kelas.

Mereka benar-benar tidak menyangka Tegar akan ikut acara kumpul-kumpul ini, tidak seperti biasanya.

Tegar sudah mahasiswa tahun kedua saat ini, sudah sekelas dengan mereka selama

dua tahun, tetapi Tegar tidak pernah ikut dalam acara apa pun di kelas. Alasannya dia tak ingin ikut adalah karena dia tidak punya uang.

Dony tertawa dan memandang dan memandang Tegar dengan ragu.

"Wah, tumben sekali si pemulung punya uang untuk ikut acara hari ini? Gar, sudah sekian lama kita saling kenal, tapi kamu tidak pernah ikut acara apa pun. Bagaimana kalau hari ini kamu yang traktir kami semua makan?"

"Jangan bercanda, kak dony. Kalau si pemulung ini bisa mentraktir semuanya makan, aku akan langsung makan k*****n di depan kalian!" seru seorang pria gemuk sambil terkekeh.

"Oke, kalau memang semuanya begitu bersemangat, biar aku saja yang traktir!" Tegar menjawab dengan enteng.

Tawa si pria gemuk membeku seketika begitu mendengar pernyataan Tegar. Teman teman di sekelilingnya juga sontak sangat terkejut. Tidak ada seorang dari mereka yang menyangka kalau Tegar menyanggupi permintaan Dony.

Dony dan teman-teman yang lainnya pun kebingungan mendengar Tegar benar-benar mentraktir mereka semua makan.

Widi dan kedua sahabatnya juga menatap Tegar dengan mata terbelalak. Namun, dia dengan cepat mendapat kesimpulan bahwa Tegar pasti hanya berlagak saja. Bagaimana mungkin Tegar punya uang untuk mentraktir kita makan.

Widi diam-diam merasa bersyukur dalam hati karena dirinya sudah putus dengan Tegar, Tegar bukan hanya pria payah, tetapi juga tidak punya uang dan banyak gaya!

"Ada apa dengan Tegar hari ini?" Sandy juga menunjukan ekspresi kebingungan.

"Tentu saja karena Widi mencampakannya, ditambah lagi Dony begitu menghinanya. Dalam hatinya pasti tidak terima, makanya dia memaksakan diri menyanggupi permintaan Dony." Dani menjawab perlahan, lalu melanjutkan lagi.

"Mentraktir semuanya paling hanya sekitar empat sampai lima jutaan. Nanti kita patungan saja untuk membantunya."

"Iya, kebetulan aku juga baru saja mendapatkan uang bulanan." Sandy menyetujui sambil mengangguk. Dia sangat memahami orang seperti apa Tegar itu.

"Wah, ada apa dengan Tegar hari ini? Bukan hanya mau ikut acara, tetapi juga mau mentraktir kita semua makan? Serius atau bohongan?" Dea berseru dengan meremehkan.

"Kalau kamu benar-benar mentraktir kita makan, berarti Firgi harus makan k*****n, timpal Arum.

Firgi adalah pria gemuk yang tadi berkata akan memakan k*****n jika Tegar yang traktir.

"Tentu saja serius, bukankah cuma makan saja?" Tegar menjawab dengan sangat tenang. Dia kemudian bertanya pada Firgi "Kapan kamu mau makan k*****n di depan semua orang?"

"Okelah kamu yang traktir makan, tapi tergantung pada apa yg kamu traktir juga, kan? Jangan bilang kamu mau mentraktir kami makan-makanan di pinggir jalan?" ujar Firgi dengan agak canggung.

"Jarang-jarang Tegar mentraktir kita makan. Menurutku, kita boleh hanya makan di pinggir jalan, minimal harus restoran mewah seperti di Hotel Star Palace. bukankah begitu?" timpal Dony.

"Hotel Star Palace?" Tegar menggelengkan kepala saat mendengar perkataan Dony.

"Benar, kalau hari ini kamu traktir kami makan di Hotel Star Palace. aku akan makan k*****n di depan semua orang!" seru Firga.

"Bagaimana, Tegar? Kalau memang kamu ingin traktir, di Hotel Star Palace tidak masalah, kan?" tanya Dony.

"Tidak masalah, kalau kalian mau ke sana, ayo saja." Tegar mengangguk kecil.

Semuanya kembali tercengang mendengar jawaban Tegar. Hotel Star Palace yang di sebut Dony adalah hotel bintang lima. Setidaknya akan menghabiskan uang puluhan juta jika seramai ini.

Bagaimana mungkin Tegar mampu membayarnya?

"Tegar sinting, ya? Bagaimana bisa dia mengiyakan?" Sandy refleks berkomentar. Jika pergi ke restoran biasa, dia dan Dani bisa mungkin masih bisa bantu membayar. Namun, jika restorannya Star Palace, maka Sandy dan Dani angkat tangan!

"Tidak masalah kalau mau ke Star Palace, tapi aku punya satu permintaan." Tegar berkata tiba-tiba. "Apa?" tanya Dony.

"Kita bagi dua makan di Star Palace hari ini, bagaimana?" Tegar tahu Dony sengaja mempersulitnya. Jika Tegar yang kemarin, tentu saja dia tidak berani menyanggupi. Namun, bagi Tegar yang sekarang, uang segitu tidak ada apa-apanya. Dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk membalas Dony.

"Hehe, bagi dua?" Dony tertawa dingin dan mengangguk, "Oke. Kalau begitu, kita berdua yang akan membayar pengeluaran acara makan hari ini!"

"Kak Dony, kamu keren!"

"Oke, akhirnya bisa makan di Star Palace!"

Murid-murid sontak berseru hirang mendengar ucapan Dony.

Makan di Star Palace dengan orang sebanyak ini, paling hanya akan menghabiskan 80 jutaan. Kalaupun dibagi dua, paling hanya 40 jutaan seorang. Meski agak tidak rela, bukan berarti Dony tidak mampu mengeluarkan uang sebanyak itu. Sebaliknya, Dony merasa Tegar pasti tidak mampu membayar uang 40 juta tersebut.

"Tegar, aku mau lihat bagaimana kamu membayatnya nanti." Dengan senyuman sinis di wajahnya, Dony menatap Tegar yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Satu jam kemudian, mereka semua tiba di hotel bintang lima yang terkenal di kota Surabaya, Hotel Star Palace.

Setelah memasuki hotel, satu per satu dari mereka tampak terpana. Bagaimanapun juga, sebagian dari mereka berasal dari kalangan biasa, sama sekali tidak pernah datang ke tempat seperti ini.

Sedangkan Sandy dan Dani, mereka mengikuti Tegar dari belakang dengan gelisah.

"Gar, kamu benar-benar punya uang untuk mentraktir?" tanya Dani dengan ragu. "Tenang saja. Tentu saja aku sudah menyiapkan uang kalau sampai berani kemari," jawab Tegar dengan santai. "Tapi..." Dani membuka mulut hendak mengatakan sesuatu lagi.

Seorang gadis cantik berseragam menghampiri dengan berseri-seri ke hadapan Tegar dan yang lainnya. Tatapan menghina melintas di mata manager cantik itu ketika melihat Tegar. Dia kemudian membungkukan badan pada Dony, serta berkata perlahan,

"Tuan Muda, hendak makan disini?" sang manager bertanya sopan.

"Ya, kami kemari untuk makan. Carikan ruangan pribadi yang sedikit luas." Ujar Dony dengan arogan.

"Baik, Tuan. Di hotel kami sekarang ada ruang standar seharga 40 juta, ruang VIP seharga 85 juta, dan ruang VVIP seharga 220 juta. Anda mau ruangan yang mana?" tanya manager cantik itu dengan lembut dan senyuman sopan terpampang di wajah.

Dony lalu menoleh ke Tegar dan bertanya,

"Tegar, jarang-jarang kita ke Star Palace. Menurutku, kurang seru kalau pesan ruang standar. Bagaimana kalau kita pesan ruang VIP?" seru Dony dengan sombong.

"Dony, tidakkah kamu keterlaluan? Ruang VIP minimal harus mengeluarkan 85 juta!" seru Sekar dengan kesal.

Semuanya tahu Dony sengaja mempersulit Tegar, jika Tegar nekat menyanggupi, maka akan makin banyak uang yang harus di keluarkan. Namun, jika tidak menyanggupi, maka dia akan di permalukan di depan semua orang.

"Apa maksudmu, Sekar? Kakau memang dia mampu mentraktir kita makan di restoran seperti ini, maka uangnya pasti cukup. Bukankah begitu, Tegar?" ujar Dony sambil tertawa kecil.

"Kamu kira semua orang itu kaya seperti kamu?" ujar Sekar gusar.

"Tegar, bagaimana menurutmu? Kenapa diam saja? Kamu dikagetkan dengan harga ruang VIP? Hahaha!" ejek Dony dengan lantang.

"Menurutku tidak perlu memesan ruang VIP" jawab Tegar.

"Hahaha. .. baiklah, maklum saja. Kamu tidak mungkin punya uang untuk mentraktir kita makan yang semahal itu. Ruangan standar saja kalau begitu," sebenarnya ucapan Dony tadi hanya untuk menghina Tegar. Dalam hati kecilnya juga tidak ingin memesan ruang VIP, karena nantinya juga dia harus mengeluarkan uang banyak.

"Berikan kami ruang standar saja," ujar Dony pada manager restoran.

"Baik, akan saya aturkan sekarang juga," angguk manager cantik tersebut.

"Kapan aku bilang memesan ruang standar?" Tegar berujar tiba-tiba.

"Kenapa? Merasa tempat ini mahal dan mau mengingkari janji?" tanya Dony.

"Kita semua jarang-jarang datang ke sini, tidak seru kalau memesan ruang standar. Langsung ruang VVIP saja," ujar Tegar dengan santai.

Setelah mendengarkan perkatan Tegar, Dony tercengang seketika. Senyum di wajahnya membeku. Reaksi teman-teman lainnya juga tercengang.