Diriku menatap langit, memikirkan bagaimana dunia ini bekerja sebelum kehadiran Grimoires. Monster yang pernah menghancurkan sebuah kota di Negara bernama Jepang. Dan setelah itu munculnya satu kota bernama Kagaku-shin, warga dunia lebih mengenal tempat itu sebagai Science City dimana teknologi mutakhir berkembang pesat dan munculnya beberapa orang dengan kekuatan unik disebut Esper. Mereka memiliki kekuatan dengan tingkatan bervariasi.
Dan yang terakhir kudengar, salah satu dari 7 Grimoires telah dikalahkan oleh seseorang bernama Mikoto Aisa, aku mengenal nya sebagai 'Dark Railgun'. Dan aku mendapatkan kontrak untuk membunuhnya, kebetulan juga aku dari dulu mengincarnya tetapi selalu sibuk dengan kontrak sebelumnya yang kebanyakan di Timur Tengah dan Eropa.
Di sisi lain diriku ingin sekali membantunya untuk memberantas semua Grimoires, alasan nya?
Karna salah satu dari monster itu menghancurkan kota kelahiran ku dan membunuh hampir semua keluarga ku.
Sungguh egois bukan? Tetapi itulah diriku yang menginginkan balas dendam, walaupun balas dendam adalah kemewahan yang tak bisa kudapatkan secara instan.
Setelah merasa bosan, aku pun menuju supermarket terdekat sebelum melaksanakan kontrak yang saat ini kupegang.
"Kira-kira mie instan dan susu kotak masih tersedia tidak yahh?" gumam ku seraya membuka pintu
"Selamat datang, apakah ada yang bisa saya bantu?" ucap seorang kasir wanita seraya tersenyum.
"Apakah disini tersedia mie instan dan susu kotak?"
Setelah membeli apa yang kuinginkan, pantas diriku berjalan menuju taman terdekat. Lalu meminum susu kotak dengan sedotan, setelah itu aku bergegas menuju lokasi. Sebuah rumah, dimana aku harus mengeliminasi dua target yaitu sepasang suami-istri.
Setelah itu aku bergegas masuk, kedua target terlihat sedang makan malam... Untuk yang terakhir kalinya. Lantas aku mengeluarkan pistol M1991 dari balik jas dan menembak kedua kepala mereka dengan satu tekanan pelatuk.
Sebelum nya terlihat sekilas bahwa mereka tersenyum sesaat sebelum menghadapi ajal nya. Apakah mereka mengetahui tentang kontrak yang kuterima?
Dan dari ujung aku lihat ada seorang anak gadis menodongkan shotgun Double-Barrel kearahku.
"Apakah kau ingin balas dendam?" ujarku menatap gadis tersebut, ia terlihat menangis sehari tetap mengarahkan shotgun tersebut kepada ku.
Dan aku mendapatkan tatapan tajam penuh dengan rasa dendam, aku tahu itu karena diriku pun masih memiliki dendam yang belum terbalaskan dari dulu.
"Sepertinya kau perlu diberi sedikit pelajaran nak..."
WHOOSSSHH!!!
Dalam sekejap diriku menghempaskan tubuh gadis tersebut dengan kekuatan es dari telapak tangan kiri ku, membuat nya menempel ke ujung tembak serta membuatnya membeku tak bisa menggerakkan diri.
"K-Kau?!"
"Iya... dimata kalian aku ini adalah Penyihir, namun bagiku ini hanyalah sebuah kutukan." Setelah mengatakan itu diriku bergegas pergi, namun berhenti seraya mengatakan...
"Namaku Miria Winchester, ingatlah itu nak..."
Dan aku pun pergi dari sana, meninggalkan gadis malang tersebut.
3 bulan berlalu, diriku tiba di Science City A.K.A Kagaku-shin. Sebuah kota baru yang dibuat oleh Negara Jepang dengan bantuan PBB beserta Negara-negara berkepentingan, namun memiliki Pemerintah sendiri tanpa campur tangan orang luar. Kota ini pun memiliki mata uang sendiri.
Diriku memiliki uang yang baru saja kutukarkan, sepertinya ini cukup untuk menyewa apartemen murah. Mata Uang kota ini sangat kuat sekali, terimakasih untuk Penelitian besar-besaran yang membuatnya menjadi tujuan pendidikan mutakhir dari kebanyakan yang kutahu.
Karena rute biasa terlalu jauh untuk pejalan kaki seperti diriku, aku memutuskan untuk mengambil jalan pintas lewat gang sempit terdekat. Alasan sebenarnya karena tarif taksi yang tidak masuk akal.
"Hey Nona, mau kemana?" Yup, ada gerombolan anak nakal. Sepertinya mereka masih SMA, dan memiliki kekuatan Esper.
Aku tak membalasnya sebari mengobservasi sekitar, tidak ada celah.
Saat para keroco mulai mendekat, lantas diriku menembak sepasang kaki mereka.
"Ahh sakit!"
"Bos, ia memiliki senjata!!!"
Tiba-tiba tubuhku tak bisa digerakkan, pistol yang kugenggam pun terlepas. Tak lama kemudian diriku menempel pada tembok dengan kedua tangan terentang. Apakah ini telekinesis?
Diriku lantas menatap orang yang berdiri dengan senyuman nya seraya mendekatkan
"Sepertinya nona meremehkan kami, berhenti memberontak karena aku akan memberikan kau pengalaman pertama di Kota yang menjunjung tinggi Sains & Esper!" ucapnya seraya menggunakan kekuatan nya, kedua kaki ku pun melebar sedikit, membuat diriku melayang karena kekuatan telekinesis ini.
Seriusan? Diriku belum sehari disini tiba-tiba mendapatkan event seperti Permainan RPG Dewasa yang kumainkan 2 bulan yang lalu???
Diriku lantas diam, membuat nya berpikir bahwa aku pasrah. Ia pun mendekat perlahan.
Saat ia meraih resleting celana nya, saatnya beraksi!
"Icicle : Blow!" diriku meniup serpihan es dingin, membuatnya menutup mata nya.
"Akh dingin!!!" Setelah merasa tubuhku tidak dalam kontrol, dengan cepat aku meraih baton lipat dari saku dan dengan cepat memukul kaki dan kepala nya, membuatnya terduduk.
"Khh... Siapa sebenarnya kau?!" ujarnya meringis seraya menatap tajam diriku.
"Winter Fox." Diriku lantas kembali memukul kepala nya dengan keras, membuatnya tak sadarkan diri. Aku pun berjalan melewati mereka
"Tenang saja, aku hanya menembak bagian non-vital. Kalian sebaiknya menelepon ambulans."
Aku pun sampai di tempat tujuan. Terimakasih dengan aplikasi buatan Science City bernama ClearBrief aku bisa memesan dengan cepat, mereka pun memberikan ku kunci setelah sampai di bandara. Diriku lantas menuju nomer apartemen milikku.
"Home sweet home..." ucap ku seraya memasuki ruangan, tempat ini sangat nyaman untuk ditinggali. Beberapa perabotan seperti microwave, kompor, bahkan furnitur pun tersedia.
Dengan ini, langkah pertama pun selesai.
Langkah kedua, melacak Mikoto Aisa dimulai.
To be continued...