Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Zay GALAXY

Sofiana_Sofi
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.4k
Views
Synopsis
Namaku Rhea, lengkapnya Rhea Talita Hendratama. Pekerjaan ku sekarang menjadi mahasiswa Universitas ternama di Jakarta. Saat ini, aku melihat gemerlapan bintang yang berada di langit yang mengingatkan pada seseorang. Seseorang yang pernah ada di hatiku, yang belum juga bisa hilang dari kepalaku. Aku akn menceritakannya sesuai kejadian yang kulalui tanpa menambahkannya. Memang aku tidak pandai dalam hal tulis menulis, tapi semoga cerita ini bisa dipahami oleh kalian. Kalian percaya nggak sih cinta pandangan pertama. Aku merasakannya yang membuatku semangat menjalankan kehidupan dan membuyarkan pikiranku. Selamat malam Zayyan
VIEW MORE

Chapter 1 - Rhea

Namaku Rhea, lengkapnya Rhea Talita Hendratama. Aku menyukai pisang, iya pisang adalah makanan kesukaanku. Aku juga menyukai gemerlap bintang yang bertebaran di langit, kini sedang kupandangi ditemani dengan segelas kopi.

Ibuku pernah bilang Rhea adalah nama salah satu satelit di planet tercantik Bimasakti, Saturnus katanya. Sedangkan Talita, aku tidak tau arti nama itu dan tidak pernah ada perasaan ingin tahu mengenainya.

Hendratama, nama belakangku ini diambil dari nama Ayah. Seseorang yang selalu aku kagumi. Dia adalah seorang pekerja keras. Dia sangat suka dengan pertanian, katanya selama manusia di muka bumi ini masih membutuhkan makan, pertanian akan selalu ada, aku selalu mengingat ucapan ayah. Dengan kesukaannya dengan pertanian itu, Ayah memiliki perkebunan besar. Dia lahir di kota Jakarta. Bagus Hendratama adalah namanya.

Ibuku, Ratih Suminar. Memasak adalah kesukaannya sejak masih gadis. Dia lahir di desa Balesangkar. Desa itu memang tidak sering dibicarakan orang, bahkan mungkin banyak orang yang belum pernah mendengarnya. Ayah biasa memanggil dengan sebutan desa pelosok, hahaha.....

Ayah dan Ibuku menikah dengan perjodohan. Memang katanya Ibuku kembang desa waktu itu, saat ayahku datang melamar ke rumahnya, ibuku masih berpacaran dengan seseorang. Tapi setelah ayahku datang, dia langsung memutuskan hubungannya dengan pria itu. Entah apa yang dipikiran Ibuku saat itu.

Aku selalu mendengar cerita itu dari Ibu. Umur Ayah dan Ibuku bisa dibilang cukup jauh. Hampir 8 tahun jarak umur diantara keduanya.

Setelah menikah, Ibu diboyong ke kota Jakarta tempat tinggal kami. Kini umurku mulai memasuki 18 tahun, tidak mempunyai adik. Iya, aku anak tunggal. Ibuku selalu bilang bahwa Rhea tidak pernah kesepian karena mempunyai sahabat yang selalu bersama denganku sejak kecil.

Aku mempunyai teman dari kecil yang selalu bersama yaitu Angkasa Damian dan Yasmin Widhiani. Tapi sayang mereka sudah berpisah denganku sejak kami memasuki SMA.

Aku memilih SMA Garuda Jakarta waktu itu. Sedangkan Yasmin memilih SMAN 1 jauh dari tempat tinggalku. Yasmin masih sering ke rumahku walau kita tidak satu sekolah. Sementara Angkasa, sejak kelulusan SMP aku tidak pernah mendengar kabar tentangnya. Yasmin masih sering ke rumahku walau kita tidak satu sekolah.

Kelas 11, terakhir aku memasuki SMA Garuda. Ayahku mempunyai masalah dengan bisnisnya, sehingga dia harus meninggalkan bisnis di Jakarta dan mencoba mengembangkan di Balesangkar, tempat tinggal Nenekku. Memang tempat itu ada di pegunungan, aku sangat suka dengan keadaan desa itu yang masih asri dengan pepohonan hijau yang selalu menyegarkan mata.

Perpindahan kerja Ayah, juga menjadi alasan terbesarku meninggaalkan kota ini. Kota yang menjadi tempat tinggalku selama ini. Selain meninggalkan rumah kami, aku juga meninggalkan Yasmin, sekolah dan banyak kenangan. Tapi aku juga harus menuruti Ayah.

Aku mengundurkan diri dari SMA Garuda, Ayah yang mengurusnya. Ayah selalu mengurus urusanku dengan teliti. Dia tidak mau jika nanti kita sudah meninggalkan kota ini, masih mempunyai masalah.

Ibuku juga mengurus perlengkapan rumah yang harus dibawa untuk pindahan, dia juga berpamitan kepada teman temannya. sedangkan aku, tentu saja Yasmin. Aku berpamitan dengan Yasmin seolah kita tidak akan pernah bertemu lagi. Tapi Yasmin berkata padaku bahwa walaupun kami jauh, Yasmin akan selalu mendoakan ku.

Kabar bahwa kami mau pindah ke Balesangkar, membuat nenekku sangat senang. Dia selalu menelepon Ibuku dan menanyakan kabar kapan kami akan pindah, dia selalu meminta kami untuk tinggal di rumahnya. Aku juga ikut senang merasakan apa yang dirasakan Nenek. Semakin aku tidak sabar memulai kehidupanku yang baru di desa itu.

Tapi sayang, sebelum kami pindah. Berita duka menimpa keluargaku. Nenek meninggal 20 hari sebelum kami pindah ke rumahnya. Rumah yang berukuran cukup besar itu, kini milik ibu sepenuhnya. Mempunyai halaman depan, walaupun tidak luas, tapi cukup. Tempat tumbuh berbagai bunga dan satu pohon besar, aku menyukainya.

Tepat hari dimana kami pindah ke rumah Nenek yang penuh kenangan bersamanya itu, aku merasa suka tapi rasa sedih ini juga selalu ku rasakan. Alangkah senangnya nenekku jika melihat kami sudah berada di tempat tinggalnya, sesuai kemauannya. Tapi takdir memang sudah menetapkan bahwa kami tidak direstui tinggal bersama.

Satu minggu setelah pindahan, ayahku mengurus sekolahku. Kata Ibuku, SMAN Jayasakti merupakan SMA favorit pada jamannya. Ayah tidak meragukan ucapan Ibu. Ayah mengurus sekolah baruku.

Balesangkar, desa yang indah. Sekitar satu minggu aku menjalani kehidupan di sini. Walaupun belum aku amati apa saja keunikan tempat ini. Aku tertarik mengamatinya, tapi belum juga ku temukan orang orang yang bisa kutanya mengenainya selain Ibuku.

SMAN Jayasakti tumbuh pohon besar di halaman sekolah. Cabangnya banyak dan bagus kalau dilihat senja hari dan siang kalau mendung juga pagi kalau mau. Sebagian orang percaya kalau pohon itu berhantu, aku tidak takut sama sekali kecuali harus tidur sendirian di situ malam hari.

Pak Ipul, satpam sekolah sekaligus tentangga rumah. Dia selalu bercanda dan baik padaku. Ayah seperti menitipkan ku kepadanya karena Ayahku tidak mengenal orang lain selainnya.

Sekolah itu, yang membuatku muncul perasaan rindu dimalam ini ditemani suasana indahnya langit yang masih saja kupandangi. Tempat itu, yang selalu mengingatkanku pada seseorang yang selalu ku kagumi, yang akan ku ceritakan saat ini.

Mungkin ada perasaan sedikit malu pada diriku untuk menceritakannya, tapi tidak salah jika kisah lucu ini juga bisa diketahui oleh kalian.

Akan ku tulis semuanya sesuai dengan apa yang terjadi di waktu itu, meskipun tidak begitu detail tapi itulah intinya. Aku tidak bisa menuliskan dengan tulisan indah mengenai kisahku, tapi semoga tulisan ku bisa dipahami oleh kalian.

Sebelumnya, aku mau cerita dulu dimana diriku saat ini. Aku berada di Apartemen yang menjadi tempat tinggal sekarang. Malam ini baru saja ku tutup buku tugas yang diberikan dosen. Langit yang berisikan banyak bintang itu yang menarik mataku untuk terus menatapnya.

Aku mengambil roti, segelas kopi dan tidak lupa pisang untuk menamaniku malam ini yang sepi. Aku mulai sedikit demi sedikit mengingat kejadian lucu SMAN Jayasakti itu.

Kalian percaya nggak sih adanya cinta pandangan pertama? dari dulu aku tidak percaya. Dari cerita Ibuku, cerita Yasmin atau teman temanku yang lain bahwa mereka juga pernah mengalami cinta pandangan pertama, aku selalu menertawakannya. Tapi saat itu aku merasakannya sendiri.

Iya serius! orang yang selalu membuatku semangat untuk pergi ke sekolah dan juga membuyarkan pikiranku.

Mari kita mulai ceritanya: