Aku menyiapkan bahan-bahan untuk sarapan pagi ini yaitu...
3 butir telur ayam
2 butir kentang, kukus/rebus
3 buah sosis ayam, iris bulat
1 buah bawang bombay, potong kecil
3 sendok makan margarin
1/2 sendok teh merica bubuk serta garam secukupnya
Diriku mulai mencuci bersih kentang, lalu merebusnya dalam panci berisi air panas sampai matang dan empuk. Setelah itu kupas dan potong dadu/kotak.
Potong kecil bawang bombay, serta aku mengiris sosis ayam sampai membentuk irisan kecil. Diriku memecahkan telur dalam mangkuk lalu kiberi merica, garam, lalu kukocok dengan sendok hingga melarut.
Aku lantas memanaskan margarin di dalam panci lalu memasukkan serta tumis kentang rebus sampai berwarna kecoklatan. Setelah itu diriku menyisihkan kentang ke pinggir panci lalu memasukkan potongan bawang bombay, ditumis sampai aroma tercium.
Terdengar suara langkah kaki, tak lama terlihat wanita yang keselamatan kemarin muncul di belakang ku.
"Kamu memasak apa?" ujar nya yang terlihat lapar, aku hanya tersenyum tipis.
"Ini adalah Bauernomelette, masakan yang kusukai dari kecil. Aku harap kau bisa menunggu..." Aku kembali menyelesaikan masakan ini, dia pun kembali.
Beberapa saat kemudian aku kembali dari dapur dengan hidangan yang kubawa lalu ditaruh diatas meja makan.
"Masakan sudah siap, kemari lah... " Ia lantas menghampiri lalu duduk, fokusnya tertuju pada masakan ku. Setelah menyiapkan semuanya, aku pun ikut duduk.
"Selamat makan!" Ia pun mencicipi nya, lalu terlihat menikmatinya...
"Humm~ rasanya enak sekali..." kata nya dengan tersenyum, itu adalah ekspresi yang kudapat kan atas masakan ini.
"Terimakasih atas pujian nya." balas ku seraya ikut memakan.
Setelah itu, ia ingin membantuku dalam mencuci piring. Karena itu aku yang memiliki waktu luang memutuskan untuk membersihkan seluruh ruangan hingga bersih.
"Aku tahu ini mungkin telat, tapi namaku Albert Blackburn." ucap ku menatap nya. Ia pun membalas...
"Albert yahh, kalau begitu namaku Miria Winchester. Salam kenal Albert." senyum nya, mengingatkan ku kepada seseorang, ia sering kemari untuk menjenguk ku saja.
Ia pun bangkit dan bersiap pergi.
"Aku tak tahu siapa kau sebenarnya Albert, tapi aku merasa takdir kita akan bersilangan pada waktu yang tepat." ujar nya yang pergi, aku yang melihatnya hanya termenung.
"Miria, sebenarnya ia bicara apa?"
Setelah membersihkan seisi rumah, aku keluar dari rumah untuk menemui seseorang.
"Halo Albert-sensei..." Baru saja dibicarakan, orang nya tiba-tiba muncul didepanku.
"Uwah, Nekoyama Rin?! Jangan keseringan muncul begitu saja dengan kemampuan Tele-Esper mu itu!" seru ku menatap kesal gadis aktif ini, ia hanya cengengesan.
"Jadi Albert-sensei, apakah kau sudah menyelesaikan naskah mu? Komik 'Redemption Pace' yang kau pinjami sudah kutamatkan dalam semalam. Bagus juga buku yang disarankan Albert-sensei..." kata Rin sebari berdansa kecil layaknya anak kecil, aku terkejut mendengar nya.
"Hahh??? Kau membacanya terlalu cepat, apakah kau tidak menyadari ada banyak hidden clue yang tertanam diantara kata yang tertulis. Bisa bisa nya kau mengabaikan hal itu... " Kalau tentang literasi, aku tak bisa diam dan harus mengoreksi anak ini.
"Dan juga belum, naskah ku ini kutulis lama karena akan kutaruh banyak lore dan hidden clue yang membuat buku ku akan dibicarakan banyak orang dalam waktu yang panjang." lanjut ku mencoba menjelaskan apa yang kudambakan.
"Tapi kurasa, waktu terkadang akan terus terulang untuk menguji kerja kerasmu." Sebentar, aku bingung dengan apa yang dikatakan Rin.
"Kau kenapa?" panggil ku sebari menepuk baju nya.
"Ahh... Maaf, aku sepertinya sedikit mengantuk karena marathon komik." ucap nya tersenyum hambar.
"Begitu..." Aku sebaiknya tak perlu memikirkan apa yang dipikirkan anak itu. Sebelumnya juga ia seperti ini beberapa hari yang lalu waktu ia membicarakan tentang guru baru nya yang melawan Mikoto Aisa dengan kekuatan manipulasi es nya.
Kalau tidak salah di Science City bahkan seluruh dunia belum pernah ada esper yang bisa memunculkan bahkan memanipulasi es.
Apakah mungkin cerita kakek ku dulu tentang Penyihir itu nyata adanya?
Kami duduk ditempat dimana ada stand crepe, dan iya kami membelinya.
"Makanan kuliner orang Jepang memang berbeda dari yang kubayangkan." ucap ku yang menikmati makanan ini, Rin hanya tertawa pelan lalu mengambil remah-remah yang menempel di bibir ku lalu memakannya.
"Rin?! Jangan memakan remah dimulut, bagaimana bila kau nanti sakit perut???" tegur ku kepada Rin yang membuatnya tertawa makin menjadi.
"Hahahahaha!!!"
"Apa nya yang lucu?!"
"Tidak ada, hanya saja aku sedikit paham kenapa Albert-sensei sangat payah disaat menulis bagian romansa di naskah mu itu." ucap nya dengan nada mengejek.
"Kau!!!" Karena kesal, aku pun mencubit kedua pipi nya. Sekarang ia nampak seperti Mochi Ice Cream itu...
Miria Winchester, dirimu yang terlihat dalam masalah sangatlah misterius serta senyuman mu memikat diriku. Tetapi aku tak akan mencoba untuk fokus membuatnya mencintaiku karena aku memiliki satu anak yang ingin kuajari apa arti sebenarnya dari literasi tanpa membuatnya menjadi seperti diriku penulis menyedihkan ini.
Karena Nekoyama Rin adalah orang terkuat kedua dari Science City setelah Mikoto Aisa menurutku.
To Be Continued...